Zakiah,SS

Zakiah, SS, mengajar di MTsN 3. Lima Puluh Kota...

Selengkapnya
Navigasi Web

Hutang

Penyesalan dan Hutang Pengasuhan Ummi Tadi pagi ummi bergegas ke sekolah, agak pagi dari biasanya karena ada agenda rapat di sekolah. Sudah diwanti wanti di grup karena ini rapat penting dan ummi tak ingin dating terlambat. Pulang dari masjid memang agak lama karena ada hidangan sedekah subuh di masjid, seperti biasa di pagi Jumat. Sesampai di rumah ummi langsung bergegas mencuci piring dan menyiapkan sambal untuk nanti siang. Menggoreng ulang ikan dan ayam karena Rahmat memang lebih suka ayam. Sambil menggoreng, ummi mencuci piring dan menyiapkan air mandi Fathimah. Setelah itu ummi memandikan Fathimah sekalian ummi mandi untuk langsung berangkat ke sekolah. Selesai berpakaian, ummi pun ke luar untuk membuka pintu pagar. Rupanya ada motor schoopy yang menghalangi mobil ummi untukl keluar. Rahmat, tolong ummi memindahkan motor schoopy kata ummi memanggil Rahmat. Mungkin karena sedang di kamar, auara ummi kurang terdengar oleh Rahmat. Ummi mengulang panggilan Kembali sambil mengambil tas dan printer yang akan ummi bawa ke sekolah. Rahmat sudah terlihat keluar kamar, mungkin mencari kunci motor. Abi melihatnya berjalan agak pelan. Mungkin abi agak greget melihat Rahmat kurang gesit bergerak. Abi pun berkomentar. "Copek garik stek Mat, jan lamo bona. Awak laki-laki ndak buliah lambek garik!" kata abi sedikit keras. "Elok-elok sajalah mengecek Bi, jan berang pulo leh!" kecek ummi. Ummi sebenarnya sedih melihat Rahmat kena marah, tapi bagaimana caranya agar dia bisa berubah dan bisa gerak cepat? Sepanjang jalan menuju sekolah pikiran ummi menari-nari. Ummi teringat pandangan Narti tentang Rahmat yang ummi keluhkan memang agak lamban bergerak. "Ada kelebihan masing-masing Ni. Kata ayah Afit gerak lamban Rahmat justru baik untuk situasi tertentu. Saat jadi imam salat Rahmat tenang dan menyenangkan saat mendengarkan bacaannya!" kata Narti. Ummi pikir ada benarnya juga. Tapi ummi sedikit heran bagaimana dia di asrama selama ini. Dia Ketua BES ICBS. Dia juga sering ikut lomba kaligrafi dan lomba lainnya. Bagaimana Rahmat bisa menjalankan semua ini selama ini. Di lain sisi Ummi teringat juga materi parenting di Ibu Profesional bahwa ayah si raja tega dan ibu pembasuh luka. Jadi ummi pikir wajar abi sedikit keras dan tegas terhadap Rahmat karena dia anak laki-laki pikir ummi. Orang militer saja lebih keras dari itu. Tapi apa iya, dengan sedikit keras Rahmat mau berubah? Entahlah, ummi juga tidak tahu. Sebagai Orang tua kadang kita takut salah dalam bersikap dan mendidik anak. Jika dikeraskan takut dia melawan dan lari dari kita orang tuanya. Dia jadi tertutup dan tidak terbuka. Tapi kalau dibiarkan saja atau ditegur lemah lembut,dia menjadi anak yang lemah dan lembek. Dunia luar jauh lebih keras dan anak harus tahu dan belajar tentang itu. Ummi teringat masa kecil Rahmat. Dia lahi saat ummi mulai mengajar. Sejak bayi dia di rumah bersama neneknya. Pernah juga di titip di penitipan anak punya teman ummi. Ummi sering menangis saat berangkat ke sekolah karena Rahmat menangis ummi tinggalkan. Sering juga dia di kampung bersama uwo, seminggu di kampung, seminggu di penitipan. Rahmat juga pernah di rumah teman ummi, yesi ummi Hanna yang saat itu tinggal di Lampasi. Muthiah yang berjarak umur 2 tahun dari Rahmat menjadi kakak yang baik untuk Rahmat. Mengayomi dan membantu Rahmat dalam hal apa saja sampai Rahmat sudah bersekolah. "Kak, sepatu Amat. Kak tolong buku Amat!" begitu selalu ummi minta tolong sama kakak untuk membantu Rahmat. "Apa karena itu Rahmat jadi lambat bergerak!? pikir ummi. Ummi kadang merasa bersalah terhadap Rahmat. Dari 5 orang anak ummi, hanya Rahmat dan dimasukkan ke penitipan. Makanya saat Fathimah lahir ummi bertekad untuk mengambil cuti besar, cuti di luar tanggungan negara selama 5 tahun. Jadi ummi bisa mengasuh Fathimah sampai dia sudah memasuki usia sekolah. Tapi rencana tak selalu bisa dilaksakan. Akhirnya dengan izin Allah Swt Fathimah bisa dibawa ke sekolah dengan menyewa sebuah kamar untuk istirahat selama ummi mengajar. Syukurnya lagi saat Fathimah berumur 2 tahun pandemi melanda dan ummi bisa di rumah selama 2 tahun bersama Fathimah. Dengan pertandingan keadaan tersebut ummi berpikir apakah keadaan itu yang membuat Rahmat seperti itu? Kalau ya, ummi menjadi merasa bersalah. Ummi minta maaf kepada Rahmat atas keadaan tersebut, atas kekurangan ilmu dan kekurangan waktu ummi bersama Rahmat. Apakah Rahmat tertutup dan kurang terbuka? Salah dia punya banyak teman? Sepengetahuan ummi dia cukup banyak teman dan cukup mau bercerita dengan ummi. Dari semua kekurangan itu, Rahmat juga banyak kelebihan. Selain tenang Rshmat orangnnya suka membaca, tekun dan hati-hati. Dia enak dimintai pendapat, walau irit bicara, pendapatnya berdalil dan punya latar belakang. Untuk yang akan datang Rahmat perlu lebih mudah bicara mau menjawab jika ditanya. Satu hal lagi bentuk kesehatan Rahmat harus rajin olah raga secara teratur, rajin juga makan secara teratur agar sehat fisik, menjadi pribadi yang kuat.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post