Ketika Proses Menjadi Prioritas
Ketika Proses Menjadi Prioritas
Oleh: Zakiah, SS
Pembelajaran teks pidato untuk generasi sekarang sedikit berbeda. Tentu saja kesimpulan ini hanya disimpan di dalam hati dan dipikirkan solusinya. Pembelajaran Teks Pidato pada pembelajaran Bahasa Indonesia kelas 9 biasanya dengan mudah siswa menyelesaikan tugas menulis teks pidato lalu mempraktekkannya di depan kelas tanpa teks. Tapi kali ini nampaknya perlu kiat khusus. Baru saja akan menuliskan teks pidato siswa sudah kesulitan menuliskan bagian pembukaan.
Karena mereka adalah siswa madrasah, saya minta mereka menuliskan dengan tulisan arab yang terdiri atas salam pembuka, puji-pujian dan salawat kepada nabi. Sengaja meminta mereka menuliskan Bahasa Arab karena mereka belajar Bahasa Arab. Agar terintegrasi makanya saya berani melakukan. Beda kalau saya mengajar siswa SMP, tentu tidak adil juga kalau saya meminta mereka menuliskan dengan Bahasa Arab.
Setelah mencari siswa yang mampu menuliskan Bahasa Arabnya dengan benar, saya minta mereka berbagi kepada temannya yang lain dengan menuliskannya di white board. Baru kemudian mereka lanjutkan dengan menuliskan teks pidato secara berkelompok. Selesai menuliskan teks pidato, saya minta mereka menghafal teks pidato tersebut setelah sebelumnya dinilai termasuk mengeditnya jika masih ada yang perlu diperbaiki atau ditambahkan hal yang dirasa perlu.
Teks pidato yang sudah dinilai itulah kemudian yang akan mereka praktekan dan saya beri waktu beberapa hari untuk menghafalnya. Sesuai waktu yang disepakati, hanya beberap siswa yang berani tampil.
“Belum hafal Bu!” begitu alasan mereka untuk mengelak.
Dari empat kelas yang saya ampu, rata-rata dengan kondisi yang sama, mereka tidak siap untuk tampil. Saya jadi merenung. Ada ap aini? Kenapa sulit bagi mereka untuk tampil? Biasanya siswa madrasah jago pidato, mereka tak kesulitan untuk tampil berpidato apalagi sudah diberi waktu untuk menghafal. Sebenarnya ini jadi tanda tanya besar jiuga saat kultum selesai salat zuhur setiap hari di sekolah, kebanyakan yang tampil adalah siswa perempuan. Apakah memang sudah sangat sulit bagi mereka untuk menghafal? Apakah keseringan waktu yang dihabiskan untuk bermain gadget telah menyulitkan mereka untuk kosentrasi dan menghafal?
Akhirnya saya ubah strategi. Dengan memberikan waktu deadline untuk berpidato, saya juga merekam setiap siswa yang tampil. Awalnya banyak yang keberatan untuk direkam. Saya katakan bahwa rekaman akan saya kirimkan lewat japri untuk dilihat Kembali semoga bisa diperbaiki di masa yang akan dating. Saya juga meminta persetujuan mereka jika mereka berkenan videonya diunggah di youtube. Setelah beberapa orang tampil, rupanya mereka semakin tertarik untuk direkam. Malaha da diantara mereka yang sudah tampil sebelumnya dan tidak mau direkam akhirnya minta ulang dan bersedia untuk direkam.
Saya melihat ada siswa yang memang sangat grogi untuk berpidato di depan kelas, pidato yang dihafal hilang dan membuat dia terbata-bata. Ada juga yang tidak berani menatap ke kamera sedikitpun bahkan ada yang matanya melotot menatap ke loteng seperti orang ketakutan. Saya membiarkan mereka minta ulang berkali-kali sampai mereka merasa nyaman untuk berpidato. Saya pikir, yang sangat mereka butuhkan adalah rasa nyaman dan rasa percaya diri dan harus ditumbuhkan dalam jiwa mereka. Setiap selesai tampil saya beri apresiasi berupa kata-kata
“Isi pidatonya bagus!”
“Suara kamu bagus untuk pidato, tinggal menambahkan volume dan memperlambat intonasi!”
Begitulah kiat-kiat yang saya gunakan untuk bisa membuat siswa percaya diri dan semangat untuk praktek pidato. Saya yakin semakin sering mereka berlatih semakin mahir mereka berpidato. Minimal mereka sudah hafal satu teks pidato yang kelak bisa mereka gunakan saat ada yang meminta mereka untuk tampil spontan. Saya juga berharap ketika mereka diminta untuk berpidato, memberi kata sambutan atau menjadi MC mereka sudah hafal kata pembuka saat memulai berbicara di depan umum.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar