Zakiyah, M.Pd

Guru Bahasa Inggris di SMKN 2 Cilegon dan Dosen di STIT Al-khairiyah Cilegon. Usaha Jasa Make-up dan MC. Menulis adalah hobi baru saya, semoga bisa menjadi Penu...

Selengkapnya
Navigasi Web
Benci Tapi Cinta 5

Benci Tapi Cinta 5

Kehidupannya yang makin mengiris bathinnya, membuat Paijo menjadi lebih dewasa dan sikapnya berubah menjadi lebih baik. Itulah cara Tuhan sedang mendewasakan Paijo, yang selama ini ia terlalu mengagungkan kekayaan orang tuanya.

Sebelumnya Paijo adalah anak orang kaya yang banyak tingkah dan dikenal seorang playboy di sekolahnya. Paijo lakukan itu hanya untuk kepuasan dan kebanggaan tersendiri bahwa dia hebat menjadi pujaan para wanita cantik bukan karena ketampanannya saja tapi juga orang terkaya di sekolah itu.

Namun kehidupan seseorang akan selalu berputar, tidak selamanya seseorang akan berada di atas. Begitupun dengan Paijo semula berada diatas awan kini sebaliknya kehidupan Paijo sedang berada ditanah gersang, keluarga nya sedang mendapatkan musibah. Ayahnya Paijo jatuh bangkrut akibat kesalahan besarnya bermain api dengan seorang karyawannya yang licik.

Ayahnya Paijo tergila-gila pada seorang akunting perusahaannya yang sangat cantik dan cerdas. Sampai ayahnya diperbudak untuk mengikuti hawa nafsunya menguasai semua hartanya. Akhirnya perusahaan menjadi bangkrut dan harus melunasi hutang-hutangnya sampai milyaran. Rumah mewah dan semua mobilnya di jual juga digadaikan untuk menutupi hutang-hutang ayah nya. Akibat ulah ayahnya yang menjadi korban adalah anak-anak dan istrinya.

Ibunya Paijo tidak kuat menghadapi kenyataan, akhirnya dia stroke dan berbaring diatas tempat tidur. Hanya Paijo yang bisa membantunya karena adiknya yang perempuan masih kecil, ia masih sekolah dasar kelas satu. Sementara ayahnya sejak bangkrut berusaha keras untuk membuktikan pada keluarganya, bahwa ia sangat menyesali perbuatannya, ia berjanji akan bertanggungjawab pada keluarganya untuk menafkahinya dengan buka usaha kecil-kecilan dan mulai dari nol lagi. Kini ia hanya penjual gorengan didepan rumah kontrakannya yang sempit dan berada di tengah-tengah kampung.

Makin hari makin terbuka hati Paijo, dia mulai merasakan betapa mirisnya hidup menjadi orang miskin. Setiap hari harus berjuang berjualan mambantu ayahnya, demi untuk menata kehidupannya kembali yang telah pupus, juga untuk mengobati penyakit ibunya.

"Selama ini aku hidup bergelimang kemewahan, mau makan tinggal pesan, mau pergi tinggal pilih kendaraan apa yang aku suka, mau bergaya tinggal goreskan credit card, teman mendekat para cewek cantik pun berdebat karena ingin aku mendekat. Sekarang aku harus giat dulu untuk bisa memperoleh nikmatnya hidup. Tapi aku masih tetap bersyukur, kedua orang tuaku masih hidup. Walaupun ummi terbaring sakit, tapi abi menyesali perbuatannya dan sekarang berjuang dari nol lagi. Aku tak peduli apa kata orang, meski sekarang aku bantu abi berjualan gorengan, aku bersyukur masih bisa makan dan berteduh dirumah kontrakan yang sempit ini. Terimakasih Tuhan sudah menyadarkanku, tamparanmu benar-benar membuatku jadi kuat hadapi kenyataan. Semoga aku bisa menjadi kebanggaan kedua orang tuaku."

Paijo menuliskan ungkapan hatinya dibuku diarynya. Sekarang dia menjadi anak rajin, semua yang dia lakukan karena teramat menyayangi ibunya. Dia sebagai anak sulung harus bisa menjadi contoh adiknya.

Namun perubahan yang dialami Paijo tidak semua orang mengetahui penyebabnya. Termasuk sahabatnya pun David tidak tahu apa yang terjadi pada diri Paijo. David merasa kehilangan sosok sahabatnya yang sudah beberapa hari tidak masuk sekolah. Dia sengaja mampir ke rumah lama Paijo yang mewah, tapi gerbangnya digembok dan ada tulisan "Rumah ini dalam Pengawasan Bank!"

"Waduh, ternyata benar kata Albert. Ya Tuhan... Bagaimana nasib Paijo? Dia tinggal dimana? Pantas saja aku mau nengok umminya dia belum mengijinkan. Ternyata ini jawabannya." David nampak sedih melihat rumah sahabatnya di sita. Dia menghubungi Paijo pun tidak aktif.

Keesokan paginya di sekolah David menunggu Paijo, sayangnya ia tak masuk sekolah lagi. Claudia pun gelisah pujaan hatinya tak ada disampingnya beberapa hari ini.

"David, sohibmu mana?"

"Aku juga tidak tahu, tidak ada kabar. Aku hubungi dia kemaren sore juga tidak aktif." Jawab David

"Coba aku telpon dia, bisa minta nomornya nggak?" Pinta Claudia yang sedikit khawatir pada Paijo.

Lalu David memberikannya, dan Claudia menghubunginya. Paijo masih belum aktif juga teleponnya. Claudia nampak kecewa dan juga resah. Akhirnya David menceritakan apa yang dia lakukan kemaren sore.

"Gimana kalau kita cari tahu tempat tinggal dia?"

"Cari dimana bule cantik?"

"Ya kemana saja, kita berpencar ya..setelah pulang ini. Semoga kita bisa menemukannya. Aku kok jadi khawatir sama Paijo."

"Ok deh. Tapi kamu sama siapa?"

"Aku sewa ojek saja, biar mudah dan cepet."

"Yakin grandma mu tidak marah?"

"Tenang saja grandma lagi sibuk dengan bisnisnya di Jogja."

"Oke sip."

Akhirnya bell pulang pun berbunyi, mereka bergegas berpencar mencari tahu keberadaan rumah Paijo. Claudia mencoba kerumah lama Paijo. Kebetulan ia bertemu seorang ibu-ibu keluar dari samping rumahnya.

"Bu maaf menggangu, aku Claudia teman Paijo.

"Iya dek, ada yang bisa ibu bantu?"

"Iya bu, aku dapat tugas dari sekolah mau kerja kelompok sama Paijo. Tapi dihubungi ponselnya nggak aktif. Apa ibu tahu dimana Paijo tinggal?" Claudia berbohong demi mendapatkan informasi.

"Kalau persis rumahnya belum tahu dek, yang ibu dengar rumahnya katanya pindah di kampung Solo Baru. Coba adek cari disana saja. Dan yang ibu dengar umminya lagi sakit, ibu juga belum nengok."

"Oh iya ibu, makasih banyak informasi nya. Baik aku akan cari kesana ya bu." Ucap Claudia dengan senang. "Yes, I get the key word."

Lalu ia menghubungi David. "Vid, I got it!"

"Oh ya... Dimana alamatnya?"

Kita ketemu di perempatan kampung Solo Baru ya, aku segera meluncur kesana."

"Siap bule cantik."

Mereka bertemu juga diPerempatan kampung tersebut. Mereka juga pelan-pelan mengelilingi kampung itu. Tapi belum juga ditemukan. Mereka kelaparan dan berhentilah di warung yang agak rame di depan rumah itu.

"Vid, very hungry, cari makan dulu ya, itu seperti nya jual makanan ayo kita kesana."

"Hayoo... Kok rame banget ya, jualan apa ya?"

"Iya, kok sampe ngantri gitu ya."

"Bu itu jualan apa, kok sampe pada ngantri gini?" Tanya David mendekati salah satu orang yang sedang ngantri.

"Oh itu ada penjual makanan gorengan juga minuman viral gitu, yang jual ganteng. Jadi mak mak semangat pada ikutan ngantri, hehehe..." Jawab salah satu ibu muda dengan polosnya.

"Hehe.. Ibu bisa saja, makasih bu infonya."

"Gimana Vid, apa katanya?"

"Itu penjualnya ganteng katanya makanya pada ngantri." Jawab David santai.

Claudia sontak saja tertawa ngakak, " Hahahhaha.. Aneh ya orang sini kalau yang jual ganteng laku keras juga ya!"

"Ya mak mak zaman now ya gitu."

"By the way, Jangan-jangan yang jual Paijo." Ucap mereka berdua kompak.

"Ayo kita langsung kesana."mereka berdua bergegas ke warung itu.

Bersambung

#Tagur hari ke 168

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post