Zakiyah, M.Pd

Guru Bahasa Inggris di SMKN 2 Cilegon dan Dosen di STIT Al-khairiyah Cilegon. Usaha Jasa Make-up dan MC. Menulis adalah hobi baru saya, semoga bisa menjadi Penu...

Selengkapnya
Navigasi Web
Benci Tapi Cinta 9

Benci Tapi Cinta 9

Pagi hari yang sangat sejuk, Paijo berangkat ke sekolah dengan kendaraan motornya. Hilir mudik kendaraan dijalanan berpacu untuk segera sampai pada tempat tujuan. Dimana orang-orang mulai beraktivitas. Sesampainya di sekolah, ada pemandangan yang tak sedap dipandang mata. Khususnya Paijo, semua mata siswa-siswi tertuju pada Paijo sambil melihat postingan Jessica. Mereka berbisik-bisik ada yang mengumpat, menghina ada juga yang kasihan pada Paijo. 

"Es viral es viral lima ribuan lima ribuan." Salah satu cewek menyindir Paijo. Kata-kata itu menghentikan langkah Paijo, dan dia berbalik arah menuju cewek tersebut. Claudia tahu betul yang akan dilakukan Paijo, dia menggandeng nya dan menariknya masuk kelas. 

"Sudah abaikan ucapan mereka, fokus pada tujuan. Ingat Ummi jangan buat masalah. Okey!" Ucap Claudia membuat Paijo tidak bisa berkutik. Dia ikuti Claudia masuk kelas. Namun cewek itu dan teman-temannya bersorak mencari perhatian Paijo. 

"Huhhh.. Mau dong es viralnya."

"Pantesan sekarang beda, tahunya jadi penjual es viral, hahaha..."

"Katanya orang terkaya di sekolah ini, ternyata dia penjual es dan anaknya pedagang gorengan, hahaha..."

Sepanjang jalan telinga Paijo panas mendengar hinaan mereka, Claudia menahannya sampai masuk kelas. Untungnya, teman sekelasnya meski tahu kabar tentang Paijo, mereka cuma cukup tahu dan menjaga perasaan teman sekelasnya. 

"Kamu kenapa sih dari tadi menahan amarahku?"

"Aku tidak ingin kamu membalasnya, mereka sengaja ingin menghancurkan mu. Aku tidak ingin kamu membuat keributan, aku sayang kamu, Jo."

"Apa? Bisa kamu ulang lagi ucapanmu yang terakhir?"

"Ya aku sayang kamu karena kamu sekarang sahabatku. Jelas?" Jelas Claudia dengan suara yang kencang sampai terdengar teman-temannya. 

"Cie cie..Sayang nih yee..." Salah satu teman ceweknya menggoda mereka berdua, wajah Claudia jadi merah menahan malu, dan Paijo hanya senyum-senyum sendiri. Ada rasa bangga Claudia menyatakan rasa sayangnya, yang sebenarnya ia juga teramat menyayanginya. 

"Ehemmm... Ehemmm..." David pun ikut menggodanya sambil tertawa dengan teman lainnya. 

"Huss jangan berisik, bu guru datang." Salah satu temannya berlari duduk di dalam kelas. 

Masuklah seorang guru bahasa Indonesia yang cantik bernama bu Sulis, hari ini dia memberikan materi menulis essai. Ia memberikan topik tentang pengalaman hidup pada siswa-siswi nya. "Silahkan curahkan isi hati kalian pada tulisan kalian hari ini, ibu ingin kalian terlatih dalam berliterasi. Awali tulisan kalian dengan yang kalian alami dan rasakan, biasanya ide untuk menulis itu akan dengan mudahnya kalian goreskan penanya pada sebuah tulisan. Semangat untuk menulis ya, nak!"

"Iya siap bu.. " Hampir semua siswa menjawab dengan semangat, dan mereka langsung menuliskan pengalaman hidupnya. 

Akhirnya bell istirahat pun berbunyi, semua lembar tulisan dikumpulkan dan bu Sulis membawanya ke kantor. Diwaktu rehatnya ia duduk diruang guru sambil membaca hasil tulisan karya siswa-siswinya. Tidak terasa airmata bu Sulis menetes deras, membaca tulisan Paijo. Ia terharu dan tidak menyangka kehidupan nya sangat mengiris kalbu. Karya tulisannya dalam pemilihan diksinya pun sangat bagus, runtun, dan kata-kata nya sangat menyentuh hati. Siapapun yang membacanya akan meneteskan airmata. 

"Ibu Sulis kenapa? Kok nangis.. Ada masalah apa bu?" Tanya guru PAI. Bu Sulis langsung memberikan tulisan karya Paijo. "Bacalah bu! Ibu pasti akan sama seperti saya menangis."

Sontak saja ia ambil kertas itu dan dibacanya duduk di sebelah bu Sulis. Tak lama kemudian, ia pun sama menangis menghapus air matanya dengan tisu yang ada diatas mejanya. 

"Pantas saja saya perhatikan Paijo sangat jauh berbeda, dia anteng tidak banyak tingkah dan aktif di kelas. Biasanya bikin kelas gaduh, dan selalu mengganggu anak-anak perempuan. Saya kira karena dia duduk dengan Claudia, dia jadi berubah. Ternyata ini jawabannya. Kasihan juga ya Paijo."

"Iya bu, kita semestinya kasih support untuk perubahan Paijo yang luarbiasa bisa dijadikan pamitan oleh teman-temannya. Belum tentu siswa lain bisa lakukan seperti Paijo, disaat kondisinya seperti yang Paijo alami."

"Iya betul bu, mungkin banyak siswa yang terpuruk dan gagal untuk melanjutkan sekolah karena frustasi akibat tidak siap menghadapi kenyataan hidup."

"Semoga Paijo menjadi anak yang dibanggakan kedua orang tuanya dan dia bisa menjadi siswa berprestasi."

"Aamiin... Ngomong-ngomong bu Sonia wali kelasnya sudah tahu belum ya tentang kondisi Paijo?"

"Kurang tahu juga ya bu, aku juga tahu karena tugas menulis tentang pengalaman hidupnya. Tapi minggu lalu bu Sonia home visit ke rumah Paijo karena beberapa hari tidak masuk."

"Oh, berarti bu Sonia sudah tahu. Ya syukurlah, kita cukup tahu saja bu, khawatir jadi ramai pembahasan nantinya kasihan Paijo."

Di lain tempat, masih di waktu rehat, Paijo, David dan Claudia berada di kantin. Tiba-tiba Albert dan Jessica juga gengnya datang menghampiri nya. Di depan banyak orang mereka menghinanya. 

"Eh ada penjual es viral disini! Hari ini libur  nggak jualan dulu ya, Jo?" Ejek Albert. 

"Mungkin dia lelah Albert...kasian ya sekarang untuk biaya hidupnya harus berjuang jualan es dan gorengan, hahaha.." Ejek Jessica sambil tertawa sinis, membuat Paijo tangannya mengepal menahan marah. Dan Claudia melihatnya, langsung ia pegang jari jemari Paijo.

Genggaman tangan Claudia membuat hati Paijo luluh, dan menatap Claudia tidak menghiraukan ucapan Albert dan Jessica. Paijo merasa dikuatkan oleh Claudia, ia hanya tersenyum tak membalasnya. 

Albert dan Jessica tambah menjadi emosi melihat tingkah mereka berdua bak dua hati yang sedang jatuh cinta. Mereka merasa terabaikan, dan David pun mentertawakan tingkah mereka yang jadi salah tingkah. Semua teman-temannya yang satu kelas mendukung Paijo dan membelanya, " Memangnya kalau jualan es dan gorengan salah ya?" 

"Yang penting kan halal bener nggak temen-temen?" Celetuk temen kelasnya.

"Betul, setuju.." Serentak dijawab oleh teman-teman Paijo

Akhirnya mereka malu dan meninggalkan kantin itu dengan kesal. Dan teman-temannya Paijo mentertawakan Albert dan gengnya. 

 

Bersambung

#Tagur hari ke 173

 

'

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post