Dering bel sekolah sayup - sayup terdengar dari kelas VII A, kebetulan ruang kelas tersebut berada paling belakang. Kutengok jam tanganku, waktu menunjukkan pukul 11.00 wita pertanda kegiatan belajar mengajar hari ini telah berakhir, dan anak - anak bersiap untuk pulang ke rumah masing - masing. Setelah kegiatan berdoa selesai, satu persatu anak -anak menuju pintu keluar menyalamiku sebagai bentuk terima kasih kepada gurunya. Selang beberapa saat kulangkahkan kaki menuju ruang guru, dikejauhan terlihat bapak guru terkesan tergesa - gesa pulang ke rumah, mungkin mereka tak ingin terlambat shalat jumat, apalagi pukul 13.00 siang nanti akan ada kegiatan sosialisasi di ruang guru. Langkahku terus kukayuh dan sayup - sayup terdengar gelak tawa para ibu guru, rupanya mereka sedang bercengkrama. Yah, mungkin sekedar pelepas kepenatan setelah beraktivitas tadi. Akupun tersenyum sambil menyapa mereka memberi salam dan disahuti dengan kembali salam.

Kamipun terlibat percakapan mengenai Sosialita Progim Seru hingga pukul 12.30 wita. Sesaat kemudian kami beranjak dari tempat duduk menuju ke mushollah untuk menunaikan shalat dzuhur dan dilanjutkan dengan makan siang. Tepat pukul 13.00 wita kegiatan Sosialita Progim Seru dimulai, bertindak sebagai nara sumber Bapak Mahdin, S.Pd, M.Pd Kepala SMPN 1 Kendari. Sekolah SMPN 1 Kendari merupakan sekolah rujukan dan berkunjung ke SMPN 2 Kendari sebagai sekolah pengimbasan yang bertujuan mengadakan kegiatan Sosialita Progim Seru yaitu Sosialisasi Implementasi Program Pengimbasan Sekolah Rujukan SMP Tahun Pelajaran 2018

Dalam pidatonya, Mahdin, S.Pd, M.Pd. mengatakan bahwa "Kriteria Sekolah Rujukan adalah Sekolah memiliki nilai akreditasi A, letak sekolah harus strategis dan sekolah memiliki keunggulan, SMPN 2 sebagai sekolah pengimbasan bisa menjadi sekolah rujukan karena kriteria sekolah rujukan sudah ada pada SMPN 2 Kendari, berbicara tentang keunggulan, SMPN 2 Kendari memiliki Sumber Daya Manusia yang mumpuni, misalnya kegiatan pramuka bisa menjadi salah satu titik bentuk keunggulan". Lebih lanjut lagi dikatakan Mahdin, S.Pd, M.Pd bahwa " Keunggulan inovasi tidak mesti mengguncang dunia, yang biasa - biasa saja tetapi bisa menonjol dari aspek tadi, sudah merupakan bentuk keunggulan, sopan santun saja merupakan bagian dari keunggulan, indikatornya adalah tidak perlu berbangga dan tidak perlu menyombongkan diri tetapi ada komentar atau pengakuan dari orang lain, jadi tidak perlu mengguncang dunia kalau ingin menciptakan keunggulan". Lebih lanjut mahdin, S.Pd, M.Pd mengatakan bahwa kelebihan SMPN 2 Kendari adalah kekompakkan guru - gurunya sebagai modal untuk menjadi sekolah rujukan dengan memperhatikan aspek - aspek sebagai keunggulan, salah satunya adalah menggaungkan Gerakan Literasi Sekolah ( GLS ). Program GLS sudah menasional, sangat urgen dan wajib dilaksanakan semua sekolah. Sekolah diharuskan memiliki aroma literasi, salah satu adanya pojok baca disetiap ruang kelas dan mewajibkan siswa memiliki buku bacaan didalam tasnya, apakah komik, cerpen, novel, ilmu pengetahuan teknologi yang bukan buku pelajaran. Buku itulah yang digunakan untuk membaca 15 menit sebelum pelajaran dimulai". Gerakan Literasi Sekolah seharusnya mulai tampak dari gurunya dulu, untuk itu guru diharuskan memiliki buku bacaan, untuk memotivasi guru agar melek membaca tidaklah mudah, padahal banyak sekali aturan - aturan yang harus dimiliki guru, sebagai contoh tidak banyak dari guru yang pernah membaca Undang - Undang No 20 Tahun 2003, Peraturan Pemerintah Tahun 2005 yang telah diubah, padahal nasib guru ada tertuang di Permen tersebut, Undang - Undang Perlindungan Anak, jika hal ini terus dibiarkan dengan tidak mau membaca maka pembullyan bisa terjadi", demikian yang dikatakan oleh Mahdin, S.Pd, M.Pd. Literasi bukan hanya membaca tetapi ada literasi digital, literasi keuangan yang dikaitkan dengan Penguatan Pendidikan Karakter( PPK ) yaitu, membimbing anak - anak dengan cara menyisihkan uang jajannya. Dan ini merupakan bagian program sekolah rujukan.

Kendari, 12 Oktober 2018