Jika ingin lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat berjalan dengan harmonis dan bahagia, hendaklah mengutamakan adab dibanding ilmu.

Ibadah kepada Allah, hubungan sosial kemasyarakatan dan interaksi antar sesama, membutuhkan adab yang baik. Dengan adanya pembiasaan adab yang baik, akan melahirkan kemaslahatan dalam beraktifitas sehari-hari. Dan hal inilah yang pernah dilakukan oleh para ulama kita dahulu yang lebih mengutamakan adab daripada ilmu.

Adab yang harus dicontoh oleh kita umat Islam adalah Adab nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam dengan memberikan keteladanan, seperti kerendahan hati dengan rajin beribadah walaupun sudah dijamin Allah masuk surga. Beliau sangat santun dalam bertutur kata dan bersikap kepada keluarga dan handai taulannya. Suka memaafkan dan hidup sederhana. Jujur dalam berkata sehingga diberi gelar al-Amin. Bertanggung jawab terhadap amanah yang dipikulkan dan banyak lagi yang lainnya.

Adab tidak sama dengan karakter, lebih luas maknanya. Berkarakter baik atau buruk bisa dimaksudkan sebagai ber "peran" baik atau buruk. Namun tidak mengacu kepada dimensi Ilahi, hanya kepada dimensi manusiawi. Seseorang mampu berkarakter, namun belum tentu mampu beradab. Seorang pemimpin mampu bersikap santun, berwibawa, tekun dalam bekerja, namun ia tidak beradab jika masih melegalkan judi, tempat-tempat hiburan, minuman keras, kesyirikan dan lain sebagainya.

Disinilah adab sangan berperan dalam membentuk prilaku seseorang untuk menjadikannya mampu menciptakan keharmonisan dan kedamaian di lingkungan yang dipimpinnya. Peran manusia sebagai pemimpin di permukaan bumi sangat dibutuhkan dan menentukan kualitas serta keberhasilan menanamkan nilai-nilai adab bagi yang dipimpinnya, baik di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat nantinya.

Seiring berjalannya waktu, semoga para pemimpin di negeri tercinta Indonesia ini mampu menjunjung tinggi nilai-nilai adab dan dapat melahirkan generasi yang beriman, bertaqwa, beradab, cerdas, kreatif mandiri.

Semoga tulisan ini bermanfaat.