ASAL MULA KOTA KUDUS (Hari ke-326)
Kudus merupakan kabupaten yang terletak di provinsi Jawa Tengah. Cerita rakyat Jawa Tengah asal mula Kota Kudus perlu diketahui lebih luas oleh masyarakat Jawa Tengah terutama masyarakat Kudus. Nama Kudus diambil dari kata Al-Quds. Kudus dikenal sebagai kota penghasil rokok atau kretek terbesar di Jawa Tengah.
Kota Kudus berada di jalur pantai utara laut Jawa Tengah antara Kota Semarang dan Kota Surabaya. Kudus berjarak sekitar 51 kilometer dari arah timur Kota Semarang. Kota Kudus terkenal sebagai penghasil rokok (kretek) terbesar di Jawa Tengah.
Sejarah Kota Kudus tidak terlepas dari kisah Sunan Kudus. Berkat keahlian dan ilmunya, Sunan Kudus ditugaskan untuk memimpin para jamaah haji, sehingga ia diberi gelar Amir Haji. Amir Haji adalah orang yang menguasai urusan para jama'ah haji. Ia sempat tinggal di Baitul Maqdis untuk belajar agama Islam.
Orang-orang di Baitul Maqdis Palestina saat itu banyak yang terjangkit wabah penyakit, sehingga banyak orang yang menjadi korban jiwa. Atas kuasa Allah Ta’ala, dengan bantuan Ja'far Shoddiq, wabah tersebut dapat diberantas. Dengan jasanya, maka seorang Amir di Palestina memberikannya hadiah berupa wewenang menguasai suatu daerah di Palestina. Pemberian tersebut dituliskan pada batu dengan huruf arab kuno dan sekarang masih ada di atas Mihrab Masjid Menara Kudus.
Sunan Kudus memohon kepada Amir Palestina untuk memindahkan wewenang wilayah tersebut ke Pulau Jawa. Permohonan tersebut disetujui dan Ja'far Shoddiq kembali ke Pulau Jawa. Ja'far Shoddiq mendirikan Masjid di daerah Kudus tahun 1549 M. Masjid ini akan diberi nama Al Manar atau Masjid Al Aqsho, meniru nama Masjid di Yerussalem yang bernama Masjid Al Aqsho.
Kota Yerussalem sendiri juga disebut sebagai Baitul Maqdis atau Al-Quds. Dari kata Al-Quds kemudian lahirlah kata Kudus, yang kemudian digunakan sebagai nama Kota Kudus sampai sekarang.
Sebelum bernama Kota Kudus, mulanya kota ini bernama Kota Tajug. Disebut Tajug karena banyak atap arsitektur tradisional yang sangat kuno di sana, digunakan dengan tujuan keramat.
Kudus memiliki beberapa julukan, sebagai berikut: Kota "Semarak", kependekan dari kata Sehat, Elok, Maju, Aman, Rapi, Asri, dan Konstitusional. Semboyan ini diberikan sebagai bentuk pemeliharaan keindahan kota.
Kota “Kretek”, Kudus sebagai kota penghasil rokok, seperti Djarum, Sukun, Jambu Bol, dan sebagainya. Kota “Jambu Bol”, Kudus terkenal dengan hasil pertanian Jambu Bol. Jambu Bol sudah menjadi flora identitas resmi Kabupaten Kudus.
Kota “Santri”, karena banyak masyarakat di Kota Kudus yang menjadi santri. Kudus menjadi pusat perkembangan agama Islam pada abad pertengahan. Dapat dilihat dari lima makan yang ada di Kudus, yaitu: Kyai Telingsing, Sunan Kudus, Sunan Muria, Sunan Kedu, Syeh Syadzili.
Dahulu terdapat seorang pedagang dari Cina yang bernama Sun Ging. Tidak hanya berdagang, ia juga sangat mahir mengukir. Kemahirannya terdengar hingga Majapahit sehingga ia dipanggil untuk mengukir ornamen keraton. Karena hasil ukirannya yang bagus, Sun Ging mendapatkan hadiah.
Ada banyak hadiah yang ditawarkan, tetapi Sun Ging meminta sebidang tanah. Di lahan tersebut dibangun Perguruan ukir yang membuat daerah itu semakin populer. Lambat laun daerah ini diberi nama Sunggingan (nama yang berasal dari nama pemiliknya Sun Ging) yang artinya tempat tinggal. Masyarakat juga mengatakan bahwa sunggingan berarti tempat orang menyungging atau melukis dan mengukir.
Desa Sunggingan semakin populer dan terdengar hingga ke telinga Raden Patah dari Demak yang merupakan kerajaan Islam pertama di Jawa. Beliau tertarik untuk mengislamkan masyarakat daerah Sunggingan. Syeh Ja’far Sodiq, seorang ulama besar dari Persia, diperintahkan untuk melakukan tugas ini.
Karena adanya perintah itu, Syeh Jafar Sodiq pergi ke desa Sunggingan. Syeh Jafar melihat suatu bangunan dengan pintu gerbang Kerajaan Majapahit yang sudah rusak. Demi menarik perhatian masyarakat penganut Agama Hindu, ia memugar gerbang tersebut.
Di gerbang itu, Syeh Jafar Sodiq menambatkan seekor sapi jantan gemuk dan ia mulai berkhotbah. Karena kesabaran, keramahan, dan kewibawaan pribadinya, dalam waktu sebentar masyarakat Sunggingan banyak yang memeluk agama Islam termasuk The Ling Sing. Bahkan The Ling Sing mendapat gelar Kiai Telingsing.
Syeh Jafar Sodiq yang bermukim di Sunggingan akhirnya memberikan nama Kudus pada kawasan Sunggingan. Penamaan Kudus itu dikarenakan adanya sebuah masjid yang didirikan oleh Syeh Jafar Sodiq dengan nama Al-Kuds. Tak lama lagi, masjid tersebut diberi nama Masjid Kudus.
Akhirnya daerah tersebut berkembang pesat. Banyak pelancong datang untuk belajar mengaji, bertani, berwirausaha dan berdagang. Kota Kudus menjadi ramai. Gerbang Majapahit akhirnya menjadi Menara Kudus.
Di Masjid Menara Kudus, ada batu dari daerah Yerusalem (Israel). Batu tersebut dibawa oleh Sunan Kudus. Oleh sebab itu, masjid yang dibangun Sunan Kudus diberi nama Masjid Al-Aqsa, seperti masjid yang ada di Yerusalem
Wallahu a’lam,
Sumber: Buku Cerita Rakyat Jawa Tengah Kabupaten Kudus dan Jepara oleh Balai Bahasa Jawa Tengah 2016.
Semoga barakah, manfaat.
Kudus, 22 November 2022 (Hari ke-326)



Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren menewen ulasannya mbakyu. Semoga ada kesempatan berkunjung ke Kudus. Satu lagi yang saya suka daei kudus mbakyu. Jenang khas kudus.. Kalau lagi ada kegiatan ke Jgja, yang tidak pernah lupa selain bakpia yaa jenang kudus.. hehe.. Sukses selalu
Ayo dik ke Kudus, jenangnya banyak pilihan
Alhamdulillaah, sudah bisa tayang pagi
Berkah semuanya
Luar biasa Bunda penuh inspirasi dan mencerahkan
Alhamdulillah Pak Trianto, sukses selalu
Keren bunda, dulu aku pernah singgah disini di tahun 2011 sudah lama sekali
Ayo Bu Sofiawati, datang ke Kudus lagi
Kisah ceritanya sangat informatif. Keren Bu Zuyyinah
Alhamdulillah, Terimakasih Pak Rochadi, sukses selalu
Masyaallah informaiif banget. Baarakallah bund
Barakallaahu lakuma Bu Siti,sukses selalu
Kapan ya, daku bisa ke Kudus? Semoga sehat selalu.
Aamiin Yaa Allah, semoga bisa Pak Isak, sukses selalu
mantap keren cadas...ulasan keren menewen, mencerahkan...salam literasi sehat sukses selalu bunda Zuyyinah bersama keluarga tercinta
Aamiin Yaa Allah, Terimakasih Pak Sugiharto, sukses selalu