ZUYYINAH

Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya, itulah mottonya. Lahir di Kudus 9 Januari 1964. Sebagai anak pertama dari delapan bers...

Selengkapnya
Navigasi Web
KISAH ALQAMAH TERSIKSA KETIKA AJAL DATANG (Hari ke-511)

KISAH ALQAMAH TERSIKSA KETIKA AJAL DATANG (Hari ke-511)

Salah satu sahabat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bernama Alqamah dikenal taat dalam beribadah dan rajin melakukan sedekah. Pemuda yang sangat rajin salat, puasa, bersedekah, dan amal ibadah lainnya. Tetapi pemuda ini mengalami kesulitan saat meninggal karena satu hal, durhaka kepada sang ibu. Kehidupan Alqamah berubah setelah ia menikah. Karena kesibukannya dengan urusan rumah tangga, akhirnya ia kurang memperhatikan ibunya yang masih hidup.

Ibu tinggal sendirian di sebuah pondok. Meski sudah berlalu lama di pondok, Alqamah tetap saja tidak menjenguk dan belum memberi santunan kepada sang ibu. Sang ibu kecewa, beliau merasa berkecil hati terhadap sikap anaknya yang kurang memperhatikan dirinya.

Suatu hari, Alqamah sedang sakit parah. Semua keluarganya menjenguknya, satu rumah Alqamah dipenuhi oleh sanak keluarganya itu. Tetapi, di rumah Alqamah tidak ada keberadaan sang ibu. Rupanya sang ibu belum datang menemuinya. Alqamah sudah dalam keadaan sakaratul maut.

Melihat kondisi Alqamah yang sudah mendekati kematian, para keluarganya mentalqin kalimat tauhid: Laa Ilaaha Illallaah. Tetapi apa yang terjadi? Alqamah tidak bisa mengikutinya. Kalimah tauhid tersebut diulang berkali-kali, tetap saja Alqamah belum juga dapat menirukannya. Mulut Alqamah tertutup, yang terlihat hanya wajahnya yang gelisah dengan kedua matanya yang sudah sangat membengkak, seakan memberi pesan meminta tolong.

Melihat kondisi Alqamah yang semakin parah, membuat para keluarga dan sahabatnya yang hadir merasa heran. Sebab mereka mengetahui bahwa seorang Alqamah merupakan sahabat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam seorang yang taat dan wara'. Menurut mereka, Alqamah adalah teladan yang baik untuk ditiru semasa hidupnya.

Sebagian sahabat yang hadir segera menghadap dan melaporkan kejadian ini kepada Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Baginda Nabi kemudian mengutus beberapa sahabat untuk menjenguk Alqamah dan melihat kondisinya Alqamah lebih dekat. Para sahabat nabi ingin mencoba mentalqin kalimat tauhid kembali kepada Alqamah.

Ketika para sahabat Nabi mencoba mentalqin kalimat tauhid itu, keadaannya tetap saja seperti sebelumnya. Alqamah tidak mengikutinya sama sekali. Bahkan Alqamah terlihat semakin gelisah dan sangat menakutkan.

Para sahabat memutuskan untuk menjemput Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Baginda Rasulullah kemudian hadir di depan Alqamah, sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang setia itu. Dengan hati yang cemas dan penuh kasih sayang, Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mentalqin kalimah tauhid, tetapi sayang Alqamah justru menggelengkan kepalanya.

Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terdiam, lalu bertanya kepada hadirin, “Apakah Alqamah ini masih mempunyai Ibu kandung?” Salah seorang hadirin menjawab "Benar, masih ada ya Rasulullah." Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kembali kepada hadirin, “Di mana ibu itu?” Istrinya menjawab, “Di sana, di dusun itu. Dia mondok sendirian, ya Rasulullah."

Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta kepada para sahabat untuk segera mendatangkan Ibunda Alqamah. Setelah tiba, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada ibunda mengenai hal ihwal Alqamah. Sang ibu kemudian menceritakan semuanya kepada Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Mendengar penjelasan sang ibu, Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintah para sahabat dan hadirin untuk mengumpulkan kayu api unggun beserta dengan minyaknya. Sebagian dari sahabat bertanya kepada Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, "Kayu ini untuk apa ya Rasulullah."

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab dengan tegas, “Untuk membakar Alqamah, sebab lebih baik kita bakar sekarang saja dari pada kelak dibakar di dalam api neraka jahannam."

Mendengar putusan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sang ibu kandung Alqamah tidak tega, bila anak kandungnya itu sampai dibakar di depan matanya sendiri. Sang ibu kemudian berkata kepada Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. "Wahai junjungan alam, janganlah dibakar anakku ini, biarlah kumaafkan segala kesalahannya itu dan aku relakan segala pengorbananku untuknya.”

Sang ibu melanjutkan perkataannya dengan bersaksi "Aku mengakui bahwa tiada Tuhan selain dari pada Allah, dan aku mengakui bahwa Muhammad benar benar Rasul-Nya”. "Di depan hadirin, aku bersaksi bahwa benar benar anakku Alqamah ini, segala kesalahannya telah kumaafkan dan telah kurelakan," kata sang ibu.

Saat itu juga, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyuruh sahabat untuk melihat kondisi Alqamah, ternyata Alqamah sedang menarik nafasnya yang terakhir sambil mengucapkan kalimat tauhid. Dengan muka yang jernih dan mata yang sayu memandang dengan bibir yang tersenyum tersungging di bibir itu kalimat Thayyibah: "Laa Ilaaha Illallaah". Alqamah akhirnya kembali dengan tenang dengan wajah berseri seri.

Firman Allah Ta’ala dalam surah Al-Ahqaf ayat 15:

وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ اِحْسَانًا ۗحَمَلَتْهُ اُمُّهٗ كُرْهًا وَّوَضَعَتْهُ كُرْهًا ۗوَحَمْلُهٗ وَفِصٰلُهٗ ثَلٰثُوْنَ شَهْرًا ۗحَتّٰىٓ اِذَا بَلَغَ اَشُدَّهٗ وَبَلَغَ اَرْبَعِيْنَ سَنَةًۙ قَالَ رَبِّ اَوْزِعْنِيْٓ اَنْ اَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِيْٓ اَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلٰى وَالِدَيَّ وَاَنْ اَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضٰىهُ وَاَصْلِحْ لِيْ فِيْ ذُرِّيَّتِيْۗ اِنِّيْ تُبْتُ اِلَيْكَ وَاِنِّيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ

“Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Masa mengandung sampai menyapihnya selama tiga puluh bulan, sehingga apabila dia (anak itu) telah dewasa dan umurnya mencapai empat puluh tahun dia berdoa, “Ya Tuhanku, berilah aku petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau limpahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan agar aku dapat berbuat kebajikan yang Engkau ridai; dan berilah aku kebaikan yang akan mengalir sampai kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sungguh, aku termasuk orang muslim.” (QS. Al-Ahqaf: 15).

Wallahu a’lam,

Semoga barakah, manfaat.

Bulungkulon, 26 Mei 2023 (Hari ke-511)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kisah yang sangat inspiratif dan mencerahkan Mbakyu. Sukses selalu

26 May
Balas

Alhamdulillah, Barakallah Adik, sehat sekeluarga dan sukses ya

27 May

Alhamdulillaah, segala puji hanya bagi Allah ta'ala

26 May
Balas

Berkah barakah semuanya

26 May

Kisah inspiratif. Semoga kita dijauhkan dari hal serupa. Sukses selalu buat Bunda.

26 May
Balas

Alhamdulillah Bu Samsimar, Barakallah, Aamiin Yaa Allah

27 May

Ibu Alqamah wanita paling ikhlas meski disakiti oleh putranya....bisakah kita seperti dia? Barokallah Ibu...

26 May
Balas

Barakallaahu lakuma bu Musdawati, sukses selalu

26 May

Kisah yang inspiratif dan bermakna. Semoga sehat selalu Bunda.

26 May
Balas

Alhamdulillah dik Nanik, Aamiin Yaa Allah, sukses selalu ya

27 May

Mantap...

26 May
Balas

Alhamdulillaah

27 May

Semoga kita selalu memuliakan ibu

27 May
Balas

Aamiin Yaa Allah

29 May

Terimakasih artikelnya... Sangat bermanfaat Bun.

26 May
Balas

Alhamdulillah Bu Mira, Barakallaah, sukses selalu ya Bu

27 May



search

New Post