ZUYYINAH

Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya, itulah mottonya. Lahir di Kudus 9 Januari 1964. Sebagai anak pertama dari delapan bers...

Selengkapnya
Navigasi Web
KISAH DI BALIK SURAH YUSUF AYAT 4 (Hari ke-304)

KISAH DI BALIK SURAH YUSUF AYAT 4 (Hari ke-304)

Allah menurunkan setiap ayat dalam AlQur’an sebagai pelajaran bagi umat muslim untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan dalam hidup. Nilai-nilai yang terkandung dalam setiap ayat AlQur’an memuat berbagai macam hal, seperti aturan dalam beribadah, nilai ekonomi, sosial, politik, dan budaya yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Terdapat juaga berbagai ayat dalam AlQur’an yang mengatur akhlak dan etika dalam kehidupan bermasyarakat. Salah satu pedoman akhlak tercantum dalam Surat Yusuf ayat 4. Ayat ini mengajarkan umat muslim untuk menyembunyikan nikmat yang diperoleh dari Allah agar terhindar dari sikap riya’ dan sombong.

Sifat riya’ merupakan salah satu sifat yang dibenci oleh Allah Ta’ala. Orang yang riya’ cenderung akan memamerkan harta atau nikmat yang dimilikinya agar dilihat oleh orang lain. Sikap ini bisa menimbulkan rasa iri dan dengki pada orang lain yang melihatnya.

Islam mengajarkan bagaimana cara menjaga diri agar tidak menimbulkan rasa iri dengki di masyarakat. Maka, penting bagi setiap umat muslim untuk memahami makna dari Surat Yusuf ayat 4. Kita bisa mengambil nilai pelajaran yang kemudian dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dilansir dari beberapa sumber, berikut kami merangkum penjelasan mengenai surah Yusuf ayat 4 yang bisa Anda simak.

Firman Allah Ta’ala:

اِذْ قَالَ يُوْسُفُ لِاَبِيْهِ يٰٓاَبَتِ اِنِّيْ رَاَيْتُ اَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا وَّالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ رَاَيْتُهُمْ لِيْ سٰجِدِيْنَ

“(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya, “Wahai ayahku! Sungguh, aku (bermimpi) melihat sebelas bintang, matahari dan bulan, kulihat semuanya sujud kepadaku.” (QS. Yusuf: 4).

Tafsir surah Yusuf ayat 4 ini biasanya melibatkan sambungan ayat selanjutnya, yaitu ayat 5. Firman Allah Ta’ala:

قَالَ يٰبُنَيَّ لَا تَقْصُصْ رُءْيَاكَ عَلٰٓى اِخْوَتِكَ فَيَكِيْدُوْا لَكَ كَيْدًا ۗاِنَّ الشَّيْطٰنَ لِلْاِنْسَانِ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ

“Dia (ayahnya) berkata, “Wahai anakku! Janganlah engkau ceritakan mimpimu kepada saudara-saudaramu, mereka akan membuat tipu daya (untuk membinasakan)mu. Sungguh, setan itu musuh yang jelas bagi manusia.” (QS. Yusuf: 5).

Setelah mengetahui lafal dan arti dari surah Yusuf ayat 4, ternyata ayat ini tidak lepas dari kisah Nabi Yusuf dan ayahnya, yaitu Nabi Ya’kub. Pada AlQur’an surah Yusuf ayat 4 dan 5, berkisah tentang Nabi Yusuf yang menceritakan mimpinya kepada sang ayah. Dalam mimpi tersebut, Nabi Yusuf melihat sebelas bintang, bulan, dan matahari yang bersujud menghadapnya.

Saat mendengarkannya, Nabi Ya’kub sang ayah mengetahui arti dari mimpi tersebut. Bahkan sebelas bintang yang dimaksud adalah saudara-saudara Nabi Yusuf, sedangkan bulan dan bintang merupakan ibu dan ayahnya. Nabi Ya’kub mengajarkan kebijaksanaan pada anaknya, agar Nabi Yusuf menyembunyikan mimpinya.

Saran yang diberikan Nabi Ya’kub tidak lain untuk menyelamatkan anaknya dari rasa iri dan dengki dari masyarakat bila mengetahui mimpinya. Hal ini terbukti, saat saudara-saudara Nabi Yusuf mengetahui mimpi tersebut, muncul rasa iri dan benci pada diri mereka.

Makna atau pesan penting yang terkandung dalam Surat Yusuf ayat 4:

~ Menjelaskan bagaimana Islam mengajarkan umatnya untuk menyembunyikan kemewahan dan nikmat yang didapat untuk menghindari sifat iri dan dengki yang muncul pada orang lain.

~ Hal ini juga dijelaskan hadist riwayat Ibn ‘Adly dan Abu Nu’aim yang mengatakan bahwa setiap nikmat yang diberikan Allah memiliki tingkat rasa dengki masing-masing.

~ Berusahalah memperoleh kebutuhanmu dengan cara menyembunyikannya. Sesungguhnya setiap nikmat memiliki pendengkinya masing-masing.

~ Demi tujuan kebaikan, umat muslim sebaiknya bijak dalam bersikap di masyarakat, termasuk menjaga sikap dari sifat sombong dan riya’. Sebab, sifat ini akan memunculkan perasaan iri dan dengki bagi siapa saja yang melihatnya.

~ Perasaan iri dan dengki bisa juga menjadi sumber masalah atau konflik yang berkepanjangan. Meskipun setiap orang tidak bertanggung jawab atas perasaan iri dan dengki dari orang lain, namun dengan menjaga sikap bisa meminimalisir dampak buruk yang mungkin terjadi.

Islam mengajarkan nilai-nilai kebaikan bagi setiap umatnya. Nilai-nilai ini disampaikan agar manusia dapat terhindari dari berbagai sikap buruk yang mungkin terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu, umat muslim perlu bijaksana dalam bersikap agar bisa menciptakan hubungan sosial yang damai dan harmonis di masyarakat.

Wallahu a’lam,

Sumber: AlQur’an dan terjemahnya, Kemenag.

Semoga barakah, manfaat.

Kudus, 31 Oktober 2022 (Hari ke-304)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Alhamdulillaah, segala puji hanya bagi Engkau Yaa Allah

31 Oct
Balas

Barakallaah semuanya

31 Oct

Ulasan yang keren dan mencerahkan bunda

31 Oct
Balas

Alhamdulillaah Bu Sofiawati, salam sukses ya Bu

31 Oct



search

New Post