REBANA, MUSIK YANG MENYENTUH HATI (Hari ke-197)
Rebana berasal dari kata Arba’a (bahasa Arab) yang bermakna empat. Bilangan empat inilah yang mengandung prinsip-prinsip dasar di dalam agama Islam, yaitu melakukan kewajiban terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala, masyarakat, kepada alam dan melakukan kewajiban pada diri sendiri.
Rebana terbuat dari bahan dasar kulit kambing, sumber bunyinya berasal dari selaput atau membran. Cara memainkan rebana dengan ditepuk atau dipukul sehingga termasuk ke dalam kategori alat musik membranophone. Rebana dikenal sebagai gendang di Kalimantan, genjring atau terbang di Tegal dan Cirebon, diba di wilayah DKI Jakarta, dan terbang di Kudus Jawa Tengah.
Dalam sejarahnya, rebana pertama kali muncul pada abad ke-6 Mesehi. Kaum Anshor menggunakan rebana sambil bersyair untuk menyambut Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para pengikutnya saat tiba di Madinah.
Penggunaan alat musik rebana memang identik dengan kesenian beraliran Islami, untuk kegiatan yang berwujud ungkapan rasa syukur misalnya menyambut kelahiran, pernikahan, dan memperingati acara Maulid Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam atau pengajian-pengajian.
Rebana di Indonesia pertama kali diperkenalkan oleh Habib Ali bin Muhammad bin Husain al-Habsyi pada awal masuknya Islam ke Indonesia abad ke-13 Masehi. Habib Ali memperkenalkan rebana dan kasidah dengan cara mendirikan majelis shalawat sebagai sarana kecintaan terhadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Habib Ali menggunakan rebana dalam rangka misi dakwah menyebarkan agama Islam.
Habib Ali juga mengarang sebuah buku berjudul Simthu Al-Durar yang memuat kisah perjalanan hidup Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di dalam buku SimthudDurar terdapat bacaan shalawat-shalawat yang sering kali dibaca dan diiringi dengan alat musik rebana.
Rebana mulai menyebar dan banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia, terutama dalam kesenian musik hadrah dan kasidah. Kedua kesenian musik itu menjadi media dakwah Islam dan sebagai hiburan dalam acara peringatan hari-hari besar Islam.
Berbagai macam jenis alat musik rebana dengan nama, manfaat dan penggunaan yang berbeda-beda dari ukuran terkecil hingga ukuran besar seperti ketimpring, hadroh, kasidah, maukhid dan biang.
~ Rebana Ketimpring. Ukuran rebana ketimpring paling kecil. Garis tengah berukuran 20 sampai 25 cm. Disebut ketimpring dikarenakan adanya tiga pasang kerincingan, semacam kecrek yang dipasang pada kelongkongan (badan rebana yang terbuat dari kayu). Dalam satu kelompok terdapat tiga rebana, yang diberi nama: rebana tiga, rebana empat, dan rebana lima. Rebana lima fungsinya untuk memberi komando, sedangkan rebana tiga dan empat dipakai untuk mengapitnya. Rebana ketimpring dibagi lagi menjadi dua bagian, yaitu rebana ngarak dan rebana maulid.
~ Rebana Hadroh. Mirip rebana ketimpring, ukuran rebana hadroh lebih besar, garis tengah berukuran rata-rata 30 cm. Rebana hadroh terdiri atas tiga instrumen, yaitu bawa, ganjil atau seling, dan gedug. Bawa untuk irama pukulan yang lebih cepat, berfungsi sebagai komando. Ganjil atau seling akan saling mengisi dengan bawa, sedangkan gedug berfungsi sebagai bas.
~ Rebana Kasidah. Rebana kasidah memang identik digunakan oleh remaja putri. Biasanya lagunya mengandung unsur-unsur dakwah Islamiyah, serta nasihat-nasihat baik sesuai ajaran Islam.
~ Rebana Maukhid. Seorang mubalig bernama Habib Hussein Alhadad adalah orang yang mengembangkan rebana maukhid pertama kali. Rebana maukhid berukuran sekitar 40 cm dan lebih kecil dari rebana burdah yang berukuran sekitar 50 cm. Keberadaan rebana maukhid ditujukan sebagai pengisi acara tablig.
~ Rebana Biang. Ukuran rebana biang cukup besar hingga 60 – 80 cm dan terkadang membuatnya sulit dipegang. Cara memainkannya sambil duduk dengan cara menyanggahnya dengan telapak kaki dan lutut. Paduan nada dari berbagai jenis rebana membuatnya terdengar ritmis dan harmonis. Rebana biang terdiri dari gendung, koteng, dan biang. Lagu rebana biang berirama cepat disebut dengan lagu Arab atau nyalun, dan yang berirama lambat dikenal sebagai lagu Melayu. Rebana biang juga digunakan di Malaysia, Brunei Darusalam, dan Singapura.
Wallahu a’lam,
Semoga barakah, manfaat.
Kudus, 16 Juli 2022 (Hari ke-197)

Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Alhamdulillaah, segala puji hanya bagi Allah
Barakallaah semuanya