UZLAH DALAM ALQURAN (Hari ke-466)
Kata ‘uzlah memiliki makna yang berbeda-beda, yaitu mengasingkan diri secara mutlak dan uzlah sebagian.
Mengasingkan diri secara mutlak adalah seorang muslim atau jamaah yang mengasingkan diri atau ber’uzlah dari lingkungan masyarakat yang luas ke tempat yang jauh seperti gua, puncak gunung, demi lebih mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Uzlah sebagian adalah seorang muslim tetap berada di lingkungan masyarakat, namun harus menghadapi cobaan dengan kuat karena harus menjaga hatinya agar tidak terpengaruh oleh hal-hal negatif yang terjadi di lingkungan masyarakat.
Uzlah didalam Al-Qur’an tidak dijelaskan secara rinci dan detail. Penafsiran tentang uzlah hanya tersirat dari isyarat yang ditunjukkan oleh beberapa ayat Al-Qur’an. Dalam surah Al-Kahfi ayat 16, Allah ta’ala berfirman:
وَإِذِ اعْتَزَلْتُمُوهُمْ وَمَا يَعْبُدُونَ إِلَّا اللَّهَ فَأْوُوا إِلَى الْكَهْفِ يَنْشُرْ لَكُمْ رَبُّكُمْ مِنْ رَحْمَتِهِ وَيُهَيِّئْ لَكُمْ مِنْ أَمْرِكُمْ مِرْفَقًا
“Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu, niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusan kamu.” (QS. Al-Kahfi: 16).
Untuk memahami Surat Al-Kahfi ayat 16 ini, harus diperhatikan suasana di kala terjadinya peristiwa uzlah Ashhabul Kahfi. Dijelaskan dalam buku Uzlah Jalan Terakhir karya Salman Al-Audah, mereka menyepi dengan melarikan diri ke dalam gua karena akan dibunuh oleh raja yang sewenang-wenang. Kondisi tersebut tidak memungkinkan mereka untuk melawan kesewenang-wenangan raja dan memperlihatkan keimanan.
Di surah Saba’ ayat 46 juga membahas tentang ‘uzlah yang lebih tepatnya menjelaskan tentang anjuran untuk melakukan ‘uzlah. Allah ta’ala berfirman:
قُلْ اِنَّمَآ اَعِظُكُمْ بِوَاحِدَةٍۚ اَنْ تَقُوْمُوْا لِلّٰهِ مَثْنٰى وَفُرَادٰى ثُمَّ تَتَفَكَّرُوْاۗ مَا بِصَاحِبِكُمْ مِّنْ جِنَّةٍۗ اِنْ هُوَ اِلَّا نَذِيْرٌ لَّكُمْ بَيْنَ يَدَيْ عَذَابٍ شَدِيْدٍ
“Katakanlah, “Aku hendak memperingatkan kepadamu satu hal saja, yaitu agar kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua-dua atau sendiri-sendiri; kemudian agar kamu pikirkan (tentang Muhammad). Kawanmu itu tidak gila sedikit pun. Dia tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan bagi kamu sebelum (menghadapi) azab yang keras.” (QS. Saba’: 46).
Meski tidak terdapat lafaz ‘uzlah, ayat di atas mengajak umat manusia untuk berada dalam keadaan sunyi dan tenang sebagai upaya untuk mencari kebenaran dengan berpikir yang rasional. Maksudnya adalah mengajak manusia baik berdua-dua atau sendiri-sendiri dalam menghadap kepada Allah ta’ala. Dengan kata lain, ayat ini mengandung arti sebuah anjuran dalam melakukan ‘uzlah untuk berzikir dan berfikir.
Uzlah juga tersirat di dalam surat Al-Hadid ayat 27, ayat ini mengisyaratkan perilaku dasar orang yang ber’uzlah. Allah ta’ala, berfirman:
ثُمَّ قَفَّيْنَا عَلٰٓى اٰثَارِهِمْ بِرُسُلِنَا وَقَفَّيْنَا بِعِيْسَى ابْنِ مَرْيَمَ وَاٰتَيْنٰهُ الْاِنْجِيْلَ ەۙ وَجَعَلْنَا فِيْ قُلُوْبِ الَّذِيْنَ اتَّبَعُوْهُ رَأْفَةً وَّرَحْمَةً ۗوَرَهْبَانِيَّةَ ِۨابْتَدَعُوْهَا مَا كَتَبْنٰهَا عَلَيْهِمْ اِلَّا ابْتِغَاۤءَ رِضْوَانِ اللّٰهِ فَمَا رَعَوْهَا حَقَّ رِعَايَتِهَا ۚفَاٰتَيْنَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْهُمْ اَجْرَهُمْ ۚ وَكَثِيْرٌ مِّنْهُمْ فٰسِقُوْنَ
“Kemudian Kami susulkan rasul-rasul Kami mengikuti jejak mereka dan Kami susulkan (pula) Isa putra Maryam; Dan Kami berikan Injil kepadanya dan Kami jadikan rasa santun dan kasih sayang dalam hati orang-orang yang mengikutinya. Mereka mengada-adakan rahbaniyyah, padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka (yang Kami wajibkan hanyalah) mencari keridhaan Allah, tetapi tidak mereka pelihara dengan semestinya. Maka kepada orang-orang yang beriman di antara mereka Kami berikan pahalanya, dan banyak di antara mereka yang fasik.” (QS. Al-Hadid: 27).
Kata Rahbaniyyah dalam surat Al-Hadid ayat 27 berarti sebuah kegiatan ibadah terus menerus di biara atau di gunung-gunung, dengan sedikit makan dan minum, dan juga tidak melakukan pernikahan. Rahbaniyyah akar katanya (ra’,ha’,ba’), yang artinya takut, benteng dan pipih. Pendeta-pendeta Nasrani disebut Rahib karena ketakutan mereka kepada Tuhan, sehingga mereka menjauhi gemerlapnya dunia dengan terus menerus beribadah. Dalam konteks ayat ini Allah ta’ala menceritakan kegiatan rahbaniyyah yang dilakukan umat Nabi Isa.
Uzlah atau mengasingkan diri dari keramaian dari kesibukan dan mendekatkan diri kepada Allah ta’ala dengan kesunyian, bermunajat dan membaca serta dan memahami ayat-ayat Al-Qur’an merupakan suatu jalan untuk mendapatkan ketenangan jiwa, sebagaimana terdapat di dalam Al-Qur'an surat AlMuzammil ayat 1-6. Allah ta’ala, berfirman:
يٰۤاَيُّهَا الۡمُزَّمِّلُۙ (1) قُمِ الَّيۡلَ اِلَّا قَلِيۡلًا ۙ(2) نِّصۡفَهٗۤ اَوِ انْقُصۡ مِنۡهُ قَلِيۡلًا ۙ(3) اَوۡ زِدۡ عَلَيۡهِ وَرَتِّلِ الۡقُرۡاٰنَ تَرۡتِيۡلًا (4) اِنَّا سَنُلۡقِىۡ عَلَيۡكَ قَوۡلًا ثَقِيۡلًا (5) اِنَّ نَاشِئَةَ الَّيۡلِ هِىَ اَشَدُّ وَطۡـاً وَّاَقۡوَمُ قِيۡلًا (6)
“Wahai orang yang berselimut (Muhammad)! bangunlah (untuk salat) pada malam hari, kecuali sebagian kecil. (yaitu) separuhnya atau kurang sedikit dari itu, atau lebih dari (seperdua) itu, dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya Kami akan menurunkan perkataan yang berat kepadamu. Sungguh, bangun malam itu lebih kuat (mengisi jiwa); dan (bacaan di waktu itu) lebih berkesan.
Ber’uzlah atau mengasingkan diri dengan hati dan jasmani disebutkan dalam firman Allah ta’ala surah Maryam ayat 48 sekaligus menceritakan Nabi Ibrahim, Allah ta’ala berfirman:
وَاَعْتَزِلُكُمْ وَمَا تَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ وَاَدْعُوْ رَبِّيْۖ عَسٰٓى اَلَّآ اَكُوْنَ بِدُعَاۤءِ رَبِّيْ شَقِيًّا
“Dan aku akan menjauhkan diri darimu dan dari apa yang engkau sembah selain Allah, dan aku akan berdoa kepada Tuhanku, mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdoa kepada Tuhanku.” (QS. Maryam: 48).
Sikap uzlah amat dianjurkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat. Dari Abu Sa’id al-Khudri, dikisahkan bahwa seorang laki-laki mendatangi Rasulullah dan bertanya: ”Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling utama?” Beliau menjawab, “Orang yang berjihad di jalan Allah dengan jiwa dan hartanya.” Dia bertanya kembali, “Kemudian siapa lagi, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Seorang Mukmin yang berada (‘uzlah) di salah satu lembah pegunungan, dia bertakwa kepada Allah dan meninggalkan manusia (agar selamat) dari keburukan dirinya.” (HR. An-Nasa’i).
Sekali pun ibadah seseorang sangat banyak, amal kebaikannya banyak, dan ketaatannya banyak, jika belum menyendiri untuk melakukan introspeksi, maka bisa jadi amal kebaikan yang dilakukannya masih memiliki motif ingin dipuji, dan merasa dirinya lebih baik dari yang lain, yang menjadi penghalangan diterimanya ibadah.
Wallahu a’lam,
Semoga barakah, manfaat.
Bulungkulon, 11 April 2023 (Hari ke-466)

Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Terima kasih ulasan dan pencerahannya Mbakyu. Sukses selalu
Alhamdulillaah, barakallaah adik, kita masih diberi kesempatan di sepuluh hari terakhir Ramadhan
Mantap ulasannya, Bun. Makasih ilmunya
Alhamdulillah Bu Ernasari, Barakallah
Alhamdulillaah, segala puji hanyalah bagi Allah ta'ala
Berkah barakah semuanya
Uzlah apakah identik dengan 10 hari terakhir Ramadan agar muslimin dan muslimah dapat meraih lailatul qadar?Terima kasih pencerahannya sekaligus sudah setia SKSS dan berbagi kebaikan. Salam sehat dan bahagia selalu.
Bisa jadi Pakdhe, berusaha memperbanyak mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala daripada memikirkan kepentingan duniawi melulu. Sukses Pakdhe
Luar biasa Bunda penuh inspirasi dan mencerahkan
Alhamdulillaah, barakallah Pak Tri, tetap semangat di sepuluh hari terakhir Ramadhan
Uzlah, satu kata sederhana tapi berat penerapannya ya Ibu Zuyyinah. Baarakallaahu
Ya Pak, harus menjauhkan cinta dunia dengan keindahannya yang menipu, dengan cinta kepada Allah Ta'ala , Barakallaahu lakuma Pak Ben
Muhasabah diri yang sempurna
Alhamdulillaah, Barakallah Bu Sofiawati
Tauziahnya luar biasa, tks Bu Zuyyinah
Alhamdulillaah Pak Rochadi, Barakallaah