Hari Minggu Ku
Hari minggu adalah hari yang paling di tunggu oleh Airin, Ilma, Putri dan Vani. Mereka selalu melakukan jalan pagi bersama setiap hari minggu tiba. Rute yang mereka lalui pun selalu berbeda-beda. Hal ini mereka lalukan agar tidak bosan karena selalu melewati jalan yang sama setiap jalan-jalan pagi. Hari minggu yang akan datang mereka merencanakan untuk berjalan-jalan pagi menyusuri sungai yang mengalir melintasi desa.
Hari sabtu pun tiba dan bel pulang sekolah pun berbunyi, Airin, Ilma, Putri, dan Vani pun mulai membicarakan kegiatan mereka esok hari sambil berjalan pulang sekolah.
“Bagaimana rencana besok? Jadi kan?” Tanya Vani kepada teman-temanya.
“Jadilah, kan sudah kita rencanakan minggu kemarin, kita kumpul ditempat biasa ya setelah shalat shubuh” jawab Airin.
“Okey, sampai jumpa besok ya!!” kata mereka bersama.
Esok hari selepas shalat shubuh mereka berkumpul di tempat biasa mereka janjian. Setelah semua berkumpul, mereka pun akhirnya memulai jalan-jalan pagi hari itu.
“Kita mulai dari mana nih?” tanya Ilma kepada teman-temanya.
“Kita mulai dari jembatan masuk desa aja, nanti finisnya di perbatasan desa, terus kita naik pulang lewat sawah.” Jawab Putri.
Perjalanan pun dimulai, Putri berada di depan sebagai pimpinan rombongan, maklum dia yang faham jalanya, sedangkan yang lain ngekor dibelakang. Tak lupa mereka membawa sebilah kayu sebagai pegangan dan jaga-jaga kalau ada ular. Maklum jalan yang mereka lalui mayoritas adalah rerumputan yang banyak semak belukarnya.
Setelah berjalan beberapa ratus meter akhirnya mereka sampai pada titik start perjalanan yaitu di jembatan desa. Putri sebagai pemimpin lansung turun sempadan sungai diikuti oleh ketiga temannya. Baru turun ke bawah mereka berempat sudah di suguhi oleh pemandangan yang sering mereka jumpai setiap minggunya.
“Hey, Lihat itu…! Seperti yang kita duga kan?” Ucap Putri.
“Iya Put, persis perkiraan kita sebelumnya. Ternyata disini lebih banyak sampahnya dibanding di jalanan”. Jawab Ilma.
Ya mereka berempat merupakan empat sekawan yang mencoba bermanfaat bagi lingkungan. Mereka berempat setiap minggu melakukan jalan pagi, bukan hanya demi kesehatan, tetapi juga mencoba membersihkan lingkungan dari sampah-sampah plastik yang dibuang sembarangan.
“Ayo keluarkan senjatanya rin !” sebut putri menyuruh airin mengeluarkan karung yang sudah mereka persiapkan.
“Banyak sekali ini, tidak mungkin selesai ini kalau cuma berempat, lihat itu sudah menumpuk segunung di tengah-tengah”. Ucap Vani.
“Sudah bersihkan saja dulu semampu kita, kita ambili yang bisa saja dulu, yang tidak bisa kita laporkan pak kades saja, biar di bersihkan sama petugasnya” Jawab Putri.
“Pantes aja kemarin lusa hujan deras airnya gak ngalir, lah sungainya isinya penuh popok bayi”. Ucap Ilma dengan kesal.
Memang yang paling banyak menumpuk saat itu adalah popok bayi yang di buang ke sungai. Setelah beberapa waktu mereka membersihkan di bawah jembatan, mereka meneruskan perjalanan menyusuri sungai, mereka melihat pemandangan luar biasa. Sepanjang sempadan sungai isinya sampah, paling banyak ialah botol plastik, plastik bungkus makanan, hingga popok bayi.
“Put, karungnya udah ga muat nie, kita juga bawanya juga uda berat” ucap Airin dan Vani.
“Terus ntar kita apain ini sampah? Biasanya kalau di jalanan kan banyak botol atau bungkus plastik yang bisa di bawa ke Bank Sampah? Lah kalau popok bayi apa bisa di terima di Bank Sampah? ” Tanya Ilma
“Udah lah..penting kita pungut dulu terus dibawa, terus kalau uda gak muat kita biarin aja nanti, minggu depan kita punguti lagi. Terus ini kan kita udah gak kuat bawa, karungnya kita tinggal sini dahulu”. Jawab Putri.
Setelah sampai di batas desa mereka berempat kemudian bergegas datang ke balai warga. Biasanya pak kades akan berada disana bercengkerama dengan warga. Betul saja pak kades sedang ngobrol dengan para warga.
“Assalamualaikum, pak kades” Ucap Putri
“Waalaikumussalam, Apa yang kalian jumpai hari ini?” Jawab Pak kades karena sudah tahu maksud mereka mau lapor tentang sampah.
“Hehehe…Iya pak, Sampah di sungai lebih banyak dibanding dijalanan pak, apalagi yang di bawah Jembatan itu. Kalau di ambili semua dari bawah Jembatan sampai batas desa bisa satu truck itu pak” Jawab Vani dengan polosnya.
“Yasudah, besok saya tindak lanjuti, ini tadi barusan para warga membersihkan laporan kalian minggu lalu, jalanan sudah bersih semua”. Jawab pak kades.
“Yasudah sekarang pulang dulu sudah siang” Suruh Pak kades
Putri, Airin, Ilma dan Vani merupakan contoh pelajar peduli lingkungan. Mereka berempat bahkan mendapat amanat khusus dari kepala desa. Mereka adalah duta lingkungan desa tersebut, bahkan mereka memberi contoh kepada warga desa untuk mengurangi menggunakan plastik. Mereka mengajak warga desa untuk mengganti bungkus plastik dengan daun, atau tas kertas.
Bahkan untuk popok bayi, mereka mengajak masyarakat untuk tidak memakai popok bayi apabila tidak penting. Sebab popok bayi sangat berbahaya bagi lingkungan, selain berbahan plastik yang tak bisa terurai, sampah popok bayi juga dapat mengakibatkan penyumbatan saluran air.
Jauh sebelum modern, masyarakat kita bisa hidup tanpa plastik. Untuk bungkus makanan memakai daun, popok bayi memakai kain, wadah belanja pakai tas anyaman. Masak di zaman modern ini tidak bisa, modern teknologinya, tapi prinsip hidupnya masih bisa memakai hal sebelum moden. Ayo kita bisa hidup tanpa plastik. Jangan sampai sampah dan plastik membunuh kita.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar