Sore itu aku mendapat berita dari WA yang cukup mengagetkan. Pesannya apakah kamar kos anakku yang di Bandung mau diteruskan. Ibu kos mengingatkan untuk membayar DP sebesar 3 juta rupiah.Aku terhenyak. Kuliah daring dimana-mana. Anakku sudah di Jakarta. Kamar saja sudah tidak ditempati dari Maret. Berarti sebenarnya sudah 3 bulan kosong. Masa sewa berakhir akhir Agustus. Jadi saya bayar 1 tahun tetapi kamar hanya terpakai 6 bulan.

Saya mohon pengertian bahwa kuliah juga masih daring. Ibu kos juga minta pengertian untuk usaha kos nya. Urusannya kos ditunda dulu. Saya dan anak mendiskusikan langkah berikutnya. Memang pada masa pandemi ini, baik penyewa maupun pemilik mengalami dilema. Masing-masing dilanda ketidakpastian.

Pandemi Covid 19 masih merajalela. Pendidikan dari tingkat Paud sampai Perguruan Tinggi tetap dilaksanakan secara daring. Berarti anak saya akan terus di Jakarta sampai Januari tahun depan. Akhirnya kami memutuskan tidak jadi melanjutkan sewa kos. Lagi bagaimana dengan barang yang ada di kamar kos?

Kami pun berpikir lagi. Kalau mau bepergian, minimal harus bawa surat keterangan bebas Covid. Akhirnya bulan Juli kami baru bisa mengosongkan kamar. Ternyata kamar tidak sekotor seperti yang banyak diceritakan di media sosial ketika kamar ditinggal lama. Barang disusun, dimasukkan ke beberapa plastik besar. Aihh...baru 6 bulan kos, barang tambah banyak yah? Rencana barang mau dipaketin...tapi kok banyak sekali ini. Mau sewa tempat, minimal 6 bulan. Kebetulan ipar menawarkan kalau mau disimpan di rumahnya. Jaraknya sekitar 40 menit dari Geger Kalong. Kami pun menitipkan di sana. Urusan kos sementara selesai. Alhamdulillah.

Aan Nurjanah, S.Pd

Guru SMPN 218 Jakarta