SELAMAT JALAN LENI
SELAMAT JALAN LENI
#Tantangan_Menulis_Gurusiana(H.7)
Oleh: Abu Husen
“Assalamualaikum Pak, Leni siswa kelas X IPS 2 meninggal dunia.” Sebuah pesan WhatsApp dari Tania salah satu pengurus OSIS SMAN 1 Kasiman masa bakti 2019/2020 mengagetkanku Minggu malam itu.
“Innalillahi wainna ilaihi rojiun, serius kamu Tan?” Kukirim balasanku pada Tania.
“Inggih Pak, saya dapat kabar dari saudara saya yang dekat rumahnya Leni.” Balas Tania. “Lha sakit apa? Minggu kemarin dia masih masuk kan?” Jawabku berusaha memastikan. “Sakit kanker kelenjar getah bening Pak. Dulu waktu SMP sudah pernah operasi Pak. Libur semester ganjil kemarin juga sempat opname di Rumah Sakit. Dia memang begitu Pak, bersemangat sekali sekolah, meskipun sakit, tapi Jumat kemarin dia sudah tidak masuk Pak” Balas Tania lagi.
Beberapa pesan dukacita di grup WhatsApp Pengurus OSIS yang juga mengabarkan kepergian Leni, membuatku yakin bahwa salah satu siswaku itu telah pergi dari dunia fana ini. Akhirnya dengan berat hati kuhubungi wali kelasnya untuk mengabarkan bahwa Leni telah tiada. Begitu juga dengan penuh kesedihan ku share di grup WA Guru SMANIKA bahwa Leni telah meninggal dunia. Bapak-Ibu guru yang mengajar di kelasnya Leni juga menunjukkan reaksi ketidakpercayaannya pada kabar yang kuberikan malam itu.
Leni Yulianti nama lengkapnya. Dia adalah salah satu siswa periang yang senang sekali menyapa Bapak-Ibu guru termasuk aku. Meskipun beberapa kali memang kulihat wajahnya agak pucat, dia tetap berusaha tersenyum tiap kali berpapasan denganku di lorong depan kelas X IPS-2. Aku masih tidak percaya bahwa salah satu siswaku telah pulang ke rahmatullah. Masih lekat diingatanku hari Kamis yang lalu dia berkali-kali meminta berjabat tangan kepadaku. Sejak pagi masuk sekolah kami sudah bertemu ketika aku berdiri di dekat gerbang masuk sekolah untuk menyambut siswa-siswi yang masuk ke lingkungan sekolah. Kemudian dia juga meminta berjabat tangan ketika kami berjumpa dikelasnya saat aku berkeliling ke kelas-kelas untuk memeriksa kehadiran siswa dalam rangka melaksanakan tugasku sebagai guru piket. Begitu juga siang harinya ketika kami berpapasan setelah kami selesai melaksanakan salat dhuhur berjamaah di masjid sekolah.
Senin pagi setelah pelaksanaan upacara bendera, aku mengumumkan kabar duka tersebut ke seluruh siswa-siswi SMAN 1 Kasiman. Rata-rata mereka yang telah mengenal Leni terkejut mendengar kabar tersebut. Terutama teman-teman Leni dari kelas X IPS-2. Mereka benar-benar terpukul mengetahui kabar meninggalnya Leni. Leni memang terkenal supel dan pandai bergaul meskipun beberapa temannya mengetahui bahwa dia sedang sakit.
Aku segera meminta pengurus OSIS untuk mengumpulkan sumbangan sosial insidental untuk kami sumbangkan kepada orang tua Leni. Tidak butuh waktu lama, sumbangan dari anak-anak dan Bapak-Ibu guru telah terkumpul dan kutambah dengan dana sosial dari bendahara sekolah. Kemudian aku mengajak wali kelas X IPS 2 dan beberapa Bapak-Ibu guru berangkat bersama teman-teman Leni dan sebagian pengurus OSIS untuk takziyah ke rumah duka di desa Giyanti. Ketika kami sampai di rumah duka, jenazah Leni masih disucikan. Aku bertemu dengan Doni salah satu alumni SMAN 1 Kasiman, kami duduk bersama para Takziyin yang lain.
“Kamu masih saudaranya Leni, Don?” Tanyaku.
“Inggih Pak, Leni keponakan saya” Jawab Doni. “Sudah berapa lama sakitnya?” “Sudah hampir 2 tahun Pak, sejak kelas 8 SMP. Rutin periksa ke dokter Pak, pernah Opname juga di Rumah Sakit.” “Begitu ya. Kasihan dia telah menderita penyakit seberat itu di usia yang masih hijau.”
“Iya Pak. Mungkin ini memang jalan terbaik yang diberikan Allah. Saya juga kasihan pada Leni, selain sakit tubuh, mungkin dia juga menderita tekanan psikologis Pak.”
“Lho memangnya kenapa koq seperti itu?”
“Orang tuanya bercerai sejak dia kelas 9 SMP Pak. Leni tinggal dengan ayahnya di rumah sini.”
“Lha ibunya kemana?”
“Ibunya pulang ke kampung halamannya dan sudah menikah lagi di sana.” Doni kemudian menceritakan kisruh rumah tangga orang tua Leni yang berujung perceraian.
Dari cerita Doni tersebut barulah aku mengetahui bahwa selain sakit, Leni sebenarnya juga memendam kesedihan lainnya akibat perpisahan kedua orangtuanya sejak dia berada di akhir kelas 8 SMP. Itu menjawab pertanyaanku selama ini, karena beberapa kali tanpa sengaja kulihat dia murung ketika duduk sendirian di dekat pintu masuk kelas X IPS 2.
Setelah selesai disalatkan, jenazah Lenipun diberangkatkan menuju ke pemakaman. Lantunan kalimat tahlil serta isak tangis orang tua, keluarga, dan teman-teman satu kelasnya mengiringi keranda bertutupkan kain hijau dengan hiasan kalimat tahlil tersebut ke komplek pemakaman desa Giyanti. Selamat jalan Leni, kini kamu tidak akan lagi merasakan kesakitan yang selama ini kamu derita. Kamu akan selalu sehat di sana. Kamu juga tidak akan lagi merasakan duka. Karena aku yakin, kamu akan mendapatkan tempat terindah dan teman terbaik di sana sebagai buah dari tingkah lakumu yang baik dan selalu membuat teman-teman dan Bapak-Ibu guru senang selama ini. Kamu akan selalu bahagia dan tersenyum di sana sebagaimana kamu selalu mengukir senyum di wajahmu ketika bergaul dengan teman-temanmu.
Selamat jalan Leni. Selamat jalan anakku.
Allahummaghfirlaha warhamha wa’afiha wa’fu ‘anha…
Pinggiran Bojonegoro, 5 Mei 2020.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Inalillahi wa Inna ilaihi Roji'un moga Husnul khatimah aamiin..
Aamiin.. Makasih bu
Innalillahi wa inna ilaihi rajiun
semoga husnul khatimah. Aamiin
Insyaallah anak syorga pak..
ikut sedih.... kisah nyata ya Pak.. moga Leni husnul Khotimah... Aamiin
Iya bu.. Anaknya periang sekali meskipun menahan sakit fisik dan batin akibat perceraian ortunya