Rahmawati

Assalammualaikum Pengajar Bahasa Indonesia di SMAN 1 Puncu Kediri Jawa Timur Bismillah Ikatlah ilmu dengan menulis

Selengkapnya
Navigasi Web
Aluna Serasa Janda #bagian_pertama
#TantanganGuruSiana #hari_kesembilanbelas

Aluna Serasa Janda #bagian_pertama

Aluna Serasa Janda Oleh : Arik Ulfa Husnafrizqa

Malam semakin larut, benda penunjuk waktu yang terpampang di dinding itu menunjukkan pukul 11.30 malam. Aah ke mana aja Mas Aryo pergi, jam segini belum pulang juga? Aku hanya bisa bertanya pada diriku sendiri. Setelah berulang kali kupanggil, kirim pesan, maupun ngobrol lewat gawaiku, taksatupun dibalasnya. Memang bukan pertama kali dia pulang malam. Namun takpernah selarut ini. Di mana dirimu berada mas? Sedangkan Fito anak kita sedang dibalut rasa sakit. Iya penyakit tipesnya lagi kambuh. Dia sering menanyakanmu berulang kali.

Beberapa menit kemudian, dirimu datang dengan sempoyongan, kau gedor-gedor pintu, sambil berteriak lantang, sehingga suaramu memekakkan gendang telingaku. Tidak malukah dirimu pada tetangga kita.

"Woi Aluna cepat bukakan pintu" Brak brak brak. ""Woi kemana aja Budek, lama amat"Dengan tergesa segera kubukakan pintu. "Maaf Mas, aku lagi di belakang, anakmu minta minum, badannya panas, tipesnya kambuh lagi" "Apa, kok bisa kambuh lagi? Hei bisa gak kau rawat anak?" Mas Aryo semakin marah, bau alkohol yang menyengat keluar dari mulutnya. "Bedebah, dasar istri gak becus, merawat anak satu aja gak becus" sumpah serapah dan hinaan untukku keluar dari mulutnya.

Mas Aryo mendorongku, hingga aku terpelanting terantuk tembok. Darah segar menetes dari dahiku. Kuusap dengan ujung daster kumalku. Kutekan-tekan untuk menghentikan pendarahan. Dan taklupa kububuhkan betadin.

Walau rasanya pusing dan nyeri, takhendak aku melawannya atau menjawabnya. Aku hanya bisa diam dan menangis dalam hati. Kalau kulawan, pasti tubuhku tambah hancur luka lebam di mana-mana akibat pukulan darinya seperti waktu itu. Mas Aryo masuk kamar Fito, dibelainya, diselimuti, dan secara takterduga Mas Aryo menangis. Dia minta maaf pada anakku serta menemuiku dan minta maaf padaku, sambil menangis. Hatiku luluh juga, akhirnya kumaafkan Mas Aryo. Aah hati perempuan memang selalu mudah luluh.

Mas Aryo menyeruput kopi dingin yang sudah kusiapkan dari tadi untuknya. Untung dia tidak mabok berat malam ini. Lalu dia menceritakan kejadian tadi siang di tempat kerjanya. Dengan penuh kecewa, dia bercerita bahwa dia telah di PHK secara sepihak oleh Bosnya, dan tanpa pesangon, hanya gaji bulan ini. Mas Aryo seorang sopir pribadi seorang direktur perusahaan, yang mulai gulung tikar. Bosnya tidak mampu memberi Mas Aryo pesangon. Sementara utang-utang Mas Aryo menumpuk, dia frustasi, kalau dipecat dari mana dia bisa melunasi hutang-hutangnya. Dia bekerja hanya untuk melunasi hutang-hutangnya saja. Aku dan Fito takpernah dinafkahinya. ***

Bersambung....

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post