Tut Tut…telepon selulerku berbunyi tanda ada pesan masuk. “Ayiiiiiik, how are you?” Begitu isi pesan masuk dari teman kuliahku semasa di Universitas Negeri Jakarta.

Jeanny Maria nama nya. Jujur, ketika duduk di bangku kuliah S1, aku dan Jeanny tidak terlalu dekat, hanya sekedar berteman karena kami sekelas dan seangkatan di kelas ISP 99. Tiba-tiba saja entah mengapa kami menjadi dekat dan semakin dekat.

Berawal dari obrolan kosong kami tentang mimpi untuk menjelajahi negara lain dengan biaya yang hemat, Jeanny pun berkunjung ke rumahku dan kami banyak bercerita tentang apa saja dari a sampai z.

Kami tak pernah berbincang lagi sejak kelulusanku di tahun 2003. Kami bertemu hanya dua kali sejak kelulusanku, yaitu di tahun 2004 di saat pernikahanku Jeanny datang bersama teman-teman kuliah kami dan tahun 2005 saat pernikahan Jeanny, aku datang bersama suami dan teman akrab kami semasa di bangku kuliah. Ini adalah pertemuan ketiga ku setelah kami lulus, Bulan November tahun 2011. Tidak terasa sudah enam tahun kami tidak bertemu dan bertegur sapa.

Jeanny Maria, begitulah nama lengkap teman kuliahku itu. Ia teman yang unik, sangat unik. Bersamanya aku bisa bebas lepas bercerita tentang apa saja, dari bahasan yang formal hingga bahasan yang nyeleneh dan cenderung konyol. Banyak tawa yang mampu kami ciptakan bersama. Tak sedikit juga kekonyolan dan kenekadan kami jika sudah bertemu maupun berinteraksi baik langsung atau melalui media sosial dan komunikasi melalui udara.

“Jen…kita ngebolang ke luar yuk.” Begitu ucapku ketika ia datang ke rumahku. (Hampir saja ia tersedak minum karena mendengar perkataanku).

“Emang kita mau ke mana yik? Kita kan belum pernah ke mana-mana, belum pernah naik pesawat pula. Mimpi nya serem amat ya siang bolong begini. Bangun Yik, jangan ngimpi deh.” Jeanny menjawab sambil kami tertawa bersama menertawakan impianku yang terdengar sedikit konyol dan nekad itu.

Sejak saat itu, Jeanny bukan lagi sekedar seorang teman, tapi ia juga sahabat sekaligus saudara, di mana kami saling berbagi dengan segala suka duka kehidupan kami, termasuk berbagi impian-impian konyol kami.

Berawal dari obrolan itulah, kami semakin sering bertegur sapa lewat udara. Baik melalui telepon seluler maupun lewat media social facebook. Terkadang Jeanny yang meneleponku, di lain waktu aku yang menghubungi Jeanny walau hanya untuk sekedar bertanya kabar dan bertegur sapa.

Suatu hari Jeanny meneleponku dan berkata,“Yik, jadi ngga kita ngebolang? Jangan kalah sama murid-murid les private gue. Mereka masih kecil tapi dah sering jalan-jalan ke luar negeri.“

Wow, akhirnya gayung bersambut. Ternyata dari obrolan siang bolong itu, Jeanny pun termotivasi untuk berpetualang bersama ke luar negeri.

“Tau ngga Yik, gue jadi kepikiran terus tuh sama omonganlu itu, mau backpakeran ke luar negeri. Apa iya kita bisa ya? Seru juga kali ya kalo kita bisa backpakeran ke luar.

"Nih, ada buku murid gue tentang Singapura Yik, buku karikatur lucu tapi sumpah deh ceritanya ngena banget dan bisa jadi salah satu referensi kita. Lucu,konyol tapi seru abis yik itu buku.“

“Masa sih Jen ? Sini deh gue pinjem tuh bukunya. Siapa tau bisa jadi inspirasi kita buat jalan ke sana.” Jawabku pada Jeanny.

“Itu buku punya murid private gue Yik, besok gue pinjemin ya. Kalo dah selesai baca jangan lupa kembaliin. Awas kalo lu pura-pura lupa ngga ngembaliin ya.”

Begitu kata Jeanny seraya kami tertawa bersama, karena semasa kuliah dulu kami sering berkelakar, Orang yang bodoh itu adalah orang yang mau meminjamkan barangnya pada orang lain, tapi masih lebih bodoh lagi orang yang sudah dipinjamkan barang kemudian dikembalikan pada pemiliknya. Orang yang paling pintar adalah orang yang bisa meminjam barang dari orang lain dan pura-pura lupa mengembalikan barang itu. ( sindiran kami pada teman-teman kuliah yang sering sekali meminjam barang tapi lupa untuk mengembalikannya ).