#Tantangan guru siana hari ke 84#

ibuku.

Kemaren aku sudah menuliskan salah seorang Kartini di daerahku. Masih dalam suasana hari Kartini , hari ini aku juga ingin menuliskan Kartini dalam kehidupanku, siapa beliau? Tentu saja ibuku.

Waktu ibu kecil , ibu pergi mandi ke sumur dengan temannya. Entah bagaimana ceritanya tanpa sengaja ada teman yang mendorongnya, sampai ibu masuk ke dalam sumur. Akibatnya air masuk ke telinga ibu. Telinga ibu jadi sakit. Maklumlah di zaman dulu belum ada pengobatan secanggih sekarang. Oleh nenek telinga ibu Hanya diobati secara sederhana. Tapi akibatnya sangat menyedihkan. Telinga ibu menjadi rusak. Alat pendengaran ibu tidak berfungsi dengan baik. Mungkin ada alat pendengaran di dalam telinga yang rusak. Sejak itu ibu menderita tuli. Itulah awal ceritanya kenapa ibu jadi tuli.

Allah perlihatkan kebesaran dan kasih sayangNya pada ibu. Meski menjadi gadis yang tuli Allah memberikan jodoh yang baik . Seseorang yang sudah bekerja dan laki - laki sholeh mau mempersunting ibu.Ayahku bekerja di perusahaan PTBO ( Perusahaan Tambang Batubara Ombilin) bagian bangunan , sekarang sudah menjadi PT Batubara Bukit Asam. Karena di rumah saja , tentunya hanya ibu yang mengurus seluruh keperluan rumahtangga termasuk mengurus kami anak- anaknya. Ibu juga selalu membantu ayah ketika pergi ke ladang dan kesawah. Aku juga ingat , setiap kami panen padi badan ibu akan merah - merah dan gatal. Itu karena alergi kena miang padi.

Sebagai wanita yang tuli, aku juga pernah melihat ayah membentak ibu. Karena beliau tuli, tentu terkadang beliau tidak mengerti . Sehingga terkadang ayah harus bicara keras. Disaat itulah aku akan sedih melihat ibu. Sebagai anak-anaknya kami sangat mengerti keadaan ibu. Kalau berbicara pada ibu cukup mengeluarkan suara sedikit asalkan kalau bicara itu menghadap ke beliau. Sebagai wanita kampung yang sederhana, tidak tamat sekolah dasar, tapi beliau mampu mendidik kami anak-anaknya. Menjadi istri yang penurut dan tanpa mempunyai banyak keinginan. Ibu tau gaji ayah yang kecil, hanya cukup untuk biaya kami sehari- hari. Dengan hidup serba sederhana ibu dan ayah bisa membiayai sekolah kami.

Selama ini ibu tidak pernah mengeluh tentang telinganya. Tapi setelah ayah meninggal justru ibu merasakan sakit di telinganya. Kata beliau telinga selalu berdengung. Hal ini membuat kepala ibu sakit dan bahkan membuat beliau sakit. Kami berupaya mengobati telinga ibu sampai spesialis THT. Jalan satu-satunya ibu harus memakai alat bantu dengar. Sampai sekarang ibu harus memakai alat bantu , bahkan sangat merasa ketergantungan pada alat tersebut. Kalau tidak pakai alat bantu, beliau tidak akan merasa nyaman.

Alhamdulillah, meski selalu dibantu alat dengar, yang penting Kartiniku selalu sehat, dan merasa nyaman. Aku selalu berdoa semoga Kartiniku berumur panjang, sehat selalu dan bahagia dimasa tuanya. Semoga kami anak-anak mu selalu bisa membuat mu bahagia. Selamat hari Kartini ibundaku.