Oleh : Dianawati

Penulis blog gurusiana

Nona Chien Ndi sebenarnya wong wadon asli The gal thothok. Namun ia non – diskriminasi, segala sesuatu di telan bak rangkaian thiwul yang mengalir ke arah tenggorakan. Nona Chien Ndi punya warna kulit sawo matang mirip ampas tahu susu. Rambut mirip potongan daging wedhus yang rata, nikmat seakan sate kambing yang siap disantap. Waktu tampil deklamasi 17 agustusan nona Chien Ndi keceplosan bilang asli orang The gal. Tapi waktu acara webinar online ngaku dari negeri seberang, katanya sih mirip artis drakor yang digandrungi ibu-ibu di sela masak tahu upil khas The gal.

Pagi itu kue cenil warna warni sudah mampir di mulut nona Chien Ndi. Ia naik andong waktu pergi ke pasar Teri wayah isuk. Jalan Veteran The gal menjadi saksi, bersama Jie-jie Srikaton ia berangkat. Nona Chien Ndi terkejut bukan kepalang melihat ikan teri di makan kucing dengan sambal tumpang rasa keju. Sampai- sampai kaki kelingkingnya menjerit berdarah terantuk batu dan terluka.

Nona Chien Ndi tertawa sambil batuk. Lalu tambah kesal melihat Jie-jie Srikaton makan ikan tuna dijambal dengan rujak kangkung, apalagi ia tidak diajak makan. Nona Chien Ndi cuma terkekeh menahan tawa sambil bermimpi. Mimpi siang itu, ia berharap dunia akan berputar hingga saat populer nanti, terkumpul uang untuk bapak dan ibu bisa naik haji.

Rumah Ungu, 14 Juni 2020