Keterkaitan Kerangka Strategi Pembelajaran dengan Elemen Pembelajaran Lainnya
Kerangka strategi dalam pembelajaran antara lain Pembelajaran Berdiferensiasi (developmentally appropriate practice), Pengajaran yang Responsif Kultur (culturally responsive pedagogy), dan Pengajaran Sesuai Level (Teaching at The Right Level) memiliki koneksi dengan pembelajaran sebelumnya maupun mata kuliah lainnya.
(1) Pembelajaran Berdiferensiasi (developmentally appropriate practice)
Developmentally Appropriate Practice (DAP) menurut Haspari, Ariati dan Widiasari (dalam Handayani, 2022) adalah memposisikan anak sebagai pemegang peranan utama dalam proses pembelajaran, dimana kegiatan yang akan dan sedang dilakukan mewadahi gagasan anak, memberikan banyak kesempatan untuk anak aktif bergerak dan bertanya, menjelajah serta mencoba.
Karena Developmentally Appropriate Practice (DAP) merupakan suatu pendekatan yang berhubungan dengan tahapan perkembangan anak maka hal ini dapat dihubungkan dengan teori belajar yang menyesuaikan kegiatan pembelajaran dengan tingkat kemampuan anak serta teori perkembangan yang mencakup perkembangan fisik serta kognitif. Dengan memperhatikan perkembangan pada peserta didik seperti perkembangan fisik dan psikis emosional serta kognitifnya maka pembelajaran berdiferensiasi dapat dilaksanakan dengan tepat dan efektif.
Developmentally Appropriate Practice (DAP) juga bersinggungan dengan teori mengenai belajar di mana dalam prakteknya diharapkan guru dapat menerapkan berbagai materi atau metode pembelajaran yang sekiranya dapat memfasilitasi peserta didik untuk belajar dengan lebih baik dan lebih efektif.
Pada pengaplikasiannya Developmentally Appropriate Practice (DAP) ini juga melibatkan penyusunan dan implementasi pembelajaran dan asesmen sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran dan asesmen. Tambahan lagi, Developmentally Appropriate Practice (DAP) secara berkelanjutan menggunakan observasi-observasi dan pengukuran secara reguler mengenai aktivitas, minat, kebutuhan, dan tingkat keterlibatan yang mana melibatkan berbagai jenis asesmen yang ada seperti formatif, sumatif, maupun diagnostik.
(2) Pengajaran yang Responsif Kultur (Culturally Responsive Pedagogy)
Pembelajaran tanggap budaya atau Culturally Responsive Pedagogy terkait dengan hubungan antara peserta didik dengan pendidiknya dalam sikap serta interaksi di kelas; juga berhubungan dengan penemuan identitas budaya dari peserta didik tersebut. Peserta didik yang hidup dalam lingkungan sosial budaya tertentu tentunya memerlukan pendekatan tertentu dalam belajar sehingga gaya belajar peserta harus diamati untuk dapat disesuaikan dalam pemberian materi atau konten pembelajarannya. Selain itu keragaman peserta didik di kelas juga harus diberikan afirmasi karena pembelajaran tanggap budaya harus memfasilitasi adanya perbedaan peserta didik tidak hanya pada aspek kognitifnya saja tetapi pada aspek lain seperti lingkungan dan kebudayaannya.
Pengajaran tanggap budaya atau Culturally Responsive Pedagogy berkaitan dengan identitas dan pencapaian termasuk juga dengan penemuan identitas peserta didik yang secara filosofis dapat dihubungkan dengan identitasnya sebagai rakyat Indonesia. Selain itu, juga dipelajari dalam pengajaran tangga budaya yaitu kesesuaian perkembangan di mana terdapat gaya belajar dari peserta didik dan juga berbagai variasi kultural yang ada seperti lingkungan kelas yang kaya literasi serta mendukung pembelajaran, meningkatkan motivasi, memperbaiki moral, meningkatkan engagement, serta kolaborasi peserta didik dengan berbagai pihak.
Culturally Responsive Pedagogy menekankan pada interkoneksi atau keterpaduan langkah guru dalam melaksanakan tugasnya dengan konteks sosial budaya yang melingkupinya. Adanya perbedaan latar belakang seperti keluarga, ekonomi, suku, agama, dan kemampuan serta kecenderungan peserta didik tidaklah dinafikan keberadaannya namun justru menjadi modal untuk mewujudkan harmoni dalam interaksi belajar.
Menurut Ladson-Billing (1995) terdapat tiga proposisi pendidikan tanggap budaya yaitu:
1. Peserta didik mencapai kesuksesan akademis
2. Peserta didik mampu mengembangkan dan memiliki kompetensi budaya atau cultural competence
3. Peserta didik membangun kesadaran kritis atau critical consciousness sehingga mereka dapat berpartisipasi dalam merombak tatanan sosial yang tidak adil
(3) Pengajaran Sesuai Level (Teaching at The Right Level)
Teaching at The Right Level (TaRL) bermakna memberikan pengajaran kepada peserta didik sesuai dengan kemampuannya dan menyesuaikan kepada daya tangkap mereka sehingga pada bagian ini, perlu diperhatikan karakter peserta didik terutama pada aspek kognitifnya. Guru sebaiknya memberikan materi dan asesmen yang sesuai dengan kemampuan peserta didik agar peserta didik tidak mengalami kesulitan atau tertinggal dalam pemahaman materi pelajaran. Oleh karena itu, diperlukan penerapan strategi yang baik dalam merencanakan pembelajaran dan asesmen yang efektif.
Tahapan penerapan pendekatan Teaching at The Right Level (TaRL) antara lain:
1. Pahami peserta didik yang berhubungan dengan perkembangan peserta didik serta profilingnya
2. Rancang perencanaan pembelajaran di mana pengetahuan dan kompetensi guru dalam pemahaman prinsip pembelajaran dapat diaplikasikan
3. Mengikuti ragam pelatihan yang menjadi salah satu bagian dari pengembangan kualitas guru
Referensi:
Handayani, Penny. (2022). Pemahaman Tentang Peserta Didik dan Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Pendidikan Profesi Guru, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemdikbud RI.
Ladson-Billings, G. (1995a). Toward a theory of culturally relevant pedagogy. American Educational Research Journal 32 (3): 465–491.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeen ulasannya, Bunda. Salam literasi