kupu kupu
KUPU KUPU
Pagi cerah dihari minggu. Sang surya menampakkan diri dengan riang. Angin berhembus memainkan rambut anak gadisku yang menemaniku duduk menikmati liburan dipingir sungai. Gemericik air di sungai sebelah rumahku seakan musik yang menemani kesabaranku menunggui datangnya karunia Alloh melalui mata kailku.
Angin terus bertiup menggoyang dedaunan di sekitar tempatku menikmati indahnya alam. nampak segerombolan kupu kupu terbang diantara pucuk pucuk daun dan bunga bunga.kepak sayapnya membawanya pindah dari satu bunga ke bunga yang lain tanpa merobek atau bahkan merontokkan sehelai kelopaknya apalagi merusak keindahannya.
Perlahan kulihat seekor kupu kupu terbang dan hinggap di batang kail yang tertancap. Perlahan sayap itu terkepak, seakan sedang memamerkan kecantikan warnanya dihadapanku. Subhanalloh maha sempurna engkau ya alloh yang meletakkan keindahanmu pada sebentuk Makhlukmu yang bernama kupu kupu.
Perhatianku pada pancingku seketika teralihkan. Aku mulai memikirkan tentang asal muasal dari makluk yang telah membuatku terpana. Bukankah ia berasal dari seekor ulat yang menjijikkan orang yang melihatnya –terlebih istriku,ia alergi dengan ulat. Ia langsung merasa gatal meski hanya ada orang bilang kalau ada ulat. Bagai bisa binatang yang asalnya menjijikan kini menjadi binatang yang menakjubkan dan disukai tidak saja wanita tapi hampir semua orang.
Sebagai seorang guru, meskipun bukan guru biologi, aku teringat pada materi pelajaran biologi yakni tentang proses metamorfosis. Dimana proses perkembangan binatang tertentu melalui proses perubahan bentuk. Proses perubahan ini terjadi salah satunya pada ulat. Diawali dari telur kemudan menetas jadi ulat, ulat berubah jadi kepompong, dari kepompong pecah jadi kupu kupu. “Ah pak guru ni mentang mentang jadi guru lantas sok tahu” batinku sambil nyengir mengusap dahi yang dihinggapi nyamuk. “Sorry bro ini bukan soal pelajaran biologi semata, tapi ini soal pelajaran yang lebih tinggi. Ini soal religi” sanggah sisi lain dari batinku.
“Ya aku juga setuju kalau ini adalah masalah religi. Sebab kalau ini masalah biologi tentu ini hanya masalah perubahan wujud. Sedangkan perubahan pada saudara ulat ini ternyata tidak saja pada perubahan wujudnya tetapi juga melibatkan perubahan mental. Coba saudara-saudara perhatikan, Saudara ulat itu tadinya rakus, serakah dan gemar merusak. Wajahnya yang tadinya jelek,menjijikkan dan meresahkan ini kini telah berubah menjadi cantik, indah dan mempesona bagi setiap orang yang melihatnya.”sisi batinku yang sok intelek berapi api menerangkan. “Setelah melalui proses pertapaan yang panjang, saudara ulat itu tidak boleh kita disebut sebagai ulat lagi, tapi saudara ini harus kita panggil sang kupu kupu. Karena kini saudara ini tidak lagi jelek apalagi menjijikkan. Saudara ini tidak lagi rakus tidak lagi serakah apalagi merusak, saudara kita ini makan sambil membantu mengembangkan lingkungan sekitarnya.” Subhanalloh ucapku lirih mengikuti berbincangan alam batinku. Aku sadar betapa Alloh telah menurunkan firmanNya untuk kita baca dan kita pelajari melalui kupu kupu.
Tiba tiba kupu kupu itu terbang. “pyok pyok……pyok” suara riak air mengakhiri lamunanku. Seekor ikan mujair berusaha lepas dari kailku. Segera kutarik joran dan mujair sebesar tiga jari tangan menjadi rejekiku hari ini.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Asyiknya dapat mujair hasil pancingan sendiri.
makaih mas biar kecil tapi hasil endiri