HENI ARI SUSANTI

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Perjuangan Ki Hajar Dewantara Dalam Pendidikan di Indonesia Menuju Merdeka Belajar

Perjalanan saya sebagai seorang guru mengantarkan saya untuk menuliskan pengalaman saya yang saya rasakan sebelum dan selama mengikuti Pendidikan Guru Penggerak. Sebelum saya mengikuti Pendidikan Guru Penggerak awalnya saya memahami bahwa pembelajaran haruslah berpusat pada guru.Awalnya saya memahami bahwa pembelajaran haruslah berpusat pada guru, guru adalah sumber pengetahuan bagi peserta didik. Peserta didik haruslah menguasai semua materi yang diajarkan oleh guru terutama aspek pengetahuan atau kognitif sesuai dengan tuntutan pemenuhan ketuntasan belajar peserta didik. Terkadang saya tidak memperhatikan pendidikan karakter pada peserta didik.

Kemudian selama mengikuti Pendidikan Guru Penggerak, saya mempelajari Pemikiran Ki Hadjar Dewantara (KHD) tentang pendidikan dan kebudayaan yang unik, berdasarkan budaya Indonesia melalui wadah Taman Siswa. Pada dasarnya pendirian Taman Siswa terwujud karena adanya tujuan bersama dan upaya goyong royong untuk mencapai Indonesia Merdeka. Meskipun banyak sekolah didirikan oleh Kolonial Belanda untuk pribumi, kurikulumnya dirasa tidak sesuai dengan kebutuhan rakyat Indonesia. Pemerintah Kolonial Belanda mendirikan sekolah-sekolah tersebut untuk melayani kepentingan politik, ekonomi, dan administrasi mereka. Terlebih lagi, sistem Pendidikan Pemerintah Kolonial Belanda bertujuan untuk membentuk mentalitas pribumi menjadi “budak” Belanda.

Pemikiran KHD terhadap pemikiran barat. "Pemikiran dan pengajaran barat tidak boleh secara mutlak kita anggap jelek. Banyak ilmu pengetahuan yang harus kita kejar, sekalipun melalui sekolah-sekolah barat. Ini tidak mengapa, asalkan kepada anak-anak kita berikan Pendidikan yang Kulturil dan Nasional, yang semuanya kita tujukan kearah keluhuran manusia, nusa dan bangsa, tidak memisahkan diri dan kesatuan perikemanusiaan".

Sistem pendidikan di Taman Siswa didesain seperti perguruan, dimana pamong atau guru dan siswa tinggal bersama seperti keluarga. KHD mendesain Taman Siswa sebagai rumah kedua untuk siswa, dimana interaksi antar siswa, guru dan orang tua tidak terbatas pada jam sekolah saja. Hal ini bertujuan agar siswanya nyaman untuk mengekspresikan kreativitas dan minat belajar mereka, dan pamong bertugas menyediakan contoh sesuai dengan prinsip Ing ngarsa sung tuladha, serta tuntunan, fasilitasi dan assistensi sesuai dengan prinsip Tut wuri handayani dalam proses belajar siswa.

Bentuk fisik taman siswa merepresentasikan kondisi sosial budaya Indonesia. Bangunan Taman Siswa berbentuk rumah besar berfungsi sebagai asrama siswa dan ruang kelas, serta pendopo di depan sekolah. Pendopo digunakan untuk pementasan budaya Indonesia, seperti tari daerah, tembang, atau lagu daerah dan seni lainnya. Lapangan rumput besar mengelilingi perguruan Taman Siswa, digunakan untuk latihan militer dan beladiri tradisional saat itu. Taman Siswa menggunakan Bahasa daerah untuk berkomunikasi, menggantikan Bahasa Belanda. Hal ini dilakukan untuk membangun semangat berkebangsaan Indonesia.

Perkembangan Taman Siswa ini dilakukan melalui perjuangan yang tidak mudah, Pemerintah Kolonial Belanda menerbitkan regulasi yang dinamai Onderwijs Ordonantie, yang memerintahkan seluruh sekolah atau perguruan yang diselenggarakan diluar kendali Pemerintah Kolonial Belanda agar dinyatakan tidak sesuai dengan kebijakan pendidikan yang ditetapkan. Sehingga berstatus illegal dan direkomendasikan ditutup.

Perjuangan KHD dalam mengembangkan Pendidikan di Indonesia tidaklah mudah. Sebagai guru Milenial haruslah kita mengimplementasikan Filosofi Pemikiran KHD tersebut dengan mengupayakan:

1. Merdeka Belajar yang mengamanahkan Tujuan Pendidikan yang holistik, yaitu pendidikan yang berfokus pada pengembangan karakter mulia anak, tidak hanya pada kemampuan kognitif saja. Dimana pendidikan bertujuan untuk membentuk peserta didik sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila atau disebut sebagai profil pelajar Pancasila.

2. Merdeka belajar yang mengamanahkan kemerdekaan belajar dengan menempatkan siswa sebagai tokoh utama dalam proses pengajaran dan pembelajaran dan guru sebagai pamong atau penuntun . Dalam hal ini, pendidik berperan sebagai fasilitator dan motivator yang menentukan proses pengajaran dan pembelajaran yang berfokus pada peningkatan kualitas belajar siswa terutama dalam pengembangan karakter siswa, literasi dan numerasi.

3. Merdeka belajar memberikan fleksibilitas kepada peserta didik untuk meningkatkan kualitas belajarnya melalui pembelajaran dan pengajaran yang tidak lagi kaku dan mengikat, akan tetapi tetap disiplin melalui kesepakatan kelas.

4. Merdeka belajar memberikan keleluasaan kepada peserta didik untuk memperoleh pembelajaran dan pengajaran sesuai kebutuhan dan perkembangan proses belajar masing-masing anak dan relevan dengan karakteristik sekolah dan daerah, serta tetap mengikuti perkembangan zaman.

5. Merdeka belajar menekankan semangat gotong royong melibatkan Kepala Sekolah, Guru, Peserta Didik,dan Orang Tua Peserta Didik, serta Tokoh Masyarakat berdasarkan prinsip tut wuri handayani untuk tujuan bersama menyediakan layanan pendidikan yang bermutu bagi semua peserta didik.

Salam Guru Penggerak!

Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan!

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post