Sebuah Pentigraf

KAS BON

Supardi Harun

Memenuhi kebutuhan sehari-hati adalah tugas seorang suami. Janji tersebut telah diucapkan Kang Dedi 10 tahun yang lalu di depan penghulu. Dia berjanji akan memberikan nafkah lahir dan batin kepada istrinya. Janji tersebut dipegang teguh oleh Kang Dedi dalam ikatan cintanya. Kini mereka telah dikaruniai 3 orang anak.

Namun, siapa sangka kehidupan yang awalnya baik-baik saja kini berubah drastis. Sejak di PHK 1 tahun silam kang Dedi kehilangan mata pencaharian. Terpaksa ia harus banting tulang untuk mencari nafkah. Tawaran menjadi jaga warung ia jalani. Gaji sebulan tidaklah cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Mau tidak mau ia sering kas bon kepada majikannya. Bahkan, gaji diakhir bulan sudah minus di potong.

" Pak, saya kas bon lagi boleh tidak ?" Pinta kang Dedi kepada majikannya. Ucapan tersebut diulangi berkali-kali, namun tidak ada jawaban ucapan dari sang majikan. Dedi marah dan tersinggung. Diangkatnya satu dus air mineral dan dilemparkan ke arah kepala sang majikan. Tersungkur sang majikan di depan meja kasir. Dedi melihat sang majikan telah tiada. Dia kabur sambil membawa uang ratusan juta yang diambilnya dari meja laci kasir. Namun, kang Dedi dihantui rasa ketakutan," Haruskah kas bon dibayar dengan nyawa " resah dalam batinnya.

Bekasi, 15 Juni 2025