Thank You, Allah (6) Bersama Kakek Nenek
#TantanganGurusiana hari ke-114
Kehidupan Maryam dimulai di kota yang baru baginya, Kota Batusangkar. Meski dulu dia sering pulang ke kota ini saat lebaran dimasa Bunda masih ada. Tapi dia tidak punya sahabat di kota ini.
Kota ini sangat indah, tidak kalah dengan Payakumbuh. Karena surat pindah sekolah Maryam belum selesai maka dia belum mulai sekolah. Untuk menghibur cucu tercintanya Kakek dan Nenek mengajak Maryam melihat-lihat tempat wisata di Batusangkar dan sekitarnya. Maryam diajak Kakek keliling kota.
Hari itu nenek mengajak Maryam ke Pasar Batusangkar untuk membeli keperluan dapur. Pasar sangat ramai karena hari itu hari Kamis yang merupakan hari pekan (hari pasar) di Batusangkar. Setiap hari Kamis, berdatangan pedagang dari seluruh Tanah datar bahkan dari luar kota untuk berjualan di pasar Batusangkar. Sehingga suasana sangat ramai.
Banyak kuliner khas batusangkar yang dijual di hari pekan itu. Nenek membeli belut yang akan dibuat rendang belut untuk bekal berwisata besok. Setelah membeli berbagai bumbu dapur, sayur dan buah-buahan nenek mengajak Maryam mencari makanan yang enak di Pasar Batusangkar. Nenek mengajaknya ke warung sate didong yang terkenal itu.
Tak lama menunggu akhirnya terhidang sate panas dan wangi dengan taburan bawang gorengnya. Warna kuah sate yang kuning kemerahan sangat menggugah selera. Sate didong tidak hanya digemari oleh penduduk setempat tapi Maryam juga melihat banyak bule yang sedang berwisata ke Batusangkar juga menikmatinya dengan lahap.
“Nek, banyak bule yang juga senang makan sate didong ya” kata Maryam pada neneknya.
“Iya, sate ini memang enak dan terkenal, rasanya selalu sama sejak nenek muda dulu sampai sekarang. Sate ini sudah ada sejak tahun 1970.” Terang nenek tentang sate favoritnya ini.
“Bumbunya dari apa, Nek” Tanya Maryam ingin tahu.
“ Sama dengan bumbu rendang, ada jahe, kunyit, bawang merah, bawang putih, lengkuas dan lainnya, tapi tidak di beri santan. Setelah daging empuk dipotong-potong dadu dan dibuat sate, sedang kuahnya dikentalkan dengan tepung beras” jelas Nenek panjang lebar. Ia sangat senang melihat cucunya punya rasa ingin tahu yang tinggi.
“Bagaimana, Maryam suka satenya?” Tanya nenek saat melihat Maryam makan sate dengan lahap. Maryam menggangguk sambil terus mengunyah satenya.
Kemudian datang pedanggang di sebelah sate didong mengantarkan makanan tradisional Batusangkar yang dipesan nenek. Maryam belum pernah melihat dan memakannya.
“Ini apa Nek? Kelihatannya enak.” Kata Maryam dengan mata berbinar.
“Itu Dadiah ampiang” jawab Nenek. “Ayo dimakan”.
“Enak Nek, manis dan kenyal-kenyal, tapi lembut juga, rasanya asam-asam seperti yogurt” jawab Maryam lucu.
“Iya, itu terbuat dari susu kerbau yang difermentasi di dalam batang bambu, Maryam tahu fermentasi bukan?” Tanya nenek.
“Tahu Nek, makanan yang diolah oleh bakteri baik, sudah diajarkan buk guru saat pelajaran IPA” jawab Maryam.
“Bagus, pintar cucu nenek. Jadi makanan ini sangat sehat. Hasil fermentasi susu secara tradisional ini yang disebut dadiah. Selanjutnya ditaburi dengan emping ketan dan parutan kelapa muda terakhir disiram dengan gula aren. Jadi deh makanan lezat ini” ulas nenek. Maryam tersenyum manis mendengar penjelasan neneknya.
“Bulenya juga senang Nek sama dadiah ampiang.” Kata Maryam sambil melihat para bule di depannya juga sangat menikmati dadiah ampiang tersebut. Setelah perut kenyang merekapun pulang naik bendi (delman).
Setelah sampai di rumah dan istirahat sejenak, kemudian nenek mengajak Maryam memasak rendang belut. Maryam sangat senang diajak nenek memasak. Ia membantu nenek menyiangi daun-daunan sayur yang juga akan direndang bersama belut. Sedangkan nenek membersihkan belut dan memberinya jeruk nipis agar tidak amis. Kemudian Maryam melihat nenek memblender aneka bumbu.
“Nek apa saja bumbunya?” Tanya maryam.
“Sama dengan bumbu rendang, seperti bumbu sate yang tadi sudah nenek jelaskan. Cara memasaknya juga sama dengan rendang daging” jawab nenek.
Setelah semua bumbu dan santan siap nenek mulai memasaknya di tungku. Memasak rendang belut ternyata lama juga batin Maryam karena perutnya sudah lapar kembali. Setelah santannya mulai mengering maka rendang belut sudah matang. Akhirnya mereka menikmati makan rendang belut untuk makan siang dan sebagian akan dibawa untuk piknik besok.
Besok hari setelah sarapan Nenek, Kakek dan Maryam berangkat menuju Istana Pagaruyung. Istana Pagaruyung ini tidak jauh dari rumah kakek, sebentar saja mereka telah sampai. Bangunan istana merupakan rumah gadang yang bergonjong. Kakek menjelaskan ada sebelas buah gonjongnya. Rumah gadang ini terdiri dari tiga lantai. Jumlah seluruh tiang rumah ini sangat banyak yaitu 72 tiang yang memiliki bentuk dan ukiran yang berbeda-beda yang ada maknanya masing-masing.
Istana ini juga dilengkapi dengan surau (Mushalah dengan arsitektur tradisional) di belakangnya, ada juga beduk yang disebut tabuah larangan dan air pincuran tujuah (pancuran tujuh). Di halamannya terdapat rangkiang (lumbung padi) yang disebut patah sambilan. Dan banyak peninggalan sejarah seperti kain-kain tradisional, alat-alat makan serta perhiasan. Maryam senang melihat-lihat semua peninggalan tersebut. Bahkan dia ikut mencoba menjadi pengantin Minang dengan mengenakan pakaian tradional minang yang disewakan ditempat itu.
Setelah puas melihat istana mereka melanjutkan perjalanan ke bukit Gombak, melihat prasasti yang ada di sana. Prasasti ini dinamakan Prasasti Bukit Gombak. Lokasinya begitu dekat dengan istana Pagaruyung. Prasasti ini menjelaskan tentang status kedudukan Adityawaraman serta menyebutkan asal usul dari Adityawarman yaitu putra dari Adwayadwaja yang menjadi tonggak sejarah asal muasal Minangkabau.
Selanjutnya perjalanan mereka menuju Bukit Batu Patah. Bukit ini terletak di Gunung Bungsu, daerah yang membatasi Kanagarian Pagaruyung dengan jorong Kubang Landai kanagarian Saruaso kecamatan Tanjung Emas.
Berada pada ketinggian, udaranya sangat sejuk. Tempat ini merupakan perbukitan hijau yang penuh dengan pepohonan rindang. Dari kejauhan terlihat Istana Pagaruyung berdiri gagah di tengah persawahan yang luas dan hijau. Maryam sangat senang berada di tempat ini. Di sini mereka menikmati bekal makan siang yang dibawa nenek sambil menikmati hembusan angin pegunungan. Ternyata disini terdapat juga tiga buah sumur yang airnya sangat jernih.
Mereka lama beristrahat di Bukit Batu Patah, bahkan Kakek sampai ketiduran beralas tikar pandan. Setelah hampir sore baru meraka pulang. Maryam tampak senang seolah-olah dia telah melupakan kesepiannya karena ditinggalkan bunda. Nenek dan Kakek juga sangat bahagia melihat keceriaan cucu kesayangan mereka.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Smg Maryam bahagia dg kakek dan neneknya. Dadiah ampyang itu terbuat dr apa bunda?
Bagus sekali Bu....senang membacanya...
Keren pemandangan dari bukit batu patahnya Bu Ilma. Salam sukses buat kita semua. saya dah follow ibu.
Iya Pak, Alam minangkabau memang sangat rancak. Trims Pak atas apresiasinya dan akan saya follow balik.
Keren sekali ibu. semoga bermanfaat buat anak2 Indonesia
Alhamdulillah, trims suportnya Pak Rusman.
Keren sekali ibu. semoga bermanfaat buat anak2 Indonesia
Keren sekali ibu. semoga bermanfaat buat anak2 Indonesia
Wah...keren....tekanan karakter nya. Sukses
Alhamdulillah, trims bunda atas kunjungannya.
Semoga bermanfaat
Semoga maryam tidak sedih lagi bersama kakek neneknya...
Aamiin yra. Trims doanya Pak.
Luar biasa,Bu. Kisah perjalanan yg di kemas dg apik. Salam sukses
Alhamdulillah, trims suportnya bu Cicik.
Rancak bana uni
Alhamdulillah, trims suportnya bu Elqaimah.
Cerita mengalir demikian bagus, seolah saya sedang ikut piknik di Sumbar. Keren bu Maryam fan kakek nenek semua bahagia.
Iya bu, panorama di minangkabau mmg sangat keren. Trims atas kunjungannya bu