Iwi Dayati

Assalamualaikum wr wb Perkenalkan nama saya Widayati MPd Saya seorang guru yang mangampu mata pelajaran bahasa Indonesia Saya menjalami profesi gur

Selengkapnya
Navigasi Web
Kehebohan Berzoom Ria 103

Kehebohan Berzoom Ria 103

Kehebohan Berzoom Ria

 

"Ma besok jangan lupa bangunin aku jam lima, ya. Kan aku mau zoom," pesan Maura siswa SD kelas dua. 

 

Ia  tidak ingin terlambat mengikuti zoom.  Kemarin ia membaca pesan dari gurunya  di WA bahwa bu guru akan mengadakan zoom besok pagi tepat jam pertama.

 

"Pokoknya jangan sampai terlambat ya Ma.  Nanti aku juga pasang alarm di hp mama," pesannya berkali-kali kepada mamanya. 

 

Itu adalah kehebohan yang terjadi pada Maura, siswa kelas tiga SD yang  mau ikut zoom. Zoom Kali ini adalah yang kedua kali akan ia ikuti. Dulu pernah ketika kelas  satu  ikut zoom.  Tetapi saat itu tiap siswa didampingi orang tuanya. Selama ini pembelajaran hanya melewati wa dengan dikirimnya video saat guru menjelaskan materi. Kemudian siswa diberi tugas. Selama sekolah  daring nyaris ia lebih banyak mengerjakan tugas di rumah.

 

Pagi esok hari akan diadakan zoom dengan bu guru tepat pukul 7.30. Sejak semalam Maura sudah sibuk mengingatkan mamanya untuk segera menyiapkan buku tulis dan juga perlengkapan sekolah yang lainnya. Tak lupa dia memeriksa baju yang harus dipakai saat zoom nanti. 

 

"Ma,  baju aku sudah kecil nih, sudah nggak bisa dipakai ini gimana dong?" teriaknya saat ia tengah susah payah menggunakan baju yang terlihat sudah sempit

 

Wajar baju itu semakin sempit karena dia semakin dewasa. Apalagi sudah  setahun lebih belajar di rumah baju sekolah dan sebagainya tidak pernah digunakan. Sehari-hari saat mengerjakan tugas, dia menggunakan baju  rumah. Kecuali pada saat membuat video yang harus dikumpulkan maka digunakanlah baju sekolah. Basanya video itu untuk memenuhi  mata pelajaran olahraga.

 

"Ya sudah pinjam baju kakak saja. Kan baju pramuka kamu sudah kesempitan," sahut mamanya. 

 

Akhirnya mamanya sampai mencari baju sang kakak dan langsung dicoba kan kepada Maura.

 

"Tapi kan ada nama kakak, kan malu  aku masa pakai baju kakak," Maura sedikit menolak saat tahu di bagian dada sebelah kiri baju tersebut tertulis nama kakak. 

 

"Kan nanti kamu pakai jilbab, nama itu pasti ketutup."

 

"Oh iya ya. Ya sudah nggak papa deh pakai baju ini," akhirnya dia menerima saran mamanya untuk menggunakan baju sang kakak 

 

"Mama besok pakai sepatu nggak?" tanya Maura kembali.

 

"Ya nggak usah. Kan saat zoom nanti kamu cuma kelihatan setengah badan," dengan sabar mama menjelaskan. 

 

"Tapi ma di situ kan disebutkan harus menggunakan seragam sekolah secara lengkap."

 

"Ya, itu untuk yang terlihat saja saat zoom. Nanti di kamera zoom kamu terlihat pakai baju dan jilbab. Itu kan sudah lengkap. Memangnya mau kelihatan sampai bawah?  Kan  cuma setengah badan," mama menjelaskan sekali lagi maksud peraturan tersebut.

 

Kehebohan itu ternyata tidak hanya dirasakan Maura. Di grup WA orang tua ternyata pun seperti itu. Beberapa anak lewat orang tanya menanyakan [besok zoom-nya jam berapa?] [kita harus mempersiapkan apa ya?]. Juga pertanyaan-pertanyaan yang lainnya.

 

Duh anak-anak bahagianya mau bertemu di zoom. Segala persiapan dilakukan dengan baik. Begitu bersemangatnya Maura dan kawan -kawannya menyambut diadakannya zoom. Padahal hanya zoom jarak jauh, belum sekolah sesungguhnya. Namun, ia begitu heboh bersemangat menyiapkan semuanya. Apalagi jika sekolah sudah tatap muka sungguhan ya. 

 

Aku membayangkan semua anak akan bahagia bersekolah secara tatap muka. Mereka sudah lama merindukan berada sekolah. Rindu bertemu bu guru.  Rindu bertemu teman-temannya. Pun rindu mendengar cerita dan nasihat-nasihat bu guru. 

 

Wajar pula mereka bahagia karena besok mereka akan bertemu teman-teman mereka. Mereka akan kembali melihat wajah bu guru meskipun dalam jarak jauh.

 

Selama ini mereka belajar sendiri, mengerjakan tugas mandiri.  Mungkin hanya ditemani kakak ataupun ibu mereka. 

 

Beda sekali dengan anak-anak SMA yang hampir setiap hari menggunakan zoom. Saat akan ada zoom jangankan persiapan,  memperlihatkan wajahnya pun tidak akan pernah mau. Mereka hanya membuka kamera saat dipanggil dan diabsen.

 

Mudah-mudahan kebahagiaan anak-anak akan berlanjut dengan sekolah tatap muka yang sesungguhnya. 

 

Jakarta,  4 September 2021

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen ceritanya, Bunda. Salam literasi

04 Sep
Balas

Alhamdulillah

04 Sep
Balas

Semoga tetap istikomah

04 Sep
Balas



search

New Post