KEMBANG DESA
Oleh : Riswo
Suasana desa disore itu terlihat begitu damai. Hamparan bukit yang mengelilinginya membuat desa itu tampak asri dan sejuk. Ketika kita membuka pintu dan jendela rumah, terlihat sekawan burung kuntul sedang berbaris di sawah. Seolah mereka sedang rapat membicarakan sesuatu. Sepintas lalu burung kuntul itu seperti angsa. Hanya saja bentuknya lebih kecil dari pada angsa.
Tak jauh dari kawanan burung kuntul itu, terlihat Marni sedang menyapu di halaman rumahnya. Sambil bernyanyi kecil, dia menyingkirkan sampah-sampah yang berserakan dengan sapu lidinya. Dia tak menyadari ada seorang pemuda tampan yang sudah lama memperhatikannya. Pemuda itu berdiri tidak jauh di belakangnya. Sedangkan Marni masih asyik dengan sapu lidi, dan suara emasnya. Tak lama kemudian Marni membalikan badannya. Alangkah kagetnya dia, ketika matanya menangkap sosok pemuda gagah yang ada di hadapannya. Pemuda itu terlihat semakin gagah, kala bibir tipisnya saling beradu.
Untuk sesaat Marni tertunduk malu, tak kuasa memandangnya. Kemudian dia memberanikan diri mengangkat wajahnya, lalu menyapanya.
“Eh, Mas Tang..guh. Su…dah da ri… tadi mas ?” sapa Marni, terlihat gugup sekali.
Melihat Marni sedang gugup, pemuda tampan itu kembali tersenyum. Lalu keduanya saling pandang dan hanyut dalam lamunannya. Mereka baru tersadar ketika mendengar dehem Bu Sarti, yang tak sengaja telah memergokinya.
“Ehm, ehm. Loh-loh, rupanya ada tamu ya. Kenapa tamunya nggak kamu suruh masuk ndu ? Kamu malah bengong di situ. Ajak dia masuk.”
“Eh ya bu. Si…, silah…,kan masuk mas, Tangguh ?” ajaknya gugup.
“Ya dek. Terima kasih. Apa kabar bu ?” sapa Tangguh kepada Bu Sarti.
“Alhamdulillah baik nak Tangguh. Silahkan masuk nak.” Ujar Bu Sarti.
“Di sini sajalah bu. Selain udaranya sejuk, kita juga bisa melihat keindahan burung kuntul itu.” Jawab Tangguh, sambil tersenyum.
Bu Sarti membalas senyuman anak muda itu, lalu masuk ke dalam rumah. Sedangkan Tangguh dan Marni duduk di kursi jati, yang ada di teras rumah.
“Sejak kapan, Mas Tangguh berdiri di belakang saya tadi ?” tanya Marni.
“Lumayan lama lah dek.” Jawab Tangguh, sambil tersenyum.
“Waduh, saya jadi malu lah mas. Kok Mas Tangguh datang nggak ngomong-ngomong sih.” Ujar Marni.
“Sengaja lah dek. Saya kan ingin memberi kejutan, hehehe…”
“Ih Mas Tangguh ternyata jail juga ya. Saya kan jadi malu mas.”
“Malu kenapa dek ? Kalau kamu lagi malu, justru kamu terlihat sangat cantik. Coba lihat burung kuntul itu dek ! Mereka terlihat sangat cantik. Warna bulunya juga sangat indah…”
“Ya ya mas. Dia terlihat putih bersih dan sangat cantik.” Kata Marni menimpali ucapan Tangguh yang belum selesai.
“Mereka memang cantik dek. Tapi jika dibandingkan dengan dek Marni, mereka jauh kalah cantiknya dengan Dek Marni.”
“Ah masa sih mas ? Mas Tangguh bisa aja deh. Marni kan jadi malu, hehehe...” Ucapnya polos.
“Benar, dek. Saya tidak bohong. Oh ya dek, boleh nggak Lain kali saya main ke sini lagi ?”
“Silahkan mas. Kapan saja Mas Tangguh boleh datang ke sini. Saya malah senang kok.” Jawab Marni pelan.
“Saya mohon pamit ya dek. Terima kasih atas sambutannya.” Ucap pemuda itu lalu pergi.
Sementara Marni menatap kepergian Tangguh sampai menghilang dari pandangannya. Wajahnya terlihat berseri-seri seolah dia baru saja menemukan tambatan hatinya. Bagaimana tidak, Tangguh adalah pemuda tampan yang sangat baik dan ramah. Walaupun dia anak saudagar kaya, namun sifatnya rendah hati dan hormat kepada siapa saja. Sehingga diam-diam Marni juga menyukai pemuda itu.
Sejak pertemuannya di hari itu, Keduanya terlihat semakin akrab sekali. Bahkan Tangguh lebih sering berkunjung ke rumah Marni. Namun sayangnya kedekatan Tangguh dengan Marni tak disukai Parmin. Parmin merasa cemburu kepada Tangguh yang diam-diam mendekati Marni. Pedahal Marni adalah gadis yang telah membuat dirinya mabuk cinta. Oleh sebab itu Parmin selalu mengawasi gerak-gerik Tangguh. Pada saat Tangguh pulang dari rumah Marni, dia menghadangnya di tengah jalan.
“Berhenti kamu !” Bentak Parmin.
“Ada apa Min. Kenapa kamu menghentikan langkahku ?”
“Alah jangan pura-pura bodoh kamu Guh. Kamu dari rumah Marni kan ? Mulai sekarang tolong jauhi Marni. Tak ada seorangpun yang boleh mendekatinya. Kecuali Parmin.” Ucapnya sambil menepuk dada yang dibusungkannya.
“Apa hakmu melarangku Parmin ? Kamu bukan siapa-siapanya dia. Siapapun boleh datang ke rumah Marni.”
“Jujur saya sangat cemburu melihat kamu selalu berduaan dengan Marni. Awas ya Guh ! Sekali lagi kamu datang ke rumah Marni, tangan ini yang akan bicara.” Ancamnya sambil mengepalkan tangan kanannya, lalu pergi begitu saja.
Sejak kejadian itu, tidak serta merta membuat Tangguh takut dengan ancaman Parmin. Tangguh justru semakin sering datang ke rumah Marni. Bahkan suatu malam Tangguh mengajak Bagus menemaninya bermain ke rumah Marni. Keduanya disambut Marni dengan penuh hangat. Lalu ketiganya ngobrol ngalor ngidul di halaman rumahnya. Diiringi gelak tawa menyertai obrolan mereka.
Namun mereka tak menyadari sejak dari tadi Parmin mengawasinya. Karena sangat kesal dan cemburu, Parmin tak kuasa menahan emosinya. Dia keluar dari persembunyiannya dan menyambangi mereka. Dengan muka dilipat tanda tak bersahabat, dia langsung mendekati Tangguh. Melihat gelagat yang kurang baik, Tangguh menyapanya dengan ramah. Tujuannya agar mencairkan suasana. Namun keramahan Tangguh justru di balas dengan kata kasar, dibarengi dengan ancaman.
“Eh, Mas Parmin. Apa kabar mas?” sapa Tangguh.
“Ternyata kamu masih punya nyali juga ya ? Berani-beraninya kamu datang ke sini lagi. Kamu tidak dengar apa pura-pura tidak tahu ucapan saya kemarin, ha ? Atau kamu sengaja menantang saya ? Sekarang saatnya tangan ini yang akan bicara.” Ancamnya sambil mengepalkan tangan kanannya.
“Eh ada apa ini Min ? Datang-datang langsung marah-marah.” Tanya Bagus yang tak mengerti duduk permasalahannya.
“Diam kamu Gus ! Jangan ikut campur urusan saya dengan Tangguh ! Kamu lebih baik diam saja.” Bentak Parmin.
“Bukan begitu Min. Kalau ada masalah, kan bisa kita bicarakan baik-baik ? Ingat Min, ini rumah orang. Malu kan kalau kita sampai ribut di sini Min.” Kata Bagus lagi.
“Ya sudah. Kalau begitu kita selesaikan masalah ini di luar saja. Sekarang saya tunggu kamu di kebun jati Guh.” Ucapnya sambil menunjuk Tangguh, lalu pergi meninggalkan mereka.
“Memangnya ada masalah apa sih mas ? Kok Parmin marah-marah kaya orang kesetanan ?” tanya Marni bingung.
“Dia marah karena saya datang ke sini dek. Dia cemburu saya dekat sama kamu.” Jawab Tangguh.
“Apa mas ? Cemburu…? Apa hak dia cemburu dengan Mas Tangguh ? Pacar bukan, saudarapun bukan. Sudahlah mas, orang seperti itu jangan diladeni.” Ucap Marni.
“Kami pamit dulu ya dek ? Mohon maaf jika malam ini kurang nyaman gara-gara Parmin. Ayo Gus, kita berangkat.” Ajak Tangguh.
Lalu keduanya pergi meninggalkan Marni dan menuju ke tempat yang dijanjikan Parmin yaitu kebun jati. Begitu mereka sampai di kebun jati, Parmin langsung menghampirinya dan menghajarnya dengan pukulan dan tendangan secara bertubi-tubi. Sementara Tangguh berusaha menenangkan Parmin, tanpa membalas serangannya.
“Sabar Min, sabar…” Kata Tangguh sambil terhuyung-huyung.
“Sabar-sabar. Inilah akibatnya jika kamu tak mau mendengar peringatan saya. Ini satu lagi hadiah untuk kamu Guh.” Kata Parmin sambil kembali melayangkan pukulannya.
Dugh…!
“Akh…” Teriaknya sambil memegang hidungnya yang pecah.
Darah segarpun mengucur dari hidungnya. Sekarang tubuh Tangguh berlumuran dengan darah. Tangguh terlihat limbung lalu jatuh tersungkur. Namun rupanya dia tak mau menyerah begitu saja. Dia berusaha bangun dengan tubuh sempoyongan. Belum sempat memasang kuda-kuda, Parmin kembali menyarangkan tendangan ke dada Tangguh.
Dugh… ! Tangguhpun sempoyongan lalu kembali ambruk.
Melihat lawannya ambruk, tanpa rasa belas kasihan, Parmin membabi buta kembali menyerangnya. Pukulan demi pukulan dia sarangkan di tubuh Tangguh. Akibatnya Tangguh mederita luka parah. Melihat sikap Parmin yang tak kenal ampun, Bagus melompat berusaha menghalangi niatnya. Bukannya berhenti, Parmin malah menghajar Bagus sekehendak hatinya.
Kini giliran Bagus yang menjadi lawannya. Bagus melompat ke kiri dan ke kanan, menghindari amukan Parmin. Parmin yang serangannya selalu gagal semakin marah dan terus menyerang Bagus. Akibatnya Bagus merasa keteteran menghadapi Parmin. Kali ini Bagus lebih waspada. Dia memasang kuda-kuda, sorot matanya tajam mengawasi gerak-gerik Parmin.
Satu serangan Parmin berhasil dia patahkan. Lalu Bagus melakukan serangan susulan dan berhasil mendaratkan pukulannya tepat di dada Parmin. Parmin mental beberapa langkah ke belakang.
Dugh…!
“Aduh !” teriaknya sambil memegang dadanya yang sakit.
Parmin kembali memasang kuda-kuda dan siap melakukan serangan. Pukulan demi pukulan diarahkan ke Bagus. Sayangnya serangan yang dilakukan Parmin mudah terbaca oleh Bagus. Bagus berkelit ke kanan, lalu menjatuhkan diri. Saat Parmin lengah Bagus menggunting kaki Parmin hingga tubuhnya roboh dan jatuh tersungkur. Melihat kenyataan ini Parmin semakin geram.
“Kurang ajar kamu Gus ! Berani-beraninya kamu melawan anak Kepala Desa.” Ucapnya lalu kembali memasang kuda-kuda.
Kini Parmin terlihat sangat hati-hati kepada lawannya. Langkahnya pelan tapi pasti. Kedua tangannya memainkan jurus-jurus andalannya. Dibarengi serangan-serangan kecil untuk mengecoh lawannya. Namun Bagus tidak kalah cerdik dengan Parmin. Bagus mengeluarkan jurus-jurus tipuan untuk mengecohnya. Usaha Baguspun membuahkan hasil. Disaat Parmin mendaratkan serangannya, Bagus berhasil mematahkannya. Kemudian menyarangkan tendangannya ke dada Parmin. Lagi-lagi Parmin terpental dan jatuh tersungkur.
Namun Parmin masih saja belum kapok. Dia kembali bangun lalu menyusun serangan berikutnya. Dia mengeluarkan tendangan ke arah Bagus. Bagus berkelit ke kiri menggeser langkahnya. Dia berhasil menangkap kaki Parmin, lalu membantingnya.
“Aduh ! Kurang ajar kamu Bagus. Jangan berpikir kamu telah berhasil mengalahkan ku ya.” Ucapnya sambil memegang pantatnya yang sakit.
Parmin kembali memasang kuda-kuda. Kedua kakinya melangkah penuh percaya diri. Tangannya berputar-putar mirip baling-baling pesawat terbang. Sedangkan matanya tajam memandang lawannya seperti mata elang. Secepat kilat Parmin kembali melancarkan pukulannya. Untung saja Bagus berhasil menghindarinya. Kalau tidak, pukulan itu akan mengenai dadanya. Kini Bagus harus waspada dan lebih hati-hati lagi menghadapi Parmin. Kali ini Bagus mengeluarkan jurus-jurusnya secara berubah-ubah. Sehingga Parmin bingung dan susah menebaknya.
Akibatnya serangan-serangan yang dilakukan Parmin selalu kandas dan tak mengenai sasarannya. Bahkan Parmin dibuat repot oleh jurus-jurus yang dimainkan Bagus. Bagus selalu mengeluarkan jurus-jurus barunya yang belum pernah Parmin lihat. Namun Parmin tak mau menyerah begitu saja. Dia kembali melancarkan serangannya secara bertubi-tubi. Sementara Bagus hanya menghindar dan menghindar untuk menguras tenaganya.
Melihat serangan-serangannya selalu gagal, Parmin marah dan semakin membabi buta. Kali ini Bagus terlambat menggeser langkahnya. Satu pukulan Parmin berhasil disarangkan di dadanya. Bagus memegang dadanya yang sesak, sambil batuk-batuk kecil. Kali ini serangan Parmin tak boleh diremehkan. Bagus melakukan gerak pukulan tipuan. Saat Parmin akan menangkisnya, Bagus menarik pukulannya lalu menjatuhkan diri dan menggunting kaki Parmin. Tak ayal lagi, Parminpun jatuh tersungkur.
“Aduh ! Kurang ajar kamu Bagus.” Umpat Parmin.
Parmin sengaja mengeluarkan umpatan kasar untuk memancing amarah Bagus. Parmin berpendapat jika Bagus marah, dia tidak akan lagi mengontrol jurus-jurusnya dengan baik. Sayangnya Bagus tak terpancing umpatan Parmin. Dia malah mendekati Parmin dan mengulurkan tangannya untuk menolongnya. Hal itu justru membuat Parmin semakin emosi merasa dirinya dilecehkan.
“Sini saya bantu Min.” Ucapnya sambil mengulurkan tangannya.
“Kurang ajar kamu Bagus ! Jangan sok baik sama saya ya. Ingat saya belum kalah. Tunggu saja pembalasan saya nanti.” Ancamnya lalu pergi.
Setelah Parmin pergi, Bagus segera menolong Tangguh yang masih mengerang kesakitan. Bagus menyandarkan tubuh Tangguh pada sebatang pohon. Kemudian mengurut dadanya yang terlihat memar. Setelah itu memapah dan mengantarnya pulang sampai ke rumahnya. Juragan Markum yang melihat Putranya bersimbah darah, menghujani Bagus pertanyaan.
“Apa yang telah terjadi pada Tangguh, Gus ? Mengapa muka Tangguh babak belur seperti itu ?” tanya Pak Markum.
“Ini hanya salah paham Juragan.” Terang Bagus.
“Salah paham bagaimana Gus ?” tanya Juragan Markum lagi.
“Masalah anak muda Juragan.”
“Oh begitu. Ya sudah tolong antar Tangguh ke kamarnya ya Gus.”
“Ya Juragan.”
Sampai di depan kamar Tangguh, tiba-tiba datang istri juragan Markum yang juga tak kalah paniknya melihat anaknya babak belur. Dia juga mencecar Bagus dengan pertanyaan.
“Kenapa Tangguh babak belur begitu ? Apa yang terjadi nak Bagus ?” tanya istri Juragan Markum tergopoh-gopoh setelah melihat anaknya dipapah Bagus.
“Mas Tangguh tadi ribut dengan Parmin bu. Diantara mereka telah terjadi kesalah pahaman. Akhirnya mereka pun cekcok sampai terjadi perkelahian.” Jawab Bagus lalu membaringkan Tangguh di ranjangnya. Setelah mendengar penjelasan Bagus, Bu Markum masuk ke dapur lalu keluar membawa obat balur, dan membalurkannya ke tubuh yang luka. Tangguh pun mengerang kesakitan.
“Aduh, perih bu.”
“Tahan yo lih. Hanya perih sedikit kok.” Ucap Bu Markum kepada anaknya.
Setelah lukanya diobati, beberapa saat kemudian Tangguh tertidur. Kemudian Bagus berpamitan dan pulang ke rumahnya.
Keesokan harinya dengan tanpa merasa bersalah sedikitpun, Parmin datang menemui Marni. Dengan sangat percaya diri, dia mengeluarkan rayuan mautnya.
“Neng Marni, apakah kamu tahu apa yang sedang saya rasakan saat ini ? Sedetik saja tak bertemu denganmu, serasa seribu tahun lamanya.”
“Neng Marni…” Ucapnya lagi.
“Sudahlah mas, jangan diteruskan lagi gombalanmu itu. Mending kita bicara yang lain saja ya.” Ucap Marni.
Mendengar rayuan Parmin, Marni justru merasa risih dan geli. Marni malah memikirkan Tangguh. Karena tidak seperti biasanya Tangguh tak datang menemuinya. Kali ini malah yang datang Parmin yang tak pernah diharapkannya. Diapun merasa curiga dan menanyakannya langsung kepada Parmin.
“Kenapa Mas Parmin semalam datang dan langsung marah-marah ? Ada apa sebenarnya mas ?” tanya Marni.
“Itu hanya masalah pribadi saya dengan Tangguh neng. Sekarang masalahnya sudah selesai kok.”
“Sudah selesai bagaimana mas ? Bukankah semalam Mas Parmin mengajak Mas tangguh datang ke kebunan Jati ? Lantas apa yang kalian lakukan di sana ?” tanya Marni lagi.
“Karena ini masalah laki-laki ya kita sudah selesaikan dengan cara laki-laki lah neng.”
“Maksud Mas Parmin semalam berantem dengan dia ?”
“Betul neng. Semalam saya duel dengan Tangguh. Habis bagaimana lagi sih neng ? Wong Tangguh tak menghiraukan ucapan saya. Ya saya jelas marahlah.” Jawab Parmin.
“Terus bagaimana nasib Mas Tangguh ?”
“Ternyata dia seperti ayam sayur neng. Sekali gebarak saja dia sudah roboh. Masa laki-laki seperti itu neng ?”
“Terus setelah itu dia bagaimana mas ?” tanya Marni lagi.
“Setelah dia babak belur saya tinggal begitu sajalah. Masa saya yang harus ngantarkan dia sih neng. Kan nggak lucu, hahaha…”
“Hebat ya Mas Parmin.” Sindir Marni.
“Ya dong neng, Parmin…” Ucapnya sambil menepuk dada.
Mendengar ucapan Parmin, Marni menjadi kurang simpatik kepadanya. Hari itu Marni lebih banyak diam dan tak meladeni gombalan Parmin. Karena merasa dicuekin, Parminpun berpamitan dan pergi meninggalkan Marni. Sedangkan Marni, hari itu juga langsung pergi menemui Bagus, dan menanyakan perihal Tangguh.Sementara Bagus langsung menceritakan peristiwa itu kepada Marni. Mendengar cerita Bagus, Marni menjadi geram. Wajahnya memerah dan tubuhnya sedikit gemetar.
Hari itu juga Marni meminta Bagus untuk menemaninya ke rumah Tangguh. Di sana Marni melihat Tangguh sedang terbaring lemas dengan tubuh yang penuh luka. Dia merasa sangat bersalah dengan Tangguh, karena dirinyalah yang menjadi penyebab pertengkaran itu. Oleh karena itu Marni selalu datang menemani dan merawat Bagus.
Karena seringnya mereka bertemu, diantara mereka mulai tumbuh benih-benih cinta. Parmin yang mengetahui hubungan keduanya semakin lengket, hatinya terbakar oleh api cemburu. Sehingga dia memutuskan untuk meminang Marni. Namun sayangnya pinangan Parmin ditolak mentah-mentah oleh Marni.
Kabar ditolaknya Parmin oleh Marni, akhirnya sampai ke telinga Tangguh. Sehingga membuat Tangguh semakin percaya diri dan bersemangat untuk meningkatkan hubungan keduanya ke jenjang yang lebih tinggi. Keseriusan Tangguh dibuktikan dengan mengajak kedua orang tuanya untuk meminang Marni. Gayungpun bersambut, hari itu juga Marni menerima pinangannya. Bahkan dalam waktu dekat mereka akan segera melangsungkan pernikahannya.
Disaat Marni telah menerima pinangan Tangguh, Bagus datang ke rumahnya untuk mengungkapkan isi hatinya. Bagus belum tahu kalau pujaan hatinya telah menjalin ikatan dengan sahabat karibnya.
“Dek Marni, izinkan saya untuk menyampaikan suatu hal kepada Dek Marni.”
“Tentang apa itu Mas ?” jawab Marni.
“Sebenarnya sudah sejak lama saya mencintai Dek Marni. Tapi baru sekarang ini saya memberanikan diri untuk menyampaikannya langsung kepada Dek Marni. Kalau Dek Marni menerima cinta saya, dalam waktu dekat ini saya akan meminang Dek Marni.”
“Ya Allah mas. Kenapa baru menyampaikannya sekarang mas ?”
“Memangnya kenapa dek ? Apa ada yang salah ?” tanya Bagus.
“Terlambat mas, terlambat.”
“Terlambat bagaimana dek ? Memangnya sudah ada orang lain yang telah singgah di hati mu dek ?” tanya Bagus lagi.
“Sehari yang lalu, Mas Tangguh datang bersama kedua orang tuanya mas.”
“Maksud Dek Marni, Tangguh telah meminangmu ?”
“Ya mas. Saya sudah menerima pinangan Mas Tangguh ?” jawab Marni.
“Apa ?” tanya Bagus kaget.
“ Maafkan saya mas. Andaikan saja Mas Bagus datang lebih awal, mungkin beda ceritanya. Bahkan dalam waktu dekat ini, kami akan segera melangsungkan pernikahan mas. Mas Bagus datang ya.”
“Ya dek nggak apa-apa. Mungkin adek bukan jodoh saya. Do’akan saja agar saya tabah menerima kenyataan ini. Selamat ya dek.” Ucapnya sambil menitikan air mata.
“Ya mas.” Jawabnya sedih.
Setelah mendengar rencana pernikahannya, Bagus terlihat sangat sedih. Wajahnya suram penuh keputus asaan. Namun dia berusaha tegar dan segera menyembunyikan rasa kecewanya itu. Diapun berjanji akan datang saat pernikahannya nanti. Tidak demikian dengan Parmin. Begitu mendengar Tangguh mau menikah dengan Marni, serasa hatinya tersulut api. Dia tak rela Marni menjadi milik orang lain. Parmin pun kalap dan naik pitam. Dia mendatangi Tangguh, dan mengobrak-abrik isi rumahnya sambil berteriak menantangnya.
“Hai Tangguh, keluar kamu ! Jangan jadi laki-laki pengecut ! Hadapi Parmin.” Teriaknya. Namun teriakan Parmin justru dijawab oleh Badrun salah satu orang kepercayaan Juragan Markum.
“Hai Parmin. Tuan tidak ada di rumah. Mengapa kamu teriak-teriak seperti orang kesetanan, ha ? Kalau berani hadapi saya Parmin.” Ujar Badrun menantangnya.
“Ini bukan urusan kamu, Badrun. Sampaikan saja pada tuanmu itu. Katakan pada dia, Parmin menantangnya Duel di perkebunan jati.” Ucapnya lalu pergi begitu saja.
Setelah Tangguh Pulang, Badrun pun menyampaikan tantangan itu kepada anak juragannya. Mendengar dirinya ditantang oleh Parmin, dia menerima tantangan itu. Tepat di bulan Purnama, dua laki-laki itu pun bertemu di ke kebun jati. Keduanya datang untuk mempertahankan harga dirinya masing-masing.
“Kirain kamu masih berada di ketiak ibumu, eh ternyata kamu punya nyali juga ya berani datang ke sini. Haaa…” Ledek Parmin.
“Jangan sombong kamu Parmin. Di atas langit pasti ada langit.” Jawab Tangguh.
“Bacotmu besar juga ya. Apakah kemampuanmu sebesar bacot mu itu ha ?”
“Sebenarnya saya tidak suka mencari keributan. Tapi kalau kamu jual, saya beli. Pantang bagi saya untuk dihina. Camkan itu.” Jawab tangguh.
“Sudah jangan banyak bacot kamu Guh. Ayo kita selesaikan masalah ini secara jantan.” Ucap Parmin lalu memasang kuda-kuda.
Dengan sangat beringas, Parmin melancarkan serangannya. Pukulan dan tendangan dia arahkan ke kepala Tangguh. Sayangnya serangan itu sangat mudah dipatahkan. Parminpun tercengang mengapa Tangguh menjadi sehebat itu.
“Kurang ajar ! Sejak kapan kamu bisa bela diri ha ?” tanya Parmin geram.
“Sejak dulu saya menguasai bela diri.” Jawab Tangguh.
“Tapi mengapa malam itu kamu mudah saya kalahkan ? Apakah kamu sengaja ingin mempermainkan saya ?”
“Sudah saya bilang, saya tidak suka dengan keributan. Tapi kamu yang selalu memaksa saya untuk menggunakan kekerasan. Sekarang terima seranganku ini Parmin. Hiat….!”
Tangguh melompat dan menerjang dada Parmin. Parmin pun terpental beberapa langkah ke belakang. Sambil terhuyung-huyung dia berusaha bangun lalu kembali memasang kuda-kudanya. Selanjutnya Parmin berusaha menyarangkan pukulannya, disusul dengan satu tendangan ke dada Tangguh. Sayangnya Tangguh membaca serangan itu. Sehingga Parmin tak berhasil mendaratkan pukulannya secara tepat. Sebaliknya Saat Parmin lengah, Tangguh tak menyia-nyiakan kesempatan emas itu. Tangguh melakukan tendangan berantai menyasar ke dada Parmin.
Parminpun roboh sambil memegang dadanya yang sakit. Tapi Parmin tak menyerah begitu saja. Dia berusaha bangun lalu kembali memasang kuda-kuda lagi. Kali ini gerakannya terlihat lambat sekali. Beberapa pukulannya selalu mengenai ruang kosong. Melihat lawannya sudah lemah, Tangguh meminta agar Parmin menyerah dan menyudahi pertarungan.
Namun dia bersikeras untuk tetap melanjutkan pertarungannya. Sementara Tangguh tak mau membuang-buang waktunya. Dia langsung menghadiahi satu tendangan mautnya, tepat mengenai kepalanya. Parminpun roboh dan tak sadarkan diri. Melihat lawanya yang sudah tak berdaya, Tangguh meninggalkan Parmin seorang diri.
Semenjak Parmin dapat dikalahkan oleh Tangguh, nyalinya menjadi ciut dan tak berani lagi merendahkannya. Bahkan Parmin selalu menghindar manakala bertemu dengan takut Tangguh. Kali ini yang pantas disebut ayam sayur bukanlah Tangguh. Melainkan Parmin sendiri.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar