Khaeroyaroh, S.Pd

Guru MTs Negeri 2 Tangerang

Selengkapnya
Navigasi Web
Mantra Luhur
sebuah cerita pendek yang motivasi untuk selalu gigih dan berbaik sangka dengan teman

Mantra Luhur

Jam tanganku menunjukkan pukul 10.20, sepuluh menit lagi bel masuk setelah istirahat akan berbunyi, dengan tergesa-gesa aku membuka tas teman disampingku yang merupakan satu kelompok denganku, Luhur nama panggilannya. Aku sadar, aku melakukan perbuatan yang tak menyenangkan, namun aku sangat penasaran dengan buku harian bersampul hitam miliknya.

“Yah, ini dia, aku menemukannya!” Gumamku

Kucoba membuka halaman pertama buku itu, yang kutemukan hanya tulisan yang berisi biodatanya. Lalu, perlahan kubuka lembar kedua, lalu kubaca dalam hati.

Q

! !

! ! !

! ! ! ! ! !

!

! a

Lif ! !

l

l a

l a m

i i

m m m m m m m m m m m m m m m m

i i i i i i i i

m m m m m m m m m m m m m m m m m m m

Tulisan apakah ini? Mantra kah? Ya, aku sangat yakin bahwa tulisan ini adalah sebuah mantra. Entah, sampai detik inipun aku tak habis pikir bisa duduk di sampingnya. Luhur Budi Pekerti namanya. Siswa yang sejak kelas X menjadi bahan perundungan teman-teman kelasku, terutama para lelaki yang merasa jadi titisan Oppa-oppa Korea. Meskipun aku duduk disampingnya, kami tidak dekat secara emosional. Entah karena dia sering di bully membuat aku merasa tak harus menjadi dekat dengannya, apalagi menjadi sahabatnya, nanti jangan-jangan aku juga ikut ter-bully. Aaaah... suatu keadaan yang sangat tidak menyenangkan hatiku.

Aku teringat peristiwa sebulan yang lalu, ketika itu waktu istirahat, seperti biasa, Luhur balik dari perpustakaan. Dia membawa dua buah buku tebal yang baru dipinjamnya dari perpustakaan. Tiba-tiba...

“Braak...!” badan Luhur tersungkur karena langkahnya dihalangi oleh oleh Arega dengan kaki jenjangnya, sehingga semua buku itu berserakan di lantai.

Aku tak tega melihat Luhur yang merintih kesakitan, kucoba membantu merapikan bukunya namun mimiknya tetap datar, tak terdengar ditelingaku ucapan terima kasih. Sementara temanku yang lain sibuk menertawakannya.

Pulang sekolah, kudapat kabar bahwa Arega jatuh dari motor sportnya. Tidak sekali ini saja, setiap kejadian perundungan yang dialami oleh Luhur, selalu saja pelaku perundungan selalu ketiban sial. Oleh karena itulah, Luhur malah sering ter-bully dan dianggap mempunyai kekuatan mistis. Entahlah... namun justru aku jadi penasaran dengan kehidupan pribadinya, namun sulit mencari informasi tentang dirinya karena menurutku selain introfert, Luhur juga tak mempunyai akun sosial media.

***

Sejak aku membaca buku yang aku sebut dengan “Mantra Luhur”, aku jadi tambah penasaran, aku berusaha diam-diam membuntutinya dari belakang saat pulang sekolah, dan aku tak menyangka bahwa ternyata rumahnya satu komplek denganku, dan yang membuat aku tercengang adalah dia tinggal di cluster termewah di komplekku.

Rasa penasaran masih mengganjal di hatiku. Untuk memastikan bahwa yang beralamat di Blok A7 Perumahan Permai yang bisa terlihat jelas dari depan pos satpam Cluster itu adalah rumah Luhur, maka minggu pagi aku dengan sengaja bersepeda sambil menyusuri perumahan, termasuk rumah Luhur. Dari kejauhan kulihat dua laki-laki datang ke rumah itu, mereka berdua menggunakan sepeda sambil membawa box di belakang sepeda masing-masing.

Lama kuperhatikan dengan saksama, sepertinya aku mengenal salah satu dari laki-laki itu. Hmm... iya! Dia adalah Bagus, temanku di bimbel Bahasa Inggris. Tak berselanmg lama, Luhur pun keluar dari rumah bertingkat itu, dan akhirnya mereka bertiga pergi bersama dengan sepeda masing-masing.

Aku ikuti mereka dari belakang sampai akhirnya kami tiba di sebuah kampung yang sebagian besar penduduknya bekerja sebagai peumulung mulai dari orang dewasa serta anak-anak. Aku menyaksikan mereka bertiga membagikan buku kepada anak-anak pemulung yang sudah menunggu kehadiran mereka. Terlihat jelas keakraban mereka dengan anak-anak itu. Mereka membaca bersama-sama, dilanjutkan pembacaan dongeng oleh Luhur. Sungguh, aku takjub dengan apa yang aku saksikan hari ini, meskipun ada sesuatu yang sedikit menyesakkan ketika melihat senyum ceria Luhur yang disambut oleh senyuman Bagas, orang yang sangat aku kagumi, dan namanya tecatat dalam buku harianku.

Aku segera mengayuh sepeda dengan kencang agar bisa segera sampai rumah aku khawatir mereka tahu keberadaanku. Sampai di rumah, kuambil smartphone yang telah penuh baterainya. Aku segera buka aplikasi facebook. Aku segera membuka akun milik bagus. Bagus yang hobi fotografi dan membaca novel ini menuliskan sebuah status pada kronologi facebook miliknya. Status facebook itu sama persis dengan tulisan di buku Luhur. Ku baca pelan-pelan sebuah keterangan di bawah puisi itu. Oaalaah... ternyata apa yang tertulis di buku Luhur itu, adalah sebuah puisi karya Sutardji Calzoum Bachri seorang penyair ternama di Indonesia yang berjudul “Mantra”.

Lanjut kutelusuri beranda facebook milik bagus, kutemukan sebuah foto yang sarat makna yakni foto tiga remaja bersepeda relawan gerakan membaca yaitu: Bagus, Luhur, dan satu teman mereka yang bernama Hasan. Dari Tulisan Bagus lah, akhirnya aku tahu bahwa mereka bertiga adalah kawan dekat sejak SMP dan Luhur ternyata seorang penulis remaja berbakat dan akan mewakili lomba menulis puisi mewakili sekolahku dalam rangka Festival Lomba Seni Siswa Nasional.

“Astaghfirullah...!”

Ternyata apa yang aku sangkakan terhadap Luhur itu salah. Luhur bukanlah seorang yang mempunyai kekuatan mistis, melainkan mempunyai kekuatan jiwa dan hati yang terang. Pikiranku saja yang melihat Luhur dari sisi buruknya, sehingga tak mampu melihat sinar kebaikannya yang belum tentu aku bisa menjadi sepertinya.

Rasa penasaranku makin membuncah, kubaca lagi beranda bagus, aku tertegun dengan foto beserta caption yang diunggah Bagus.

Namanya Luhur, Dia adalah sahabatku ketika SD, namun Luhur harus pindah dan ikut Orang tuanya yang ditugaskan di daerah terluar jauh dari kehidupan Kota. Sudah lima tahun Luhur tinggal di perbatasan Indonesia, dan kini dia kembali lagi ke Kota ini, sama seperti yang dulu dia tetap menjadi orang yang rendah hati. Kami akan selalu mendukungmu, meski teman-temanmu yang lain banyak yang merendahkanmu! Keep Fighting!”

Bagai duri menancap kakiku, Bagus yang berparas mirip dengan Iqbal ramadhan dan sangat fasih berbicara Bahasa Inggris di kelas bimbel ini ternyata begitu dekat dan sangat tahu dengan kehidupan Luhur. Sedangkan aku? Aku tak pernah peduli dengan Luhur dan jarang memberi semangat untuknya. Jahat sekali aku!

Panggilan Sugigi dan tukang buku naik Odong-odong untuk Luhur tak membuatnya menjadi lemah. Ya, selama ini yang aku tahu Luhur adalah seorang penjual buku di Car Free Day setiap minggu di alun-alun kota. Luhur ternyata memang menyukai suatu kegiatan yang berkaitan dengan buku, karena memang buku menjadi passion-nya.

Maafkan aku Luhur, maafkan... darimu aku jadi paham bahwa orang yang sering direndahkan bukanlah orang yang lemah justru mereka para pelaku perundungan itulah yang tak mampu menjadi orang hebat! Karena apapun yang kita lakukan pasti ada balasannya, baik atau buruk. Menjadi orang yang bermanfaat atau menjadi sampah masyarakat!

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantra luhur dan Calzium Bachri, keren, kosa kata dalam matra terpilih, tidak asal saja...salut membahas masalah ini. salam

15 Sep
Balas

Terimakasih Bu, atas apresiasinya.

15 Sep

Bagus ceritanya bun.

24 Sep
Balas

Terimakasih ibu

24 Sep

Keren semangat bu

24 Sep
Balas

Terimakasih atas support dari ibu

24 Sep

Keren...lanjut bu

24 Sep
Balas

Terimakasih pak

24 Sep



search

New Post