Perfect Rain
“Nayya! Sampai besok ya!” gadis cantik itu melambaikan tangannya padaku sebelum menghilang dibalik pintu perpustakaan.
“Desi jangan lupa payungnya!” kataku padanya ketika dari kaca perpustakaan aku melihat hujan sudah mulai mengguyur kotaku. Setelah melihatnya hilang dari lorong rak buku, aku melanjutkan pekerjaanku menata buku-buku diperpustakaan. Satu persatu, aku mengembalikan buku yang baru saja dikembalikan oleh para peminjam ditempat semula sesuai urutan nomor dan jenisnya. Trolley yang berisi penuh buku sudah setengahnya aku kembalikan. Jadi bisa ditebak, pekerjaanku akan segera selesai setelah buku-buku dalam trolley ini habis.
“Awas!”
Buku besar diatasku yang hampir saja menjatuhi kepalaku ditangkap dengan tepat oleh seseorang yang tidak tahu dari mana datangnya, tapi sudah ada disampingku. Begitu aku selamat, aku buru-buru membungkuk mengucapkan terima kasih.
“Terima Kasih…” ucapku tersenyum. Dan orang ini, hanya tersenyum kecil dan menyerahkan buku besar itu padaku dan dia berlalu begitu saja. Dan aku? Aku hanya bisa terbengong begitu dia pergi. Pemuda yang tampan! Tampan? Bukan! Dia benar-benar tampan! Biarpun senyumnya hanya sekilas dan kecil, tapi itu benar-benar membuatku tersihir untuk beberapa saat dan tak bisa berkutik!
“Nayya! Kenapa?” suara Dadang menyadarkanku dan aku buru-buru menggeleng.
“Ha? Ah, tidak apa-apa kok”
“Tadi itu siapa?”
“Siapa?”
“Itu, yang barusan dari sini?”
“Ohh…aku tidak tahu…” kataku meninggalkan Dadang dan kembali menata buku sementara si Dadang masih celingukan melihat sang penolongku.
“Kamu kenal dia?”
“Kan aku bilang aku tidak tahu” bisikku. Dan ketika aku selesai membereskan buku, aku tiba-tiba sibuk mencari si penolongku diantara lorong-lorong buku perpustakaan. Tapi sayang, dia sudah tidak ada. Dan saat aku tanya pada Reni yang menggantikanku menjaga didepan, dia tidak tahu. Berarti si penolongku ini tidak jadi meminjam buku. Terus ngapain dia keperpustakaan? Cuma mau menolongku? Hehehe…Narsis mode on !
Namaku Ainayya, yang artinya adalah mata yang indah. Ibuku yang memberikan nama itu padaku. Dan memang benar, mataku memang indah kata Desi dan Dadang, hehehe…diantara berjuta penduduk Indonesia, yang mengatakan mataku indah hanya aku sendiri dan dua orang ini…itupun karena mereka adalah sahabatku pula! Ck ck ck…
Aku masih kuliah di jurusan komunikasi masa semester akhir, dan sedang bersiap mengerjakan skripsi. Meskipun masih dalam taraf mengumpulkan referensi dan bahan, aku merasa sangat percaya diri mengerjakannya. Bukannya sombong, tapi karena saat memilih judul yang akan aku angkat dalam skripsiku, aku merasa itu judul yang aku banget. Yang aku kuasai dan aku senangi.
Jadi aku memiliki motto yang aku pakai sampai saat ini bahwa, apapun yang kau lakukan dalam hidup, lakukanlah semuanya dengan cinta dihatimu. Maka pekerjaan itu akan menjadi mudah. Iya! Karena dari awal kita sudah menyukainya, maka ketika kita mengalami jalan buntu, kesulitan dan kesusahan, kita dengan mudah bisa mengatasinya karena kita sudah mencintai pekerjaan itu. Motto ini aku dapat dari salah satu penulis terkenal yang sangat aku kagumi bernama Asmaraman S. Kho Ping Hoo. Kalian tahu beliau kan? Yup! Asmaraman S. Kho Ping Hoo adalah penulis Indonesia yang sangat terkenal dengan tulisan cerita silatnya. Seperti Huang Ho Sin Liong (Naga Sakti Sungai Kuning), Suling Emas, Pendekar Bongkok dan masih banyak lagi cerita silat yang berlatar belakang negeri Cina. Selain menulis cerita silat negeri tirai bambu, Asmaraman S. Kho Ping Hoo juga tentunya menulis cerita silat negeri kita, seperti; Pendekar Lembah Wilis dll. Beliau mempunya motto yang dipakai selama hidupnya yaitu, whatever you do in your life, Do it with love in your heart.
Back to my final assignment, awalnya saat menentukan judul skripsiku, aku lumayan bingung harus hal apa yang aku angkat. Tapi seorang sahabatku di kampus, Wawan, menyarankan sesuatu yang membuka pintu pikiranku.
“Enaknya apa ya Wan…? Aku jadi bingung nih! Kemarin sewaktu aku mengajukan judul ditolak. Padahal judul itu benar-benar asli dari kepalaku dan sudah aku siapkan beberapa referensinya…ternyata kata Bu Christine, itu sudah pernah diangkat. Dan benar! Aish…” aku langsung terduduk lemas di depan kampus saat mengadu pada Wawan.
“Kadang memang begitu…sesuatu yang kita rencanakan ternyata tidak sesuai harapan…ya sudah buat lagi dong”
“Tentang apa?”
“Banyak hal. Angkat yang menurutmu menarik buat kamu dan sesuai dengan hatimu. Tidak usah ikutan teman yang sedang trend atau booming. Menulislah dengan caramu sendiri dan gunakan ini” kata Wawan menunjuk dadanya.
“Hati?”
“Exacly!”
“Kamu benar…terima kasih ya”
Begitulah…akhirnya akupun memulai mencari hal apa yang aku senangi dan yang membuatku tertarik menulisnya. Dan begitu aku ajukan judulnya, hebat! Tanpa banyak komentar Bu Christine menyetujuinya sambil tersenyum penuh arti padaku. Padahal, dosen satu ini biasanya killer banget loh! Ya seperti yang terjadi padaku diawal pengajuan judul yang ditolak. Tapi begitu melihat judul keduaku ini, beliau langsung puas tuh! Keren kan?! Terima kasih Wawaaaaan…!!! Ada kejadian lucunya tapi, begitu aku keluar ruangan dan giliran teman yang lain masuk, dosenku ini langsung kembali ke kebiasaan semula. Killer mode on! Fiuhhh untung nih, aku sudah keluar ruangan!
Selain kuliah, saat ini aku bekerja disebuah perpustakaan terbesar dikota tempat tinggalku. Perpustakaan ini milik pribadi, milik seorang pengusaha sukses yang katanya sangat mencintai membaca dari kecil. Makanya, karena kecintaannya membaca ini, dia bercita-cita memiliki sebuah perpustakaan dan berbagi pengetahuan dengan buku-buku yang ada didalamnya. Aku bekerja saat sore hingga malam beberapa jam setelah kuliahku selesai. Kebanyakan pegawai disini memang anak kuliahan yang membutuhkan kerja sambilan. Dan aku sudah bekerja disini selama 3 tahun lamanya. Karena saking besarnya perpustakaan ini, kami tidak hanya memiliki 1 petugas pencatat tapi 2 petugas didepan. Tidak kalah dengan minimarket deh pokoknya.
Yang menarik dari perpustakaan ini adalah, karena kami juga menyediakan café dan taman. Bisa kalian bayangkan bukan? Membaca ditaman sambil ditemani secangkir capucino hangat, hmmm…sangat nyaman. Itulah sebabnya perpustakaan ini sangat ramai dikunjungi pengunjung. Mulai dari anak TK sampai anak kuliahan seperti aku. Buat aku pribadi, bekerja disini merupakan anugrah tak terhingga yang aku dapat. Karena selain mendapatkan uang, aku juga telah menemukan harta karun! Ada ilmu yang tak terbayangkan disini saking banyaknya. Dan karena bekerja disini juga, aku jadi kecanduan membaca! Meskipun toh dari kecil aku memang suka membaca. Tapi mendapatkan harta karun ini, benar-benar membuatku melayang!
Mungkin karena itu, mereka menjulukiku sebagai kutu buku yang cantik! Mendengar kutu buku disebut awalnya aku tidak suka, tapi ketika dibelakangnya mereka menambahkan kata ‘cantik’ aku bisa menerimanya, hehehe…
“Sampai besok semuanya…!!! Hati-hati!!!” seruku melambaikan tangan sebelum Dadang, Reni dan yang lainnya pulang. Aku sendiri langsung mengayuh sepedaku menyusuri jalanan yang berlawanan arah dengan mereka, hari ini aku pulang agak sore karena tadi aku bergantian jam dengan Reni. Tapi…ohhh! Baru sampai setengah jalan pulang, tiba-tiba hujan turun lagi dengan derasnya! Kali ini hujannya benar-benar deras sampai tidak sempat membuatku berpikir harus memilih tempat berteduh dimana. Hwaaa…langsung deh aku memarkir sepedaku sekenanya di dekat halte yang penuh orang dan aku sendiri langsung masuk ikutan berjubel disana.
Beberapa menit berada diantara mereka, aku baru menyadari bahwa begitu aku melihat kesamping kiriku, aku melihatnya lagi! Wait! Ini bukannya pemuda yang menolongku di perpustakaan tadi ya? Bener nggak sih? Aku dengan hati-hati menengok lagi kesamping dan begitu aku melihat wajahnya, eeeh…dia juga pas melihatku! Mati kutu aku! Buru-buru aku tersenyum dan memalingkan muka secepatnya. Ukh…aku ketahuan lagi merhatiin dia! Tapi tadi sepertinya dia juga balas tersenyum kan? Iya! dia tadi juga tersenyum padaku. Apa dia masih ingat aku ya? Gadis yang barusan dia tolong di perpustakaan dan telah diselamatkan dari gagar otak ringan?
Dan tentu saja, selama menit-menit berlalu di halte yang penuh orang itu, aku tidak berani menyapa atau bicara dengannya. Ya iyalah, kan nggak mungkin aku mulai bicara duluan padanya, iya kalau dia beneran ingat, kalau dia sudah lupa? Malu banget kan nanti…
“Geser kesini, kamu kehujanan tuh…” tiba-tiba saja dia bicara padaku sekaligus memintaku bergeser mendekat kearahnya. Karena perlu kalian tahu, saat ini bahuku sudah mulai basah karena sudah berada di sisi tidak aman dari halte.
“Tidak apa-apa…” jawabku sok tabah, padahal sih aku lumayan kedinginan dan basah!
“Kalau begitu kita bertukar tempat saja…” tanpa meminta persetujuanku, si pemuda penolongku ini menggeser berdirinya dan menarikku ketempatnya. Sementara dia sendiri sekarang berada disisi ‘kritis’ halte.
“Eh…kamu…”
“Tidak apa-apa…” dia mengangguk dan tersenyum. Oh my God, senyumnya manis bangeeet benar-benar seperti cahaya matahari yang berada disela-sela hujan hingga bisa memunculkan warna pelangi dihatiku. So cuuuute! Pelangi di hatiku tiba-tiba langsung kabur begitu sebuah bus datang dan membawa si penolongku pergi. Tapi tidak tahu apa alasannya, saat dia sudah berada didalam bus, sempat-sempatnya dia memandangku dan lagi-lagi dia tersenyum padaku. Hwaa…langsung deh rasanya aku ingin menari di bawah hujan deras sore itu kalau saja aku tidak segera sadar bahwa ada banyak orang di halte itu. Nayya, please deh…sadar!
Begitu si penolongku sudah benar-benar pergi dibawa si Bus itu dan hujan juga sudah mulai reda, aku segera mengayuh sepedaku pulang ketempat kos-ku. Aku ini tinggal disebuah kos sederhana. Sebenarnya mencari tempat kos yang layak sangat sulit disini. Semuanya terasa penuh dan aku terpaksa menempati sebuah kos yang sangat istimewa! Kamar kos-ku terletak dilantai dua sebuah rumah kos yang untuk naik keatas aku bisa langsung lewat anak tangga dari halaman. Jadi tidak perlu masuk rumah.
Dan kamarku itu ada diatap yang diatasnya ada tower air. Bahayanya tinggal disini adalah ketika pengguna kos menyalakan air dan mereka tidak segera mematikannya sebelum penuh, maka air dalam tower itu akan meluber dan langsung masuk kelantai kamarku! Dan karena kamarku tidak ada tempat tidurnya, biasanya kasur lipatku yang jadi korban si air ini! Menyedihkan bukan? Itu sebabnya biaya kos khusus untuk kamarku lebih murah daripada kamar dilantai bawah yang dua kali lipat harganya. Yaaa…karena aku sadar, aku tidak cukup mampu seperti yang lainnya, makanya aku bertahan dikamar ini. Dan aku berusaha menikmatinya dengan senang hati.
“Baru pulang Neng? Kehujanan tadi?” Tanya Pak Darmo menyapaku dengan ramah. Pak Darmo ini yang menjadi penjaga di kos kami. Meskipun sudah tidak muda lagi, Pak Darmo sangat cekatan dan tanggap dalam bertugas.
“Iya nih Pak, ohya…ini untuk Pak Darmo” kataku menyerahkan bungkusan makanan pada Pak Darmo. “Singkong goreng Neng?”
“Kok Bapak tahu?”
“Sudah hafal Neng, baunya juga sudah hafal banget! Sini Neng sepedanya biar Bapak yang masukin” pak Darmo mengambil alih sepedaku dan membawanya masuk kebelakang
“Terima kasih Pak” Aku tersenyum sambil minta pamit untuk naik keatas.
“Hari ini tidak ada yang lupa mematikan air Neng, jadi jangan khawatir” kata Pak Darmo dari bawah. “Terima kasih Pak”
Aku membungkuk sambil mengucapkan terima kasih padanya sebelum masuk. Pak Darmo sudah sangat hafal dengan kondisi kamarku. Makanya dia suka marah-marah kalau ada anak kos yang lupa mematikan air dan membuat kamarku banjir.
Sampai dikamar, aku melemparkan tasku dan menjatuhkan tubuhku dikasur lipatku. Ahhh…nyamannya. Aku memandangi ruangan kecil ini. Lalu tersenyum…sebenarnya kamar ini sangat nyaman dan berkelas! Dari jendela kamarku aku bisa melihat keluar sana dan melihat betapa indahnya lampu kota dimalam hari. Anginpun bisa masuk dengan leluasa karena ventilasi dan jendela yang ada. Tanpa harus memakai AC, karena AC alami sudah memenuhi kamarku. Dikamarku tidak ada banyak barang sih. Hanya ada sebuah lemari baju dan lemari buat buku-bukuku. Itu karena aku mencintai membaca dan buku. Kalau mandi aku harus turun kebawah dan mandi dibelakang karena disini tidak ada cukup ruang untuk kamar mandi.
Tiba-tiba ingatanku tertuju pada seseorang itu. Kenapa ya aku jadi ingat dia lagi? Bukankah aku sudah sangat sering bertemu orang diperpustakaan seperti tadi? Tapi kenapa aku jadi ingat dia?! Oke, mungkin karena dia telah menolongku dari dua incident kecil itu? Sepertinya bukan itu…ada sesuatu dihatiku ketika aku melihatnya. Senyumnya yang sangat menawan membuatku langsung berdebar! Inikah yang disebut cinta pada pandangan pertama? Iiih…apaan sih!
Aku pernah lihat di stand up comedy, si Abang Zdawin pernah bilang, katanya menurut penelitian Pramono Anu, bahwa pria itu bisa jatuh cinta dengan hitungan 8 detik. Kalau wanita kira-kira berapa detik ya? Apa tadi sudah 8 detik? Ah tidak sampai 8 detik aku rasa! Ternyata untuk jatuh cinta, aku hanya memerlukan waktu 4 detik! Hehehe…
“Nayya…”
Aku segera bangun dari lamunanku dan melihat Desi yang sudah menyusulku tiduran disampingku. Ohya aku melupakan sesuatu! Selain aku, kamar ini kami tempati berdua. Dan Desi adalah member keduanya.
“Hmm…”
“Apa hari ini ada sesuatu yang menarik?” Tanya Desi masih dengan memejamkan matanya.
“Emmm…tidak ada…ohya ada! Tadi ada seorang pemuda yang datang ke perpustakaan dan menolongku dari buku besar yang akan menimpa kepalaku dan hebatnya, dia juga melindungiku dari hujan sewaktu aku berteduh di halte”
“Ohya?! Lalu…?”
“Lalu apa?”
“Apa kalian tidak bicara sesuatu atau bertukar nomor telepon?” Tanya Desi bangun dari tidurnya dan memandangku yang masih tiduran.
“Ya nggak mungkinlah…masa aku minta telponnya. Sudah nggak waras apa?”
“Yaaa basa-basi aja nggak papa kan? Siapa tahu kalian bisa berteman dan…”
“Desiiii…!”
“Sorry honey…abisnya setahu aku kamu nggak pernah pacaran kan selama ini. Aku aja sudah ganti pacar 3 kali selama kuliah disini. Na kamu?”
“Kamu pacaran atau minum obat sih sampai 3 kali?”
“Punya pacar juga bisa jadi obat loh! Bisa jadi semangat tau, kamu belum pernah aja”
“Tapi kalau dapat masalah, semua urusan jadi berantakan kan? Sama seperti saat kamu patah hati dengan yang ketiga itu. Sampai kuliah hampir berantakan, kerjaan terbengkalai dan kehidupanmu jadi tak teratur sama sekali. Itu sama dengan meracuni diri sendiri tau”
“Yaaaah…biasa itu mah. Namanya juga lagi patah arang. Tapi abis itu kan aku move on…lagipula kan ada kamu yang setia jadi penyemangatku. Eh btw, dia seperti apa sih?!” Tanya Desi menggunjang-gunjang tubuhku.
“Kenapa segitu penasarannya?”
“Ya karena kamu selama ini nggak pernah cerita soal cowok, makanya aku penasaran. Pria seperti apa yang bisa membuatmu langsung terkesan pada pandangan pertama. Oh! Apakah ini cinta pandangan pertama?!”
“Aish…apa sih, lagipula dia tidak nyata”
“Tidak nyata bagaimana? Kamu ketemu hantu begitu?!”
“Bukan begitu, setelah beberapa menit bertemu. Dia sudah hilang. Jadi aku benar-benar tidak tahu siapa dan bagaimana dia. Pokoknya dia itu datang selalu bersamaan dengan hujan”
“Ooohh…jadi patah hati dipandangan pertama nih? Kasihaaan…aku carikan lagi bagaimana?!” Tanya Desi bersemangat. Aku langsung memandangnya dan memicingkan mataku. Uh, sok jadi mak comblang! Padahal aku tahu dia juga tidak punya.
“Tidur sana!” aku menarik selimut dan…hatchih! O-Ooo…aku flu gara-gara terkena hujan sore tadi.
Pagi ini aku sengaja berangkat kerja dengan naik bus karena waktu hujan benar-benar tidak bisa diprediksi. Apalagi karena hari ini aku sedang tidak sehat. Badanku rasanya meriang dan bersin-bersin terus sedari tadi pagi. Desi sudah bilang untuk menyuruhku izin kerja, tapi aku tetap bersikeras masuk karena rasanya aku bisa mengatasi sakitku. Dan benar saja, begitu aku sudah berada diatas bus yang siang itu sepi, hujan langsung mengguyur membasahi kaca di jendela bus. Aku memandangi pemandangan diluar bus dengan perasaan damai. Aku bilang, aku sangat menyukai hujan. Hujan itu indah dan romantis. Tidak tahu kenapa, saat melihat butiran-butiran ajaib itu turun kebumi dan membasahi dedaunan, membuat perasaanku menjadi sejuk dan damai.
Hatchih…
“Kamu flu?” sebuah suara menyadarkan lamunanku tentang hujan, buru-buru aku menoleh dan betapa terkejutnya aku ketika melihat siapa yang duduk disampingku.
“Kamu…?”
“Hai…kamu masih ingat aku?” orang yang membuatku terkejut ini tersenyum padaku. Kalian tahu? Dia adalah si penolongku!
“Iya…tentu saja aku masih ingat…e, terima kasih karena telah menolongku waktu itu” kataku akhirnya sambil sedikit membungkuk. Huff, akhirnya aku bisa mengatakannya dengan perasaan yang nyaman.
“Hmmm…ohya, aku Randy…Nayya”
“Ha?” aku tekejut ketika dia mengetahui namaku. Bukannya aku GR, tapi bagaimana dia bisa tahu namaku sedangkan kami belum pernah berkenalan. Kalian bisa kasih tahu bagaimana dia bisa tahu namaku?
“Aku tahu namamu dari name tag yang kamu pakai kemarin. Nih, aku juga punya…” Randy menunjukkan name tag-nya padaku. Dan semakin terkejutlah aku ketika aku baru sadar bahwa name tag-nya adalah name tag yang sama seperti punyaku. Name tag dengan logo perpustakaan tempatku bekerja. “Jadi…?”
“Kita akan bekerja ditempat yang sama…aku harap kau mau membantuku karena aku masih baru…” dia mengulurkan tangannya mengajakku berjabat tangan. Aish…ini benar-benar diluar dugaan. Si pemuda penolongku yang selalu datang bersamaan dengan hujan ini adalah pekerja baru di tempatku bekerja. Jadi? Aku tidak perlu bingung lagi harus mencari dan bertemu dengannya kan? Bukankah kami akan selalu bertemu? Dan sepertinya, kami juga akan selalu berangkat dan pulang bersama nih, nice day! Dan ini adalah musim hujan yang menyenangkan karena Tuhan mengirimkan seseorang yang akan berada disampingku menikmati hujan musim ini. Perfect Rain. (By.Luis)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
cerita yang bagus, bukunya di tunggu bu guru
Terima kasih support-nya pak Dian ...bukunya Njenengan juga saya tunggu. semangat! hehe...