Ghania ( bagian 3 )
Aku melihat bi Sinah dibawa oleh beberapa suster ke ruangan baru, sepertinya ruangan itu ruangan khusus. Aku sangat bingung sekali, Andini sedari tadi menangis dalam gendonganku. Aku hanya bisa melihat bi Sinah dari luar saja. Terlihat sekali bi Sinah sangat lemah.
Suster pun keluar dari ruangan dan menyuruhku masuk dalam ruangan. Sedari tadi aku membujuk Andini agar berhrnti menangis tapi tak kunjung diam.
Bi sinah menyuruhku menelpon Ayah agar menjemputku di rumah sakit dan pulang ke rumah Ayah. Namun aku menolaknya, sntah kenapa semenjak Ayah menikah lagi aku serasa enggan bertemu dengannya, tapii bi Sinah meyakinkanku bahwa ini semua demi Andini, ya demi Andini. Bi sinah berjanji jika sudah sembuh nanti ia akan menjaga kami kembali seperti biasa.
Akhirnya aku menuruti kata-kata Bi Sinah, tak lama setelah itu Ayahku datang bersama Ibu tiriku. Aku pun ikut pulang bersama bu Ely, nama ibu tiriku. sementara Ayah mengurus pemakaman om Gani dan rawat inap bi Sinah.
Betapa terpukulnya hati bi Sinah, setelah kehilangan om Gani, kini ia juga kehilangan bayi dalam kandungannya.
"Ghania ikut pulang bersama mama Ely ya? jangan nakal, jaga Andini, nanti kalau bibi sudah sembuh, bibi jemput kalian disana." kata bi Sinah.
"Tidak apa-apa dek, sudah sepantasnya Ghania tinggal bersama kami, bagaimanapun mereka kan anak ku juga." sambut bu Ely.
Aku pun menuruti bi Sinah untuk ikut pulag bersama mereka. Sesampainya dirumah, kami pun bersiap-siap menuju pemakaman om Gani.
Aku melihat Ayah dari kejauhan menuju pemakaman. Rasanya aku ingin langsung berlari berharap Ia melebarkan tangannya lalu memelukku. Sepertinya itu hanya khayalanku saja.
Malam pun tiba, kulihat bu Ely tengah repot mendiamkan Andini. Tidak ada yang bisa menenagkannya selain bi Sinah, sebab orang yang benar-benar menyayangi tentu sangat beebeda.
"Andini, kenapa adekmu? ini sudah malam, tolong diamkan dia."
Dari balik kamar Ayah berteriak meminta aku menenagkan Ghania. Aku sama sekali tidak percaya bahwa Ayah telah berubah, apa yang terjadi dengan Ayah? Apa dia benar-benar tidak ingin kami bersamanya? Lantas, kenapa Meminta kami untuk tinggal bersama bu Ely.
Sepertinya bu Ely orang yang baik, dia sangat sabar menghadapi rewelnya Andini. Apakah aku selamanya tinggal bersama Ayah dalam keadaan seperti ini?
Bersambung...
Nang omah bae, Lalang Tanjung 1 Mei 2020
Tantangan hari ke 22
#Tantangangurisiana30hari
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar