Apakah Anda golongan yang susah menabung? Kalau iya, mengapa? Beberapa teman di kantor mengatakan harus ikut arisan agar bisa menabung.Saya sendiri adalah golongan menolak arisan, karena saya tidak suka berutang, sedangkan arisan, bila kita sudah menarik uang, maka sisanya terhitung sebagai utang yang harus dibayar.

Saya bersyukur bahwa saya tidak mudah tergoda dengan belanja tidak jelas. Saya juga bukan golongan pengguna barang mahal. Sampai sekarang saya mematok harga sepatu tidak lebih dari Rp 200.000. Mungkin terdengar kejam dengan diri sendiri, tapi nyatanya semua sepatu saya yang di bawah 200.000 itu masih berfungsi kok sebagai alas kaki.

Ada kerudung bermerek terkenal dengan harga 400.000 selembar, saya tak tertarik memilikinya. Kerudung dengan harga 3 lembar 100.000 bahkan lima lembar 100.000 juga mampu kok berfungsi menutup kepala saya.

Mengapa saya bertanya tentang menabung? Oh itu program di grup alumni sekelas saat SMA. Karena kami menjadwalkan setiap tahun reuni di daerah wisata, maka perlu biaya yang lumayan. Bendahara mengusulkan agar menabung setiap bulan Rp 150.000. Usul itu disetujui, dan beberapa teman sudah menyetorkan tabungannya.

Saya berpikir, kalau uang itu dipindahkan ke rekening bendahara, lalu setiap bulan ada biaya transfer 2.500. Bukankah lebih baik uang saya diam di rekening saya, dan tak ada biaya transfer dikeluarkan. Bila saat reuni datang, saya akan mentransfer sebanyak aturan yang ditetapkan.

Teman-teman yang tak bisa menabung mengatakan, dia resah kalau melihat rekeningnya masih ada saldo sekian juta, maka itu harus keluar dari rekening

Sebaliknya saya justru resah bila melihat rekening saya jumlahnya di bawah target yang saya tetapkan, sehingga saya menekan pengeluaran agar uang kembali tersimpan.

Setiap kita punya pola keuangan masing-masing. Tetapi bagi saya sungguh berisiko bila tak punya dana tersimpan di rekening untuk bisa digunakan kapan diperlukan.