Misdianto, M.Pd. (Guru SMAN Plus Pr

PROFIL SINGKAT Nama Misdianto MPd Tempat Tugas SMAN Plus Prov Riau Guru Pelajaran B

Selengkapnya
Navigasi Web
Upaya Guru Agar Siswa Tertib Berbahasa Indonesia

Upaya Guru Agar Siswa Tertib Berbahasa Indonesia

Upaya Guru Agar Siswa Tertib Berbahasa Indonesia

oleh: Misdianto, M.Pd.

Guru SMA Negeri Plus Provinsi Riau

“Bahasa menunjukkan bangsa”

Demikianlah bunyi sebuah ungkapan yang sudah sangat popular kita baca dan dengar. Untuk mencapai cita-cita seperti apa yang sampaikan diungkapan itu, maka pada tulisan ini akan dipaparkkan upaya dari penulis dalam mengatasi permasalahan penggunaan bahasa Indonesia di kalangan siswa pada lingkungan sekolah, baik secara tulis maupun lisan masih banyak dijumpai belum tertibnya dalam berbahasa. Perlu dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan tertib berbahasa Indonesia di sini adalah suatu sikap diri untuk tetap mengikuti aturan yang berlaku saat proses penyampaian informasi dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia. Aturan yang berlaku yang dimaksud di atas adalah aturan yang baik dan benar. Bahasa dikatakan baik, bila berkaitan dengan aturan-aturan sosial. Artinya, pengguna bahasa itu harus memerhatikan di mana masyarakat pemakai bahasa itu, etika penyampaiannya, budaya setempat yang berlaku, dan penerimaan terhadap konvensi baru. Misalnya, dahulu pernah ada kata “sangkil” dan “mangkus”, namun masyarakat lebih suka memilih kata “efektif” dan “efisien”. Sedangkan, bahasa yang dikatakan benar, bila berkaitan dengan aturan kebahasaan. Berarti bahwa bahasa itu harus mengikuti aturan ilmu berbahasa, seperti fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan wacana.

Penggunaan bahasa Indonesia di lingkungan sekolah adalah menjadi suatu kewajiban sekaligus sebagai tantangan untuk menegur dan meluruskannya, oleh penulis sebagai guru bahasa Indonesia, bagi para pengguna bahasa Indonesia yang tidak mengikuti aturan-aturan berbahasa yang berlaku. Bentuk teguran dan bimbingan yang pernah dilakukan oleh penulis dalam hal penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar itu adalah ketika pelajaran menulis atau mengarang teks, bimbingan ketika siswa yang berminat mengikuti lomba karya tulis dan melakukan konsultasi ke penulis tentang isi kebahasaannya, dan pada kegiatan-kegiatan siswa baik di dalam maupun di luar kelas yang masih berhubungan dengan kegiatan merangkai bahasa. Misalnya, dalam pembuatan proposal, surat undangan, nama kelas, spanduk acara, melatih siswa sebagai pembawa acara,dan lain-lain.

Masalah berbahasa yang kerapkali ditemukan oleh penulis di lapangan adalah pada pelajaran menulis teks. Karena di sini, siswa banyak yang belum memahami dan menguasai kaidah atau aturan kepenulisan, seperti masih dijumpai kesalahan penulisan diksi, ejaan, dan tanda baca. Lalu, adanya kesalahan penulisan kalimat efektif, dan terdapatnya kesalahan penulisan paragraf. Untuk mengukur pemahaman siswa di atas, penulis pernah melakukan pembelajaran dalam bentuk permaianan (game) dengan menggunakan teknik kartu dan cerdas-cermat sebelum siswa ditugaskan membuat karangan atau menulis sebuah teks. Pada teknik kartu, guru membuat kata (diksi) baku dan tidak baku serta kalimat efektif dan tidak efektif ditulis dengan spidol di kartu dari karton berukuran 15 x 8 cm. Lalu, dimasukkan ke dalam kotak. Saat pembelajaran di kelas, siswa dibagi 5 kelompok dari 25 siswa. Tiap kelompok diberi nama penyair Riau, yaitu Idrus Tintin, Taufik Ikram Jamil, Hang Kafrawi, Edi Ahmad RM, dan Rida K. Liamsi. Lalu, seorang yang mewakili kelompok mengambil kartu. Kemudian, kembali ke kelompok untuk mendiskusikan apakah kata tersebut kata baku atau tidak, kalimat efektif atau tidak dengan dibatasi oleh waktu. Setelah ditetapkan jawabannya maka seorang maju mengisi kolom yang tersedia di papan tulis. Seterusnya, guru meminta alasan kelompok atas jawaban mereka, lalu menyatakan benar atau salah atas jawaban itu beserta nilai yang didapat untuk kelompok. Terus dilanjutkan dengan kelompok lainnya. Begitu seterusnya, yang pada akhirnya akan dihitung skor nilai tertinggi tiap kelompok dan menentukan siapakah yang berhak mendapat predikat sebagai sang juara atau yang keluar sebagai pemenangnya.

Upaya penulis untuk mengatasi tertib berbahasa Indonesia bagi siswa adalah dalam bentuk suatu bimbingan. Bimbingan yang dimaksud di sini dibagi atas dua, yakni bimbingan reguler dan khusus. Bimbingan regular diberikan kepada seluruh siswa di kelas-kelas tempat penulis mengajar pelajaran bahasa Indonesia. Misalnya, ketika ada aktivitas siswa dalam menulis teks. Apalagi di kurikulum 2013 lebih menekankan pada porsi ini. Penulis sebagai seorang guru bahasa Indonesia yang mengajar di kelas X dan XI. Materi kelas X, contohnya menulis teks eksposisi, menulis teks laporan hasil observasi (LHO), menulis teks puisi, dan lain-lain. Lalu, materi yang terdapat pada kelas XI, contohnya menulis teks eksplanasi, menulis teks karya tulis ilmiah, menulis teks proposal, menulis teks ceramah, menulis teks cerpen, dan sebagainya. Sedangkan, bimbingan khusus diberikan kepada siswa tertentu yang berminat mengikuti lomba-lomba menulis seperti lomba karya tulis ilmiah, lomba menulis puisi, lomba menulis cerpen, lomba berpidato, lomba debat bahasa Indonesia, lomba cerdas-cermat bahasa Indonesia, lomba menulis surat, dan lain-lain. Perihal tulis-menulis atau karang-mengarang memang perlu sekali adanya bimbingan atau pembinaan dari guru bahasa Indonesia karena kesalahan berbahasa Indonesia yang dilakukan oleh siswa dan diabaikan saja akan membawa citra ke guru bidang studi dan sekolah juga. Mengapa begitu? Karena tulisan siswa jika tertib berbahasa Indonesia baik tulis maupun lisan maka dapat membawa reputasi (nama baik) ke gurunya dan sekolah yang bersangkutan. Jadi, tulisan dapat membuat efek positif. Gara-gara tulisan mengikuti aturan berbahasa Indonesia yang berlaku saat ini dan dinyatakan sebagai sang juara pada hampir tiap perlombaan, maka akibatnya nama sekolah menjadi harum dan berjaya. Jerih-payah yang pernah dialami penulis adalah mengoreksi tulisan siswa dari segi penulisan diksinya, kalimatnya, tanda bacanya, paragrafnya, serta isi tulisannya. Seketika hilang rasa penat di badan dan berganti menjadi sebuah kebanggaan sebagai guru pembimbing. Hasil akhir yang berbuah manis tersebut telah menorehkan ke level kota, provinsi, bahkan nasional.

Oleh karena itu, permasalahan penggunaan bahasa Indonesia yang dijumpai di lingkungan sekolah adalah menjadi perhatian oleh semua pihak dan terutama bagi guru bahasa Indonesia. Selanjutnya, agar dapat menerapkan penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar sebaiknya para siswa perlu ada pembinaan secara kontinyu, khususnya oleh guru bahasa Indonesia di sekolah. Maka keinginan untuk tertib berbahasa Indonesia bisa diwujudkan di sekolah.***

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post