Murdianah,SP

Guru di SMKN 1 Pringgasela Lombok Timur NTB Bersama kanker terus belajar berjuang menentang dan menang Hidup menjadi manusia baru

Selengkapnya
Navigasi Web
Menjadi Pemimpin yang Berperan Bukan Baperan

Menjadi Pemimpin yang Berperan Bukan Baperan

Tantangan hari ke- 23

#tantangangurusiana#

"Udaaah,,jangan diambil hati"

"Paling lagi PMS tuh, makanya jadi sensitif gitu" demikian kata yang sering kita terima setiap kali merasa terpuruk atau terganggu setelah mengalami konflik atau hal-hal yang tidak diharapkan, dan kenyataanya tidak melulu hanya karena perubahan hormon seseorang bisa menjadi lebih emosional dan bukan hanya identik dengan kaum hawa.

Jangan mudah tersinggung apalagi baper say...

Baper!

Istilah bahasa gaul anak zaman now, dipergunakan untuk menyebut orang yang cenderung sensitif, mudah tersinggung, dan berlebihan dalam merespons isu, kasus atau masalah, dan situasi tertentu.

Coba perhatikan anak-anak kekinian jika mereka mengobrol dengan teman-temannya. Sering terlontar kata baper ketika seseorang menjauhi kelompoknya misal karena tersinggung oleh candaan sahabatnya, dan umumnya anak perempuan yang selalu bawa perasaan alias baper dalam berinteraksi.

Namun, ternyata laki-laki dewasa pun bisa baperan seperti anak perempuan atau anak-anak remaja. Ini juga membuktikan, bahwa laki-laki tidak selamanya rasional dan perempuan selalu baper lho..?!?.

Bagaiman jika di tempat kerja anda, pimpinannya yang suka baper? Pasti serba salah kan jika di tempat kerja punya pemimpin yang suka baper?

Menjadi pemimpin itu tentu tidak mudah karena selain berdamai dengan beragam perbedaan pendapat di lingkungan kerja, kita harus berdamai juga dengan diri sendiri. Seperti rasa mudah tersinggung, lebih-lebih terhadap kritikan karena sangat sulit kita jumpai kritik yang membangun tapi kadang hanya kritik yang hanya sekedar (kadang membuat down).

Tapi kita harus lawan, karena jiwa pemimpin (lebih-lebih diri sendiri) seharusnya tidak mudah tersinggung. Belajarlah cuek dengan penilaian negatif karena yang namanya orang kadang hanya menilai dari sedikit sudut pandang.

Apa yang harus kita lakukan jika mengalami seperti itu? Berikut saya rangkum beberapa tips praktis dari salah satu pakar kecerdasan emosional (EQ) Josua Iwan Wahyudi agar kita tetap bisa bekerja secara produktif dan tetap bisa berkoordinasi secara efektif dengan pimpinan yang suka baper di tempat kerja.

KENALI POLANYA

Hal pertama yang harus anda lakukan adalah mengamati dan mengenali seperti apa pola baper yang sering terjadi pada pimpinan anda. Bentuk-bentuk kalimat seperti apakah yang bisa berpengaruh besar, sikap dan perilaku seperti apa, atau kejadian-kejadian apa yang bisa membuat pimpinan anda berubah ‘mood’nya.

Misalnya, ada pimpinan yang menjadi sensi setiap kali kita kelupaan memberitahu tindakan-tindakan yang sudah kita eksekusi . Padahal, mungkin anda mengambil tindakan itu karena instruksi yang pernah dia berikan sebelumnya. Namun, pimpinan anda berharap sebelum anda mengeksekusi, anda memberikan laporan dan meminta ijinnya lebih dulu. Ada pimpinan yang bisa menjadi baper ketika ia merasa anda tidak menginformasikan tindakan anda dan terkesan “melangkahi” dia.

Mengenali pola-pola orang lain adalah bagian dari kemampuan Kecerdasan Emosional (EQ). Ketika anda mengenali pola-pola perilaku atasan anda, maka anda akan memiliki kesadaran yang tinggi terhadap tindakan-tindakan yang akan anda lakukan kepada atasan anda. Sehingga anda mampu memilih sikap dan respon yang terbaik dalam situasi apapun.

JANGAN IKUT BAPER

Salah satu kesalahan terbesar yang terjadi adalah ketika mood atau perasaan atasan kita sedang “tidak bagus”, kita ikut-ikutan menjadi terganggu. Jika itu yang terjadi, biasanya respon-respon kita menjadi tidak bagus. Bukan hanya respon kepada atasan kita, tetapi juga bisa sampai mengganggu respon kita kepada rekan kerja, bawahan, dan bahkan teman dan kenalan lain di luar kantor.

Jika kita belajar soal Kecerdasan Emosional (EQ), kita akan mengerti bahwa emosi adalah energi. Ketika orang lain sedang menunjukkan emosi / mood yang kurang oke, mereka sedang meradiasikan energi yang tidak bagus kepada kita. Salah satu cara untuk “menetralkan” situasi ini adalah dengan menjaga diri kita agar tetap dalam keadaan mood dan perasaan yang baik.

Tidak bisa dipungkiri, bahwa semua orang suka berada di dekat orang yang energi emosinya positif.

AKOMODASI PERASAANNYA

Ketika atasan anda sedang baper, berusahalah untuk mengakomodasi perasaannya dengan kalimat-kalimat yang menenangkan. Misalnya, “Jangan khawatir pak, saya sudah memastikan ulang semuanya supaya keputusan yang terlanjur diambil, benar-benar bisa direvisi selambatnya besok”.

Salah satu kesalahan yang umum dilakukan oleh banyak orang adalah, ketika atasannya baper, dia sibuk beralasan, membela diri, atau menyalahkan pihak lain. Dengan cara demikian, kita malah memperburuk keadaan.

Lalu ketika dalam keadaan baper, urusan-urusan teknis menjadi tidak sepenting urusan perasaan, itu sebabnya kita jangan terjebak untuk banyak membahas urusan teknis lebih dulu. Sebisa mungkin ulurlah waktu untuk memberi ruang agar atasan anda menjadi “baikan” barulah kemudian anda bisa melanjutkan pembahasan pekerjaan anda.

HADAPI DENGAN BIJAK

Jika keadaan memang sangat buruk, terjadi berulang-ulang dan benar-benar mengganggu kinerja anda. Maka hal terbaik yang bisa anda lakukan adalah memilih waktu yang tepat untuk mendiskusikan hal ini dengannya. Memang tindakan ini cukup beresiko karena bisa saja menjadi penyebab baper episode berikutnya.

Walaupun jenis atasa baper memang tidak banyak dan tidak selalu akan kita jumpai, tetapi penting bagi kita untuk melatih Kecerdasan Emosional (EQ) kita, karena akan sangat menolong kita dalam berkomunikasi dan berhubungan dengan orang lain, termasuk para atasan yang unik yang bisa saja kita jumpai di kemudian hari.

Udah,,,jangan mudah tersinggung, apalagi baper. Di dunia ini bukan hanya kamu kok yang punya perasaan...?!?

(orang-orang yang bertakwa adalah) mereka yang menafkahkan (hartanya) baik diwaktu lapang maupun diwaktu sempit (mudah) dan orang-orang yang menahan amarahnya serta (mudah) memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orag-orang yang berbuat kebajikan (QS. Ali imran: 134).

Semoga kita semua menjadi pribadi-pribadi berhati lapang dan pemaaf.

Selamat melatih Kecerdasan Emosional kita Bapak Ibu Gurusian

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post