Doa yang Tertinggal di Pintu Sekolah
Hari ini kau melangkah, anakku,
meninggalkan kelas yang dulu riuh oleh candamu.
Kursi kosongmu menyisakan sunyi,
seperti denting waktu yang enggan berhenti.
Masih kuingat matamu yang bersinar,
saat pertama kau belajar membaca dan mengejar.
Dulu kau datang dengan tangan mungil terbuka,
kini kau pergi membawa cita-cita yang nyata.
Wahai anak-anak yang pernah kutuntun,
di tiap huruf, tiap angka, tiap pelukan yang diam-diam kupendam.
Tahukah kau? Dalam diamku, aku menangis,
bukan karena kau pergi—tapi karena kau telah siap berdiri sendiri.
Lulus bukan akhir, tapi jalan baru,
dan aku hanya bisa melepasmu dari jauh.
Tak bisa kuikuti jejakmu ke depan sana,
namun doaku akan selalu lebih dulu tiba.
Semoga langkahmu ringan meski dunia berat,
semoga jiwamu besar meski tantangan kuat.
Jadilah insan yang jujur dan bijak,
seperti yang kita cita di balik dinding sekolah yang retak.
Jika suatu hari kau lupa wajahku,
tak apa, asal jangan lupakan nilai hidup yang dulu kita ramu.
Teruslah tumbuh, teruslah berani,
dan kembalilah kelak, jika rindumu menemani.
Aku guru—yang takkan menuntut apa pun darimu,
selain satu: jadilah versi terbaik dari dirimu.
Krambilsawit, 12 Juni 2025 07.00 WIB
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar