Petrus Pito, S.Pd., Gr.

Lahir di Lewolera Lembata Tanggal 27 April Aku Hanyalah Seorang Guru di Pelosok Negeri Ini Aktivitas Sekarang Mengabdi Sebagai Guru Garis Depan Mengajar

Selengkapnya
Navigasi Web
Segelas Kopi dan Solusinya (Part 2)

Segelas Kopi dan Solusinya (Part 2)

Sore yang indah, mentari bergerak perlahan menuju peraduannya. Perlahan menghilang menyisahkan semburat jingga yang turut memudar. Tiba-tiba aku dikejutkan oleh suara yang memanggilku dari luar. Segeraku melihat ke arah suara, ternyata suaranya Noldi (anak dari bapak Aleka, salah satu tokoh masyarakat juga sebagai salah satu aparat desa). Segeraku persilahkan ia masuk ke dalam rumah dan menanyakan maksud kedatangannya. Ternyata ia disuruh bapaknya untuk memanggil aku ke rumah mereka sekedar menikmati kopi sore.

Bergegas aku menuju ke sana. Saat tiba di rumahnya bapak Aleka, telah ada beberapa tokoh masyarakat dan tokoh pemuda yang sedang menunggu kedatanganku. Segera aku masuk dan duduk di kursi yang masih kosong untuk bergabung dengan mereka. Aku langsung dipersilahkan menikmati segelas kopi yang memang sudah disiapkan untukku. Sambil mengobrol dan menikmati minuman, tiba-tiba bapa Aleka menyampaikan maksudnya itu kepadaku, “Bapa guru, siap nanti kamu ganti penjabat kepala desa yang sekarang”. Aku, tidak langsung menjawab, dan diam beberapa saat. “Kenapa saya ganti sekarang bapak, bukannya Pak Jidion masih menjabat sekarang?, kembali aku menimpali tawaran dari bapa Aleka. “Begini bapa guru, bapa Jidion itu mungkin sibuk dengan urusan sekolah, apalagi ia juga seorang kepala sekolah, jadi kadang urusan desa agak terabaikan”. “Sama juga dengan aku sebagai seorang guru bapak, kan setiap hari tugasku mengajar, apa itu nanti tidak mengganggu juga dengan urusan desa?” jawabku. Namun jawabanku itu tidak menyurutkan niat mereka.

Aroma kopi yang kuhirup sebelum menyeruputnya, menambah semangatku di tengah kegundahan hati untuk menentukan pilihan dan jawaban. Kegundahan hatiku malam itu, selalu timbul ketika aku memikirkan tawaran tersebut. “Kegiatanku sehari-hari adalah mengajar di sekolah, setelah aku menerima tawaran itu bagimana dengan siswaku di sekolah, sedangkan guru hanya aku seorang”, gumammku dalam hati. Pikiranku semakin tidak karuan lagi, cukup mengganggu kenikmatanku untuk menyeruput kopiku. “Singkirkan sejenak tawaran itu” ku katakan dalam diriku sendiri. Satu-dua seruputan sudah masuk melalui tenggorokan. Rasa yang ditingggalkanya cukup khas. Hangat dan sedikit rasa pahit. Namun, pikiranku semakin tidak tenang. Seandainya, aku menerima tawaran tersebut tugas dan tanggung jawabku semakin bertambah. Jika, aku menolak berarti ada prasangka yang tidak baik terahadapku, karena selama ini mereka sudah menganggap aku sebagai anak kandung kampung Kaktuan.

Langsung aku teringat, sebelumnya ada beberapa teman GGD juga dipercayakan menjadi penjabat kepala desa. Namun beberapa waktu yang lalu saat pertemuan di Dinas Pendidikan dan dalam pertemuan itu berlangsung, mereka dikasih pilihan oleh Kepala Dinas. Memilih untuk tetap menjadi guru atau memilih menjadi kepala desa. Saat itu juga mereka langsung menentukan pilihan dan keduanya memilih tetap menjadi guru.

“Bapa, sekarang saya belum bisa kasih jawaban. Nanti kita sama-sama menghadap Kepala Dinas dan kita sampaikan permintaan ini”, pintaku memberikan alasan. “Iya bapa guru, tolong jua kita pung kampung ini” jawab bapa Herman dengan logat khas Malukunya. “Iya bapa, untuk beberapa tahun ke depan aku masih menetap di kampung Kaktuan ini. Tentu urusan administrasi atau pun lainnya, yang membutuhkan tenaga maupun pikiranku, aku siap membantu untuk bekerja sama”, timpalku.

Aku menolak ini, bukan karena aku tidak menyayangi mereka. Namun dengan berbagai alasan dan pertimbangan. Yang pertama, tentu aku tidak mau tugas pokok dan tanggung jawabku sebagai seorang guru tergganggu. Yang berikutnya, dengan menerima tawaran tarsebut tentu akan menimbulkan konflik internal antara aku dengan penjabat kepala desa sekarang yang adalah pimpinan aku di sekolah.

***

bersambung...

#GuruPelosok

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Makin keren nih tulisannya. Diksinya mulai dikeluarkan. AYo Mas Petrus, semangat!

01 Jun
Balas

Terimakasih Bunda, selalu muncul dan singgah sebentar memberikan support untukku,

01 Jun



search

New Post