Rahmat Nurdin, M. Pd

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Tentang Rasa

Siapa orang yang tidak punya rasa dalam hidup ini? Semua yang hidup pasti memiliki rasa tak terkecuali makhluk yang bernama manusia sudah pasti memiliki rasa, tentu rasa yang dimiliki lebih dari makhluk yang lain. Apakah rasa itu? Kalau ditanya setiap orang akan mendefinisikan rasa itu sesuai dengan apa yang dirasakannya, jadi tidak ada pengertian yang baku tentang rasa.

Namun yang pasti rasa adalah sesuatu yang muncul dari dalam bathin seseorang ketika melihat, mendengar, dan meraba, rasa bukanlah sebuah benda yang dapat diraba atau dilihat, dia hanya bisa dirasakan, rasa bersifat non materi.

Dalam KBBI rasa diterjemahkan atau lebih dikaitkan ke panca indra seperti lidah, hidung, mata, telinga, kaki dan tangan. Sedangkan dalam islam rasa dikaitkan ke sifat, karakter atau akhlak seseorang.

Jadi rasa yang dirasakan oleh seseorang akan berbeda dengan yang dirasakan oleh yang lain, walaupun sama-sama mencicipi benda yang sama, seperti gula, garam dll. Untuk benda yang sama seperti gula (bersifat manis), seseorang akan mendapati hasil dari manis yang berbeda-beda.

Jadi, tidak perlu kita mengatakan bahwa rasa gula kita yang paling manis. Sebab masih banyak bentuk-bentuk gula lain yang bisa jadi jauh lebih manis dari pada gula yang telah kita rasakan.

Jika kita lihat dari sudut pandang agama, rasa adalah bagian dari syariat IsIam diantaranya adalah "rasa malu" Nabi telah memberikan peringatan tegas tentang rasa malu ini "jika kamu tidak memiliki rasa malu maka berbuatlah sekehendakmu". Selanjutnya Nabi juga mengatakan " Malu adalah bahagian dari iman".

Meskipun belum kita baca, bahwa rasa tidak dirinci secara spesifik dalam bahasan hukum-hukum syari'at. Namun rasa, terutama rasa malu ada disetiap bahasan hukum islam, seperti Tauhid, fiqih, akhlak, tasawuf, mu'amalah dll.

Dalil-dalil yang menunjukkan sifat malu dari berbagai aspek cukup banyak. Dinataranya,

الحياء و الإيمان قرنا جميعا فإذا رفع أحدهما رفع الآخر

“Rasa malu dan iman itu terikat menjadi satu. Jika yang satu hilang maka yang lain juga akan hilang.” (HR. Hakim dari Ibnu Umar dengan penilaian ‘shahih menurut kriteria Bukhari dan Muslim)

Lalu bagaimana rasa malu dapat kita pupuk agar tetap tumbuh subur di dalam diri? Sebab kehilangan rasa malu berarti juga kehilangan iman. Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah dalam Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam menerangkan bahwa malu yang mesti diusahakan bisa diperoleh dari mengenal Allah, mengenal keagungan Allah, merasa Allah dekat dengannya.

Inilah tingkatan iman yang paling tinggi, bahkan derajat ihsan yang paling tinggi. Sifat malu bisa muncul pula dari Allah dengan memperhatikan berbagai nikmat-Nya dan melihat kekurangan dalam mensyukuri nikmat-nikmat Allah. Jika rasa malu yang diusahakan ini pun tidak bisa diraih, maka seseorang tidak akan bisa tercegah dari melakukan keharaman, seakan-akan iman tidak ia miliki.

Hal ini juga berarti bahwa Rasa malu akan memberikan pengaruh dalam perjalanan hidup seseorang untuk mengenal Allah Yang Maha Pemalu. Di sinilah titik awal kesadaran seseorang di mulai yaitu rasa atau merasa dilihat oleh Allah, sebagaimana disampaikan oleh imam Ibnu Rajab yaitu kenal dengan Allah SWT.

Kenapa rasa-rasa negatif tumbuh subur dalam diri kita, rasa iri, rasa cemburu, rasa benci rasa benci, rasa dengki, yang semua itu membuat kehidupan kita tidak aman dan nyaman. Sebabnya adalah belum kenal dengan Sang Maha Pemalu.

Malu dan iman bagaikan satu kesatuan yang tak terpisahkan, jika malu tidak ada iman melayang begitupun sebaliknya jika iman tidak ada malupun terbang.

Pengenalan pada Allah-lah yang membuat iman dan malu semakin tumbuh subur, sehingga sangat sulit bagi seseorang untuk bermaksiat karena merasa dilihat oleh Allah. Rasa dilihat oleh Allah bukan hanya sebatas ucapan di lisan, tapi harus tembus ke dalam qalbu, jika perasaan ini sudah muncul, maka apabila disebut nama Allah hatinya akan bergetar, bergetar karena merasakan begitu dekatnya Allah dengan kita.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post