Ketika banyak opini yang menyatakan bahwa guru penjas, praktisi olahraga lemah dalam literasi? Jawaban yang akan muncul ialah BENAR. Semua memiliki kompetensi dan cara menuangkan ide atau gagasan secara lugas di hadapan publik, namun ada beberapa cara yang dapat dilakukan. Menulis menjadi salah satu permasalahan pokok yang sulit di mulai oleh kami selaku praktisi olahraga. Ide yang timbul tidak mudah dengan begitu saja di rangkai indah, selalu ada ketakutan dan hilangnya ide pada saat menuliskan menjadi sebuah karya. Itu dahulu...

Kini dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi dan informasi maka secara tidak langsung influence itu dapat dirasakan, literasi jauh semakin akrab dalam kehidupan sehar-hari. Tidak ada alasan untuk menyerah dengan menyatakan bahwa praktisi olahraga lemah dalam literasi. Mindset setiap individu dan kebutuhan akan menulis, membaca serta menganalisis dapat di asah melalui rutinitas membaca artikel di media sosial, gejala-gejala yang seringkali timbul dalam dunia olahraga khususnya, ikut berperan aktif memberikan tanggapan positif dalam rangkaian jajak pendapat. Itu sangat memudahkan untuk meningkatkan literasi penjas. Aplikasi di lapangan nyatanya dapat dengan mudah diberikan kepada peserta didik, akan terjadi pola pembelajaran dua arah melalui literasi yang di sponsori oleh kemajuan IPTEK. Kegiatan tematik dapat dikembangkan sebagaimana kurikulum 2013 sudah memfasilitasi di kalangan sekolah. Diluar plus dan minus yang terjadi di lapangan, namun guru sudah siap dengan berbagai perubahan yang terjadi dalam dunia pendidikan. Cintai literasi mulai dari diri sendiri hingga dapat memberikan efek yang baik pada sekitar. Tetap sehat dan selalu bersyukur atas kehidupan yang Allah berikan, jaga dan rawatlah. Karena itu bentuk syukur paling sederhana :)