Akirnya Saya Harus Memilih Oganisasi Profesi
“MENYEMAIKAN KEHARMONISAN”
Ajar Putra Dewantoro
Ketua IGI Madiun
Ikatan Guru Indonesia (IGI) secara resmi bernama tetapi saya lebih suka secara pribadi menyebut dalam bahasa jawa “Iki Guru Indonesia” yang artinya ini Guru Indonesia sebenarnya. Saya mulai tertarik dan bergabung di tahun 2010 sejak masih bernama KGI (KLUB GURU INDONESIA). Hari ini mungkin masyarakat bahkan sebagian guru di negeri kita belum begitu familiar terhadap organisasi profesi pendidik ini. Secara fungsi dan tujuan sebenarnya semua organisasi pendidik di negeri ini bermuara yang sama layaknya sungai Bengawan Solo tetap bermuara ke laut Jawa jua. Setiap hal punya keunikan dan keistimewaan, IGI juga memiliki keistimewaan tersendiri terkait dengan keberadaan sebuah frasa sakti untuk saling menguatkan yaitu “Share And Growing Together” sebuah frasa layaknya sabda raja yang selalu berkeinginan untuk saling berbagi dan tumbuh bersama dari setiap pendidik yang menjadi anggotanya
IGI senantiasa menjadi magnet tersendiri untuk para pendidik yang berkeinginan untuk meng upgrade kemampuan kualitas diri sebagai wujud insan yang selalu ingin berkembang mengikuti era. Dalam IGI baik dalam dunia nyata maupun maya banyak pendidik bergabung untuk saling berbagi ilmu, pengalaman, info peningkatan mutu ataupun sejenak meliburkan diri dari rutinitas mengajar dengan mencari kawan sepemikiran demi peningkatan mutudiri.
Anggota IGI memiliki Keberagaman, baik dari mana mereka berasal serta berbagai disiplin ilmu yang dimiliki anggotanya. Hal ini tidak menjadi aral ritangan karena seluruh anggota memiliki tujuan yang sama yaitu kepedulian terhadap dunia pendidikan negeri ini sehingga perbedaan personal tersebut mampu diselaraskan. Menurut hemat saya kepedulian ini berpotensi besar menimbulkan seberkas harapan baru bagi dunia pendidikan di Indonesia dimana para insan pendidik saling mengisi untuk tunbuh bersama menyulam kekurangan tanpa terkesan menggurui dandi gurui demi meningkatkan mutu kwalitas pembelajaran kepada tunas bangsa dalam proses bembelajaran baik internal maupun eksternal. hal inilah yang menjadi tantangan dan keunikan tersendiri bagi seluruh anggota IGI untuk saling menjaga keharmonisan. Salah satu bukti nyatanya adalah: di dalam organisasi IGI saya menemukan konsep kita semua saudara tanpa pembedaan asal, umur dan basic keilmuan semua saudara sehingga nyaris tidak pernah terjadi konflik yang terjadi adalah memahami adanya perbedaan sudut pandang dalam penyelesaian masalah dalam berdialog.
Bukan itu saja, keharmonisan antar anggota di setiap cabang IGI sangat terasa sekali sehingga terlihat dari kesinambungan dalam kehidupan dalam berkawan secara kehidupan nyata dan media sosial. Di dalam IGI saya mencoba saling menyapa antara anggota yang tidak saling mengenal termasuk kepada para pengurus pusat bukan hal yang aneh karena kita mempunyai tujuan yang sama untuk saling berkembang selain itu anggota IGI dikenal dengan keramahan mereka.
Dari beberapa paparan yang saya tulis diatas, timbul sebuah pertanyaan. Apakah rahasia kecil saya untuk mencoba membaurkan diri kedalam keharmonisan dan keselarasan dalam IGI?
Urip iku urup
Kemampuan budaya Jawa untuk mengakomodasikan budaya menghasilkan sebuah harmonisasi baru dengan ungkapan “urip iku urup” hidup itu haruslah menyala. Kemanunggalan filosofi budaya Jawa tertuang dalam semboyan IGI yaitu “Share And Growing Together” yang mengutamakan keharmonisan dan keselaran menjadi faktor kunci dimana kita semuanya saling memiliki dan saling bertanggung jawab atas keberhasilan pendidikan di negeri ini dengan memberikan cahaya daripada mengutuk kegelapan dengan memberikan solusi dari pada hanya mengkritik saja. Bagi saya keselamatan dan keberhasilan hanya dapat ditemukan dalam keselarasan. Tanpa keselarasan, hanya bencana yang akan muncul. Dengan banyaknya perbedaan dalam diri para anggota, jika semua tidak diakamodiasikan dengan baik maka akan menghasilkan saling memiliki orientasi yang berbeda dalam berorganisasi, dan saya tidak menemukan hal itu dalam IGI.
IGI mengedepankan kebersamaan maka dari itu, jarang saya menjumpai terjadinya benturan argumen yang berujung pada konflik dalam organisasi. Masing-masing anggota dalam IGI mendapatkan tempat dan peranan masing-masing sehingga tidak terjadi disharmonisasi hubungan antar anggota.
Perbedaan adalah Anugerah
Tidak seperti filosofi sebelumnya, “urip iku urup”. Filosofi ini merupakan filosofi “perbedaan adalah anugerah” menggambarkan IGI lebih bersifat umum karena saya berharap IGI pada umumnya dan Anggota IGI pada khususnya mampu menjadi pioner jembatan untuk memberi solusi masalah dalam ruang lingkup pendidikan negeri kita di era sekarang dan mendatang.
Proses filosofi ini mengutamakan kesadaran atas perbedaan yang tumbuh dan berkembang disekitar tanpa harus diusik dan mengusik pihak-pihak lain tetapi bersama mari mencari solusi untuk sebuah keharmonisan. Melalui penggambaran filosofi ini, disadarkan bahwasanya dalam IGI perbedaan tidak akan menganggu dan mengusik rasa berbagi, namun sebaliknya perbedaan justru akan menambah khazanah informasi rutinitas sebagai pendidik agar mampu terus berkembang dengan meningkatkan kompetensi diri.
Penanam filosofi ini dapat dimulai dengan cara saling mengenal antar budaya setiap anggota dan membuka diri pada perbedaan-perbedaan di sekeliling kita. Hasilnya adalah keharmonisan hubungan setiap anggota dianggap sebagai kebutuhan hakiki bersama, bukan hanya sebagai formalitas dalam organisasi.
Keterbukaan dan Saling Menghormati
Dengan adanya sikap saling terbuka dalam sebuah organisasi, hal ini akan memudahkan untuk menerima unsur masukan untuk kemajuan bersama. Dengan keterbukaan inilah, proses interaksi timbal balik akan terbentuk dari setiap anggota. Proses ini juga akan memupuk sikap saling memahami dan menghormati masing-masing kelebihan dan kekurangan. Hal inilah yang menjadi patokan awal apakah sebuah organisasi akan meraih suatu keharmonisan dalam perbedaan? karena sikap saling memahami dan menghormati sudut pandang lain ini akan memunculkan rasa memiliki dan menerima perbedaan tersebut tanpa menghilangkan ciri asli diri angota dari segala potensi yang dimiliki. Hasilnya dalam IGI saya tak menemukan adanya pihak-pihak yang merasa terusik walaupun berbeda sudut pandang.
Kebebasan untuk Bertindak
Rahasia kecil berikutnya kenapa saya bergabung dengan IGI adalah setiap anggota dalam IGI dibebaskan melakukan usul saran, eksplorasi diri senyampang hal tersebut sesuai dengan kaidah dan membawa kemajuan bersama.
Kebebasan untuk bertindak bukan hanya sampai disana saja, setiap anggota IGI dibebaskan untuk menjunjung budayanya sendiri dengan syarat tidak merendahkan budaya orang lain sehingga menghindari terjadinya disharmonisasi sosial dalam organisasi. Dengan prasayarat yang mudah dan tidak mengekang, setiap anggota IGI tidak akan merasa keberatan untuk menjaga keharmonisan dan keselarasan bersama dalam perbedaan. Berikut rahasia kenapa saya bergabung dengan IGI, keharmonisan di tengah pluralisme anggota IGI untuk memperoleh peningkatan kualitas diri sebagai pendidik untuk menghadapi kemajuan jaman, sehingga saya dapat mewujudkan “Menjadi Guru yang beruntung ketika kedatangaya ditunggu,petuahnya diharapkan,mimpi dan asanyanya diwujdkan oleh muridnya.” ketika saya memilih diri untuk menyemaikan mimpi pertiwi melalui pendidikan dan alhamdulillah saya menemukan IGI yang mampu bersinergi dengan pribadi saya.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantep tenan....Pak. Saat ini banyak orprof tumbuh yang mengatasnamakan guru, ingin memajukan guru dengan cara-caranya sendiri, namun tidak banyak yang menyentuh bulu-bulu getar ke-guru-an dan ke-pendidik-an. Hanya baru satu yang dapat menggili-gili bulu-bulu getar itu. Dia ialah IGI yang asli. Now IGI bersemayam di lubuk hati guru, karena IGI tahu apa yang butuhkan para guru dan pendidik di Nusantara ini. Berharap IGI saat ini tidak "berbesar hidung",tetap pada khittah nya. Semoga!
Setuju "urip iku urup" krn sebaik baik orang adalah yg bermanfaat bagi orang lain