DENGAN BAHASA MENJADI MERCUSUAR DUNIA
Dengan Bahasa Menjadi Mecusuar Dunia
Ungkapan naif yang kadang cukup membuat kita miris, sedih dan cukup mengenaskan rasa. “andai saja kita masih memakai bahasa Belanda ya, kan kita tak merasa bingung bilamana ada kesempatan plesiran ke Eropa. Seolah hari inipun, banyak muncul kesedihan di benak beberapa pemuda ‘jaman now” kenapa bangsa ini tidak menuturkan kenapa negeri ini tidak menuturkan bahasa bangsa yang telah menjajahnya.
Harusnya kita perlu sejenak mengingat, bahasa suatu bangsa akan dihargai jika bangsa tersebut menjadi bangsa yang besar dan banyak bangsa bangsa lain memiiki kepetingan dengan bangsanya. Bangsa yang terdiri dari para pejuang yang siap untuk menang, bukan sekumpulan pecundang.
Contohnya negeri sakura, tidak dipungkiri bahwa bangsa yang sangat menghargai profesi pendidik (Guru), telah menjadi menjadi pemimpin ekonomi di wilayah Asia. Kemampuan kreatifitas, kedisiplinan, ulet serta rasa nasioalisme yang mengakar membuat bangsa bagsa lain ingin sekali mempelajari segala hal yang dimiliki oleh negeri matahari terbit, tanpa terkecuali bahasanya. Lalu kemudian munculah satu demi satu raksasa raksasa baru setelahnya. Negeri Tirai Bambu, Negeri Ginseng yang mungkin dulu sempat terinspirasi oleh Jepang hari ini telah menjadi kompetitornya. Tak luput pula bahasa dari negara negara tersebut hari ini sudah masuk dalam sistem pendidikan negeri ini. Kemampuan kemampuan warga dari negera negara tersebut meciptaka tren, berinovasi dalam pengetahuan, menginspirasi dalam tata tindakan berujung pula menjamurnya keinginan masyarakat kita belajar bahasanya atau bahkan meniru segala dari negeri tersebut. Jadi, bukan saatnya kita menyesali serta saling menyalahkan kenapa bahasa dari para pejajah negeri ini kita tinggalkan. Tetapi,mari kita kembali menyelaraskan serta mempadukan tekad membuat bangsa Indonesia yang menjadi bangsa yang besar dan orang asing belajar bahasa Indonesia.
Jika kita berada di Amerika Latin, Afrika, Asia kita bisa menemui banyak sekali negara negara mengunakan bahasa dari negara penjajahnya menjadi bahasa nasionalnya. Tetangga kita Malaysia, Singapura menggunakan bahasa Inggris , Negeri Hindustan kalangan atas (Birokrat/kaum intelek) menggunakan bahasa Inggris. Lain dengan negara ini, negara yang katanya dijajah selama ratusan tahun, bangsa kita menolak unuk mengunakan bahasa penjajahnya. Secara akal harusnya sekian lama waktu para penjajah menguras potensi bangsa ini, harusnya mampu untuk mengubah sisi penting sebuah bangsa diataranya bahasa. Tetapi, dineeri ini, bahasa penjajah berasal sama sekali dilupakan, dan hanya tersisa beeberapa kata yang sudah terserap dalam bahasa negeri kita.
Bahkan jauh sebelum bangsa kita merdeka, ketika negeri ini dijajah Belanda, bangsa kita sudah dengan tegas menetapkan bahasa Indonesia menjadi bahasa nasional. Yaitu, ketika dilaksanakanya Kongres Pemuda II yang melahirkan Sumpah Pemuda. Meskipun pada saat kongres tersebut, kalangan terdidik perwakilan dari berbagai daerah hanya mampu mengucapkan bahasa Belanda serta bahasa daerah merasa malu, melakukan permintaan maaf karena menggunakan bahasa Belanda dan tiada mampu berbahasa Indonesia. Sejak saat itu, orgaisasi organisasi pergerakan mejadikan untuk mempelajari bahasa Indonesia sebagi agenda penting. Bangsa kita memiliki kurang lebih 700an bahasa daerah tapi tak muncul konflik, malah sepakat untuk menetapkan bahasa nasionalnya sebagi bahasa pemersatu. Inilah yang menjadi salah satu kelebihan serta potensi negeri kita bersama.
Negeri yang pernah dipimpin oleh Nelson Mandela secara resmi menetapkan 11 bahasa baik bahasa dari negeri yang pernah menjajah bangsanya maupun bahasa etnis daerah menjadi bahasa nasional. Hal ini merupakan solusi yang diambil oleh pemerintah untuk mencegah perseteruan yang berujung peperangan dan disintegrasi bangsa. Perbedaan bahasa pula, yang menjadi salah sebab Pakistan negeri yang mayoritas islam, menjadi Pakistan Barat serta Pakistan Timur (Bangladesh). Di belgia masih sering dijumpai ada perseteruan antar warga yan menggunakan bahasa Perancis dan Belanda di kehidupan sehari hari dan telah berlangsung selama puluhan tahun.
Nah, disini kita patut bangga, karena bangsa kita menjadi bangsa yag memiliki karakter, memiliki integritas serta harga diri, karena menolak bahasa yang dibawa oleh penjajah. Bangsa kita merupakan bangsa yang memilik kuat akar pemikiran setiap individunya untuk bersatu dan mau menurunkan ego masing masing suku(adat). Hal inilah yang dapat kita teladani, mumpung kita sedang ada dibulan Oktober yang dijadikan sebagai peringatan momentum bulan bahasa. Jumlah bahasa daerah dinegeri ini ada ratusan, jumlah bangsa di negeri ini ada ribuan, jumlah penduduknya ada jutaan merupakan modal besar bagi kita bersama untuk menjadi negeri mercusuar dunia.
Ajar Putra Dewantoro. M,Pd ( Ketua Ikatan Guru Indonesia Madiun)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar