Adjar Dwija Tanaya

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
DIMANAKAH NEGARAWAN NEGERI INI BERSEMBUNYI ?

DIMANAKAH NEGARAWAN NEGERI INI BERSEMBUNYI ?

Masih ingat tentang pernyataan yang membuat geger percaturan politik negeri ini. Kala itu diungkapkan oleh mantan ketua DPR RI, Marzuki Alie yang sempat ditengarai terlibat kasus EKTP beberapa waktu lalu. Beliau pernah menyatakan bawasanya hampir 70 % anggota dewan dinegeri ini adalah pembawa petaka serta kerusakan bangsa. Dari ungkapan yang beliau lontarkan kepada publik tersebut, membuat dirinya diudang oleh salah satu TV swasta untuk mempertanggunjawabkan apa yang telah diucapkanya. Menurut Pak Marjuki, banyak yang dipkirkan oleh para angota dewan dalam masa kepemimpinanya adalah uang dan bagaimana caranya untuk balik modal dari ongkos kampanyenya waktu proses pencalonanya. Yang terjadi adalah kurangnya kontribusi bagi bangsa ini dari para dewan tersebut. Inti yang saya ambil, adalah negeri kita defisit negarawan dan surplus politisi.

Bila kita ingat akan fungsi DPR adalah utusan partai partai politik yang kita pilih melalui pemilihan umum, harusnya mereka tahu diri dan sadar diri. Banyak diantara para wakil kita yang duduk menjadi anggota dewan merupakan output dari perguruan tinggi ternama di Indonesia. Maka setelah kembali mengingat dari pernyataan mantan ketua DPR tentang para pembawa petaka tersebut, pikiran kita pasti melayang menuju kampus kampus yang mencetak para wakil wakil kita yang duduk menjadi anggota dewan, bahkan mungkin pula mampu membawa angan kita pada kampus di negeri ini pada umumnya.

Kampus di negeri ini tercipta harusnya menjadi pionir kemajuan untuk menjadi lebih baik. Menciptakan sekumpulan tunas tunas bangsa sebgai ujung tombak memimpin perubahan (lead the change), jadi tak hanya sekedar turun kejalan mengkritisi hal hal yang mngkin tidak bisa diterima oleh pikiranya bahkan sampai kelupaan dalam memberi solusi.Untuk perubahan menuju kearah kemajuan bangsa ini mutlak harus memlik banyak cadangan para pemimpin yang memiliki sifat transformasinal, dan bukan transaksioal. Pemimpin yang transformasional di era saat ini diperlukan karena memiliki kelebihan kemampuan menerawang kedepan,berfikir secara konteks jangka panjang. Kalau masih banyak ditemukan pemimpin yang bermodel transaksional yang banyak memkirkan dirinya sendiri tanpa memahami fungs visi serta misi bangsa maka perubahan negeri inisemakin melangkah kebelakang, karena berjubelnya kaum oportunis yang memiliki paham transaksional.

Pemimpin transformasional dapat mengubah negeri ini menjadi mercusuar dunia seperti mimpi para pendiri bangsa ini, tetapi pemimpin transaksional akan menciptaka kemunduran yang tak berujung. Karena mungkin banyak sekali potensi negeri ini tersedot oleh dirinya untuk kepentingan pribadinya serta golonganya. Karena kebanyakan para pemimpin transaksional lupa membangun dan memberdayakan linkunganya. Hal ini seperti yang diungkapkan Pak Sis kuli Kapur jebolan PDU kampus seputaran lowokwaru. Beliau mengatakan bahwa “tidak ada negara yang miskin di dunia ini, yang ada adala sebuah negara yang dikelola dengan salah. Dan sayapun menambahkan bahwa” hanya manajemen sajalah dengan kepemimpinan yang efektif dapat mampu memuncukan nlai tambah bagi kekayaan dan kemakmuran bangsanya. Kesimpulan yang kita sepakati adalah, bilamana SDA sebuah negara diatur oleh SDM yang baik dan mumpuni serta memiliki sikap transformasional maka kemajuan tak akan terbantahkan lagi.

Dalam konteks seperti ini maka sangat dibutuhkan leadership yang handal yang harus segera dimiliki negeri ini. Kepemimpinan yang memiiki pandangan jauh kedepan lahir dari sistem manajemen pendidikan yang transformasional pula, bukan pada manajeman pendidikan yang orentasinya jangka pendek. Mungkin fokus pembahasan dalam dunia pendidkan negeri ini mesti dialihkan pada tujuan jangka panjang. membentuk manusia manusia yang mampu memiliki pemikiran jangka panjang sehingga berguna bagi lingkuganya. Pendidikan model transformal seperti itu, mesti tergambar dalam pengaplikasianya. Lebih dari pada itu,pendidikan transformasional meski pula dilakukan diluar konteks akademis, misalnya dilingkungan organisasi masa, birokrasi pemerintahan, sebab sekolah hanyalah sebagian kecil dari suatu sistem dimasyaraat. Sementara pendidikan merupakan tangung jawab kita bersama.

Dengan pemahaman seperti ini, maka pendidikan bukan hanya tangung jawab para pendidik saja. Melaikan tanggung jawab bersama semua komponen bangsa. Oleh karena itu pula, ungkaan mantan ketua DPR RI mengenai anggota dewan pembawa petaka bangsa ini perlu disikapi sebagi tantangan pendidik dilapisan masyarakat, khususnya pendidikan atas serta tinggi yan menjadi basis penciptaan calon politisi politisi negeri ini. Jika memang kita bersama menginginkan hadirnya politisi politisi yang berwatak serta berhati negarawan, maka titik start awalnya adalah dunia pendidikan yang berorientasi ke masa depan. Pendidikankarakter dengan 18 nilainya menjadi penopang akan tumbuhnya benih benih manusia transformasonal yang memiliki sikap negarawan. Bangsa ini sudah kelebihan politisi, yang kita butuhkan adalah negarawan. Dan pendidik baik yang profesional ataupun belum jangan sembunyi dibalik pemenuhan rutinitas mengajar saja, berpangku tangan serta ikut ikutan membeo menyalahkan keadaan sehingga lupa dalam menyemaikan benih benih negarawan.

Ajar Putra Dewantoro. (Ngariters)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post