Hidup Dalam Persepsi
Kata para Cendikia sombong bagaikan penyakit yang aneh dan mengerikan. Yang menderita dan gerah luar dalam bukanlah orang yang mengidap penyakit tersebut, namun orang lain di sekilingnya atupun orang yang dipimpnya. Orang yang menderita kesombongan pada umumnya tidak merasakan gejala apa-apa, namun orang lain yang berinteraksi dengannya merasa kesel, perut mules.
Penyakit arogansi dan kesombogan bisa menjangkiti semua orang. Kaya dan miskin, bodoh dan pandai, Republican dan Demokrat, dan seterusnya. Pendek kata, semua orang. Tidak ada yang imun dari penyakit ini.
Yang menarik, penyakit ini dapat menjadi ganas dan menular apabila itu diderita oleh pemimpin, karena pengaruh yang dimiliki oleh pemimpin. Semakin besar pengaruh yang dimiliki seorang pemimpin, karena peran atau posisinya, semakin berbahaya apabila ia menjadi sombong.
Percaya atau tidak, menjadi pemimpin yang tinggi hati jenis manusia yang sangat rentan dan mudah terjangkiti penyakit ini adalah pemimpin. Paling tidak ada tiga hal yang dapat menjelaskan hal ini: (1) kuasa, (2) persepsi umum dan perlakuan khusus, dan (3) keberhasilan.
Banyak pemimpin yang pada awal proses kepemimpinannya rendah hati berubah menjadi tinggi hati. Hal ini seringkali terjadi karena kuasa yang dilekatkan pada diri para pemimpin tersebut tatkala mereka diberi kepercayaan untuk memimpin orang lain (mempengaruhi, mengajar, memotivasi, memberdayakan, dan sebagainya).
Kepmilikan kuasa sangat ampuh dalam membentuk dan mengubah karakter pemimpin. Abraham Lincoln, presiden Amerika ke-16 dan seorang pemimpin besar dalam sejarah, pernah mengatakan:
"Nearly all men can stand adversity, but if you want to test a man's character, give him power." Saat seorang pemimpin menerima legitimasi dari orang lain dan diterima kepemimpinannya, itu berarti ia dipersepsi oleh publik sebagai seorang yang lebih superior ketimbang yang lain, minimal dalam satu hal (kompetensi atau pengalaman, misalnya). Yang menarik, persepsi ini kemudian tidak berlaku hanya dalam satu hal tersebut, namun perlahan-lahan diterapkan dalam berbagai hal. Sehingga yang muncul adalah persepsi bahwa pemimpin memang berstatus lebih superior dibanding orang lain dalam semua hal.
Persepsi ini seringkali disertai dengan perlakuan-perlakuan yang lebih istimewa terhadap pemimpin dibanding non-pemimpin. Kebutuhannya didahulukan dan keinginanannya dinomorsatukan. Orang sangat ingin mendengar pandangan dan pendapat pemimpin, sehingga apa yang ia katakan jauh lebih penting daripada perkataan orang lain. Kalau hari ini banyak pemimpin yang menderita superiority complex, itu menunjukkan betapa mereka memilih untuk hidup dalam persepsi, bukan realita
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar