Pahlawan Kita Nyata
Pahlawan kita nyata, bukan pahlawan fiksi seperti mereka. Pernah suatu ketika saya membaca buku tentang Indonesia dengan segala potensi manusianya di era perjuangan. Ada yang menggelitik ketika saya membaca semua isinya dengan seksama. Tibalah kita untuk diberikan kebebasan untuk mengulas isi buku sang pengarang. Kita bisa berkreasi ketika menggambarkan bangsa kita dengan potensi dari tokoh tokoh bangsa ini bilamana diposisikan layaknya team sepak bola. Sejenak dalam buku ini kita ditawari kemahiran potensi para tokoh pejuang di era perjuangan, bilamana beliau kita posisikan sebagai line up pemain yang akan bertanding melawan bangsa belanda. Pada posisi kiper ada pak Suwardi suryaningrat. Pemikir dan pelopor bidang edukasi bangsa kita.
Dengan petuah beliau yang sarat makna. Ing ngarsa sung tuladha,ing madya mbangun karsa,tut wuri handayani. Saya sangat setuju sekali bila mana bangsa ini dijaga seorang Ki Hadjar yang santun,bijak dan lembah manah. Center back ada pak natsir sang negarawan. Jernih pikiranya,konsisten,prestisten berjiwa besar ibarat kata over all to Indonesia. "Klo aku mati,kalian ikut dengan pak natsir" pesan pak kartosuwiryo catrik mbah cokroaminata kepada para pengikutnya. Libero kita memiliki haji Agus Salim sang singa podium menguasai 7-9 bahasa asing,inggris,jerman,perancis,belanda,arab,turki, Jepang,turki plus kebranian nya untuk "ngudut"( merokok kretek). Kebranian Agus Salim tersenyum dan merokok didepan pangeran Philips lalu berkata, “Inilah sebabnya 300 atau 400 tahun lalu bangsa Paduka mengarungi lautan dan menjajah negeri kami.” The Grand Old Man, julukan KH. Agus Salim, memang dikenal cerdas dalam menyampaikan kritik tajam dan pedas. Dan beluau membuktikan itu di Istana Buckingham. Kretek tak lain ialah cengkeh, tanaman tropik asli Nusantara, tepatnya Kepulauan Maluku.
Sejak abad XVI cengkeh menjadi magnet bagi merkantilisme Eropa untuk datang dan menjajah Nusantara. Back kanan kita memiliki sutan syahrir. Manusia genius dari Indonesia dan perdana menteri yang pertama. Bung kecil dengan jasa yang besar untuk negara dikenal dengan julukan 'Si Kancil' dan juga 'The Smiling Diplomat" tingginya hanya 145 cm tetapi energinya luar biasa, pikiranya dicurahkan untuk negaranya. Quote yang paling saya sukai dari beliaunya adalah "Pertama Tama marilah kita mendidik,memetakan diri untuk kemerdekaan. Back kiri kita mempunyai Prof. DR. H. Abdul Malik Karim Amrullah atau lebih dikenal dengan julukan Hamka. Sang pujangga, ulama, sastrawan. Memiliki kemampuan berpidato setara dengan kemampuan menelaah serta menulisnya. Beliau hanya mengenyam pendidikan hanya sampai klas Dua sekolah dasar. Tak lupa beliaunya tetap menjadi imam ketika Sukarno wafat meskipun dari tahun 1964 hingga tahun 1966, HAMKA dipenjarakan oleh Pak Kusno karena dituduh pro-Malaysia. Semasa dipenjarakan, beliau mulai menulis Tafsir al-Azhar y HAMKA yang menjadi imam salatnya. Bagi HAMKA, apa yang dilakukannya atas dasar hubungan persahabatan. Apalagi, di mata HAMKA, Sukarno adalah seorang muslim.
Dari situ kita bisa meneladani sikap saling menghormati serta Setia kawan dengan sesama dari back kiri kita. Sayap kanan kita memiliki dr.Tjipto. pribadi yang cerdas dan bersahaja serta pemikiran yang revolution. Para guru menjulukinya " been beegald leering" siswa berbakat. dr.tjipto layaknya Che Guevara dari Indonesia. Beliaunya rela keluar masuk kampung dengan sepeda kumbangnya untuk mengabdikan ilmu kedokteranya kepada masyarakat. Satu hal yang menjadi kebiasaan beliau ketika besekolah, dr.tjipto juga sering melancarkan protes dengan bertingkah melawan arus. Misalnya larangan memasuki sociteit bagi bangsa Indonesia tidak diindahkannya. Dengan pakaian khas yakni kain batik dan jas lurik, ia masuk ke sebuah sociteit yang penuh dengan orang-orang Eropa. Cipto kemudian duduk dengan kaki dijulurkan, hal itu mengundang kegaduhan di sociteit. Ketika seorang opas (penjaga) mencoba mengusir Cipto untuk keluar dari gedung, dengan lantangnya Cipto memaki-maki sang opas serta orang-orang berada di dekatnya dengan mempergunakan bahasa Belanda. Kewibawaan Cipto dan penggunaan bahasa Belandanya yang fasih membuat orang belanda terperangah.
Andai para siswa output pendidikan di sekolah yang sekarang mengabdi di dunia kesehatan meneladani sikap pak tjipto maka ketahanan kesehatan bangsa kita terjamin. Sifat tidak anti modern,intelek dan tadisional tetap terjaga. Sayap kiri kita memiliki Ernest Douwes Dekker Yang mungkin saudara beliaunya di belanda teman MULO kakeknya Marc Overmars pemain Belanda yang terkenal karena kecepatannya. Bicara tentang Douwes Dekker ada hal yang menggelitik. Banyak sekali ada kesalahan konsep dalam pendidikan negeri ini, antara Edward Douwes Dekker dan Ernest Douwes Dekker disamakan. Padahal mereka adalah pribadi yang berbeda meskipun memiliki hubungan darah. Mungkin banyak rekan rekan guru menyamakan antara Multatuli (Edward Douwes Dekker yang mengarang max havelar dan Dr. Ernest François Eugène Douwes Dekker(umumnya dikenal dengan nama Douwes Dekker atau Danudirja Setia Budi) yang sangat di hormati oleh bung karno. Nama pemain sayap kiri kita ini, diabadikan sebagai nama jalan salah satu LPTK di kota pecel. Satu hal yang membuat kita angkat topi dengan beliau seorang putra belanda yang sangat mencintai nusantara. Ia adalah salah seorang peletak dasar nasionalisme Indonesia di awal abad ke-20,penulis yang kritis terhadap kebijakan pemerintah penjajahan Hindia Belanda,wartawan, aktivis politik, serta penggagas nama "Nusantara" sebagai nama untuk Hindia Belanda yang merdeka. Tak lupa satu ajakan beliau yang terkenal " Stookt de Vuren" yang artinya kawan kawan nyalakan api untuk berjuang. Di Belanda, namanya juga dihormati sebagai orang yang berjasa dalam meluruskan arah kolonialisme (meskipun hampir sepanjang hidupnya ia berseberangan posisi politik dengan pemerintah kolonial Belanda; bahkan dituduh "pengkhianat").
Oleh karena hal tersebut beliau patut kita pasangkan di sayap kiri. Pemain tengah, kita memiliki Jenderal besar sudirman. Namanya abadi menjadi nama kampus di purwokerto. Kemampuannya dalam memimpin dan berorganisasi serta ketaatan dalam Islam menjadikan ia dihormati oleh masyarakat. Jenderal Sudirman merupakan salah satu tokoh besar di antara sedikit orang lainnya yang pernah dilahirkan oleh suatu revolusi. Saat usianya masih 31 tahun ia sudah menjadi seorang jenderal. Pemuda dengan usia termuda dinegeri ini ketika menyandang pangkat jenderal. Meski menderita sakit paru-paru yang parah, ia tetap bergerilya melawan Belanda. Ia berlatar belakang seorang guru HIS Muhammadiyah di Cilacap dan giat di kepanduan Hizbul Wathan. Kita masih ingat petuah beliau. Bawasanya, "Tentara hanya mempunyai kewajiban satu, ialah mempertahankan kedaulatan negara dan menjaga keselamatannya. Sudah cukup kalau tentara teguh memegang kewajiban ini, lagipula sebagai tentara, disiplin harus dipegang teguh. Tentara tidak boleh menjadi alat suatu golongan atau orang siapapun juga". Pada playmaker kita memiliki si genius Tan Malaka. Bapak republik yang banyak orang menyamakanya dengan George Washington perancang amerika jauh sebelum merdeka.
Tan Malaka adalah manusia komplit dengan bermacam macam potensi diri. Tan Malaka memilih mengajar adalah kegiatan yang paling disukainya. Dalam buku Dari Penjara ke Penjara yang dulu pernah saya baca beberapa tahun lalu, dia menuliskan bahwa "mengajar anak-anak Indonesia saya anggap pekerjaan tersuci dan terpenting". Beliau selalu menekankan bawasanya idealistme merupakan kemewahan terakhir yang dimiliki seorang pemuda. konsistensi perjuangan terus di dengungkan karena pemuda adalah pembaharu dan diwajibkan menghilangkan generasi tua yang mengacau. Pada duet striker kita punya founding fathers, Pak Kusna dan Moh Hatta....yang keduanya abadi di tanah Indonesia baik pemikiranya serta pengabdianya masih kita rasakan. Pada posisi pelatih kita memiliki HOS Tjokroaminata. Sang Raja tanah jawa tanpa mahkota. Guru dari para pahlawan bangsa ini. Sosok guru bangsa yang selalu menekankan pada semurni tauhid, setinggi ilmu dan sepintar siasat. Tak lupa kenapa generasi muda harus senantiasa mengingat pesan pak Kusno president pertama kita berpesan "kirim aku 10 pemuda,akan ku guncang dunia" tak perlu seratus semakin banyak semakin banyak omong. Banyak omong kurang kerja jadi benalu negara. Apabila kita belajar dari para pendahulu kita, maka bangsa ini menjadi maju berdaulat, makmur adil tertata serta tetap mengedepankan bhineka tunggal Ika. Bukan CEO,bukan founder ataupun trainer, cuma ngariters. Adjar dwija tanaya
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar