Adjar Dwija Tanaya

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Pemimpi Dan Pemimpin

Pemimpi Dan Pemimpin

pemimpi dan pemimpin

Pemimpi adalah pemimpin yang kehilangan satu huruf "n". Jikalau niat dan nurani yang tulus telah terabaikan sehingga ketika ia memegang kepemimpinan, tujuan yang ingin dicapainya adalah hanya untuk memenuhi semua impiannya tanpa peduli orang lain menderita,tak peduli keadaan bawahanya bahkan kalau perlu memanfaatkan dan mengorbankan, menikung orang lain asal ambisinya tercapai. ibarat kata apapun halal, karena rasa gelap sudah menghampiri yang ada adalah memukul bukan untuk merangkul. terlalu takut dengan asumsi yang kadang jauh dari kenyataan yang ada.

Jikalau pemimpin adalah pemimpi yang melengkapi dirinya dengan "n" - niat dan nurani yang tulus - sehingga ketika ia memegang kepemimpinan, maka ia akan mewujudkan visi-misinya dengan turun tangan bekerja bersama-sama orang-orang yang dipimpinnya demi kesejahteraan bersama, bukan demi untuk kepentingan atau ambisi pribadinya sendiri. Bijak dalam bertutur, santun dalam bersikap dalam memegang kendali.

Mengoreksi pemimpin adalah suatu keharusan agar pemimpin tidak terus-menerus membuat keputusan dan perintah yang salah, sesat, dan menyesatkan, berujung salah paham, mengakibatkan gagal paham dan berimbas pahamnya salah bagi bawahanya. Dan pemimpin pun harus siap dikoreksi dan diluruskan untuk kebaikan. Ketika saya mengaji di Langgar Mbah Kasan Munawir, Lek Nyoto anak mbah yai yang ke tiga berujar selepas Isya di serambi Langgar. Dulu kata beliau, Khalifah Umar bin Khaththab r.a. tatkala dibaiat menjadi khalifah beliau pernah berujar: “JIka kalian melihat aku bengkok dari jalan Allah, maka luruskanlah!”. Lalu ada salah seorang Arab baduwi yang menjawab: ”Jika kami melihat engkau bengkok dari jalan Allah, maka kami akan meluruskanmu dengan tajamnya pedang kami”. Umar r.a. menjawab: “Alhamdulillah masih ada di antara umat Muhammad Saw. yang mau meluruskan Umar dengan tajamnya pedangnya”. Mengoreksi pemimpin dalam melaksanakan kegiatan yang dinahkodai oleh dirinya adalah perbuatan yang sangat berat dan beresiko tidak disukai pendukungnya, dituduh makar, bahkan bisa dipecat tanpa hormat. Tidak semua orang berani melakukannya. Namun yang melakukannya akan mendapat pahala yang besar karena dihitung melakukan perbuatan yang sangat terpuji seperti suratan dalam kitab suci pada surat keluarga Pak Imron ayat 104 yang tadi selepas Isya dibahas oleh Lek Nyoto.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post