SINERGI DALAM RADIKALISME
Sinergi Dalam Radikalisme
Dulu mereka (pahlawan) dengan penuh sadar serta yakin perlunya membangun organisasi multikltural demi melawan penjajah untuk melawan penjajah. Tugas kita di era kini adalah membumi mencintai negeri, karena pekan swadesi yang terinspirasi dari pak Gandhi tak hanya rutinitas tanpa refleksi diri (Adjar Dwija Tanaya/ Mas Dar)
Pak Tjip pernah melontarkan sindiran keras kepada anggota Budi Utama yaitu organisasi sosial dan pendidikan. Pak Tjip yang seorang tokoh pergerakan dengan tegas mempertanyakan kesiapan para anggota Budi Utama dalam mengusir bangsa Belanda dari tanah Jawa. Apa jawab para anggota, ternyata jawab mereka tidak penting. Sebab orang jawa kala itu karakteristiknya sudah dikaji secara mendalam, dan ternyata masih banak yang ciut nyalinya. Langsung saja pak Tjip memilih untuk meninggalkan Budi Utama. Maklum sekali, gerakan yang dimotori oleh para cendikiawan kala itu hanya berorientasi pada keharmonisan. Sehingga sering kali menghambat para anggota yang berani menyingsingkan lengan baju untuk melawan Belanda. Mereka para anggota yang memilih jalan perjuangan memberontak diangap ambisius dan egoistis. Tapi bagi pak Tjip,jalan protes merupakan pilihan pasti.
Radikalisme dalam budaya masyarakat jawa memang terasa menyebal. Tapi itu tak sepenuhnya benar. Contoh kongkrit telah diberikan oleh pak Tjip dalam keseharianya memakai beskap dan blangkon menjadi bentuk perlawan dari kaum cendikia yang masih memegang teguh budayanya, mampu memungut falsafah wayang sebagai pedoman. Falsafah seorang kesatria dalam wayang yang berani mengorbankan segala daya kemampuan untuk mengejar kebenaran. Bahkan sempat oleh pak Tjip ditulis dalam tulisanya yang cukup membuat para penjajah merah telinganya.
Setiap tanggal 20 pasti kita mengingat 3 tokoh yang menjadi ujung tombak kebangkitan nasional. Ada Pak Tjip, Pak Setyabudi dan Pak Wardi. Siapkah mereka? Pak Tjip adalah seorang dokter, politisi, wartawan dan tokoh pergerakan yang intens berjuang dijamanya. Putra seorang kepala sekolah, kelahiran jawa tengah yang kemudian mampu bersurvive menjadi mahasiswa STOVIA di jakarta. Menggenggam ijasah pada tahun 1905, mengawali tugas di Banjarmasin dan melanglang Indonesia. Dirinya dikenal sebagai penulis yang tegas dan berkarakter. Kuat mengkrritik, tajam beropini serta mampu bersolusi merupakan kepiawaianya. Pak Tjip dikenal dengan kaum cendikia dengan kepekaan sosial yang tinggi, ulah kritiknya lewat tulisan kepada Belanda yang sangat tajam harus berjung dipenjara. Menulis secara tajam bukan copas tentunya, bukan asal bicara merupakan style Pak Tjip.
Pak Tjip tidak sendiri. Memang benar kata hukama, manusia itu digolongkan sesuai dengan frekuensi isi otaknya. Keberanian Pak Tjip dalam mengkritik serta berjuang mempertemukan dirinya dengan dua oarang spesial. Sebagai tokohyang radikal, dirinya dipertemukan Ernest Francois Douwes Dekker pemuda indo yang humanis serta pemuda dari keluarga Pakualam III yang berani menanggalkan sisi ningrat berjuang bersama sama untuk mebangkikan nasinalisme rakyat Indonesia dengan nama tua Ki Hajar Dewatoro selaku bapak pendidikan Indonesia. Trio pemuda yang berani ini dikenal dengan tiga serangkai.
Pak Setia Budi atau EE Douwes Dekker merupakan sosok wartawan yang tak kalah radikal dari Pak Tjip. Keradikalan yang dia miliki mungkin setipe pamanya Douwes Dekker senior, dengan nama samaran Multatuli dengan novel Max Havelar yang menceritakan kekejaman kolonial,ciptaanya. Lelaki dengan dandanan necis kelahiran Pasuruan terkenal dengan rambut sasak belakang merupakan alumni HBS di Batavia. Masa mudanya pernah pergi ke Afrika Selatan untuk membantu rakyat Afrika melawan penjajah Inggris. Pada tahun 1903 dirinya pulang kampng ke Jawa. Kemudian menjadi redaktur surat kabar Bataiaasch Nieuwsblaad. Dunia pers digeutinya. Menyampaikan kabar yan kridibel, mengiring opini dengan solusi kebaikan. Jauh dari kesan pecndang meskipun dirinya seorang keturunan, rasa cintanya kepada Indonesia tidak terbelikan. Ketika ibu kota negara pindah di Jokjakarta, Pak Setia Budi diberikan amanah menteri negara yang bertugas sebagai sekertaris Politik Perana Menteri. Dirinya bahkan ditangkap oleh kolonial katena dituduh membelot dan berkhianat.
Sementara itu, Pak Wardi juga merupakan penulis ulung. Tulisanya menuangkan pengetahuan tentang pendidikan menjadi sebuah wahana pembebasan belenggu penjajah. Latar belakang pendidikan di STOVIA yang tidak sampai tuntas karena kendala ekonomi membuatnya melirik dunia pers. Diawali sebagai penuls di harian bahasa jawa Sedyo Tama di Jogja, harian bahasa belanda Midden Jawa di Semarang. Ketika berpindah di Bandung pada tahun 1912, dirinya begabung menjadi anggota redaksi haria De Expres pimpinan EEE Douwes Dekker. Dari perkenalan ini muncul sebuah kesepakatan ketiga tokoh diatas untuk membentuk Indische Partij,patai kaum nasionalis yang radikal. Radikalisme memang relatif. Bagi tiga serangkai, radikalisme politk dan garis keras adalah keniscayaan sejarah. Dan plihan yang diambil oleh beliau bertiga menjadi harum. Selamat hari kebangkitan nasional, mari bersinergi karena bangkit itu saling mengisi bersolusi untuk kemajuan negeri.
Adjar Putra Dewantoro, M.Pd (ketua IGI Madiun/ Sekertaris LESBUMI NU Madiun)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Sangat informatif. Maaf ada baiknya dicek dulu sebelum posting, penggunaan huruf besar, salah ketik dll. Agar lebih nyaman dalam membaca. Selamat berkarya dan salam kenal.