Aan Frimadona Roza

Aan Frimadona Roza, dilahirkan di Waykanan pada tanggal 22 Februari 1982, Anak kedua dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Zainal Arifin Almarhum dan Ibu Roh...

Selengkapnya
Navigasi Web
Guru dan Media Sosial
Laila Mayasari, S.Pd.SD. Bertugas di SDN 02 Banjit Kec. Banjit, sebagai terbaik IV Lomba Menulis Opini HUT PGRI ke 74 dan HGN 2019 Tingkat Kabupaten Way Kanan Wilayah 4. (Baradatu, Gunung Labuhan, Banjit)

Guru dan Media Sosial

Oleh Laila Mayasari, S.Pd.SD. Bertugas di SDN 02 Banjit Kec. Banjit, sebagai terbaik IV Lomba Menulis Opini HUT PGRI ke 74 dan HGN 2019 Tingkat Kabupaten Way Kanan Wilayah 4. (Baradatu, Gunung Labuhan, Banjit)

Di era globalisasi yang mulai terdampak kemodernisasian, tak dapat dipungkiri peran guru sangatlah besar. Guru dipandang sebagai tonggak masa depan bangsa. Melalui tangan-tangan guru yang terampil dan mendidik generasi penerus, maka akan terjadi hubungan sebab akibat, dimana anak didik yang akan menjadi generasi penerus bangsa ini akan berhasil di tangan para guru yang profesional (baca guru yang dapat mendidik dan mengarahkan muridnya dengan karakter yang baik), begitupun sebaliknya.

Begitu sering kita mendengar kata-kata bahkan kalimat persuasi yang mengatakan mari menjadi guru yang profesional, menguasai semua kompetensi guru. Namun, apakah cukup dengan kalimat itu saja dan apakah yang dimaksud dengan profesional itu? Apakah seorang guru yang sudah bisa teknologi canggih dikatakan guru profesional? Apakah seorang guru yang mengajar dengan media ajar sederhana tidak dikatakan profesional? Apakah guru yang mendidik, sabar, bertanggung jawab dengan setiap perkembangan muridnya dapat juga dikatakan profesional? Tentunya bergantung dari mana kita melihatnya, bagaimana bisa dikatakan seorang yang mengerti teknologi canggih (melek IT) tetapi ketika menjelaskan teori dengan murid hanya menjadi kaku dan membosankan? Lalu seorang guru dengan banyak keterbatasannya mengajar hanya melalui media-media sederhana tapi dalam lingkup kontekstual, tetapi sama sekali tidak memahami teknologi juga tidak dikatakan guru yang profesional? Dan banyak sekali yang akan kita gali tentang keprofesionalan itu sendiri jika kita lihat dari berbagai sisi.

Tentunya dalam hal ini, penulis tidak akan fokus membahas tentang keprofesionalan seorang guru lebih jauh. Karena yang akan dibahas pada opini kali ini mengenai penggunaan media sosial oleh kalangan guru yang sudah mulai marak beberapa tahun belakangan. Pengguna media sosial sekarang bukan hanya dikalangan menengah ke atas, tetapi sudah merambah ke seluruh lapisan masyarakat, bahkan tidak lagi melihat usia. Dari kalangan biasa sampai kalangan berpendidikan dan terpelajar tidak lepas dari sosial media.

Menurut Heck & Rogers (2014), karakteristik industry 4.0 adalah peningkatan daya saing melalui peralatan pintar, memanfaatkan informasi tentang lokasi upah tinggu, perubahan-perubahan demografik, sumber daya, efisinsi energy, dan produksi di daerah perkotaan. Perkembangan teknologi yang cukup pesat, sangat memengaruhi pola komunikasi manusia saat ini. Dan pemanfaatan tersebut tampak dari cara berkomunikasi dalam media sosial, dalam hal ini khususnya para pendidik dan tenaga kependidikan.

Menggunakan media sosial sangat menjadi trend di kalangan para pendidik saat ini, bahkan guru yang mampu menggunakan media sosial, mampu melek digital terlihat sangat keren pada zaman milenial ini. Dengan memanfaatkan media sosial bagi guru, tentu hal ini sangat baik untuk meningkatkan pengetahuan dalam bidang teknologi dan tidak ketinggalan dalam era yang serba digital. Guru dapat mengenal dunia luar dengan berbagai informasi yang tidak didapatkan dari media lain, dan dapat berkomunikasi, berbagi tentang berbagai hal serta aktivitas mendidik maupun mengajar peserta didik dengan berbagai model dan metodenya. Setidaknya guru sudah mampu mengimbangi peserta didik zaman millennial yang tidak kalah jauh mampu menandingi gurunya dalam hal teknologi. Tetapi apakah hal ini mampu meningkatkan peran guru dalam mendidik dan membimbing peserta didik dalam meningkatkan kompetensinya dalam pembelajaran dibandingkan dengan guru yang tidak paham dan tidak melek digital?

Penulis di sini tidak akan mencari celah manakah guru yang lebih baik dalam andil mencerdaskan kehidupan anak bangsa, tetapi hanya ingin melihat dari kedua sisi tersebut. Karena apapun pasti ada nilai yang dapat diambil, baik itu positif maupun negatif. Melihat dari maraknya guru dengan gawai canggihnya maupun notebook yang sudah wajib dimiliki, tentu sebagai salah satu bagian dari dunia pendidikan sangat menyambut baik dan justru menyarankan agar guru mempunyai sarana prasarana dalam membantu untuk proses pembelajaran maupun hal lain yang berhubungan dengan administrasi kelas dan juga sekolah. Guru yang sudah melek digital akan makin tertantang untuk mampu menguasai ilmu-ilmu teknologi yang berhubungan dengan pendidikan, akan lebih mudah diajak maju, bisa berbagi kegiatan ataupun hal baru yang dilakukan denga peserta didik, dan tentunya lebih terbuka wawasannya. Tetapi ada hal-hal juga yang sangat disayangkan, dengan adanya gawai yang saat ini tidak terlepas dari kehidupan manusia dan seperti menjadi kebutuhan primer, penggunaan media sosial kurang disikapi dengan bijak. Seperti video seorang guru yang sedang menari-nari terlalu aktif dan tidak pada tempatnya, mengunggah foto dengan berbagai gaya yang kurang layak untuk seorang pendidik, dan menulis kata-kata yang kurang pantas, sehingga ketika seorang guru itu dituntut untuk digugu dan ditiru, rasanya tidak etis dilihat oleh masyarakat apalagi peserta didik jika hal-hal di atas dilakukan. Tentu ini bukanlah untuk mencari-cari kesalahan para pendidik, tetapi alangkah bijaknya jika hal di atas kita hindari dan bersikap sewajarnya dengan mengingat identitas kita adalah seorang pendidik.

Lalu bagaimana dengan guru yang belum sama sekali mengenal dunia teknologi? Gagalkah dalam mengajar? Tentu tidak serta merta divonis seperti itu, tetapi alangkah baiknya jika dari sekarang kita mulai untuk membuka diri dan wawasan kita, untuk mulai belajar dan menerima perubahan zaman yang semakin canggih. Bukan hanya untuk diri pendidik sendiri, tetapi ada peserta didik yang selalu siap sedia mendengar cerita-cerita kita tentang betapa luas dunia ini dan dapat dijelajahi dan digenggam hanya dengan membuka informasi seluas-luasnya melalui teknologi. Mari kita bagikan ilmu dengan peserta didik dengan maksimal, memanfaatkan teknologi yang ada, bersikap open minded, tidak malu bertanya, tidak merasa selalu tua dalam belajar, karena proses belajar adalah sepanjang hayat. Profesi seorang guru itu mulia dan keren, tentunya akan lebih keren lagi jika guru-guru Indonesia melek teknologi.

Mari kita berjalan bersama dengan satu tujuan untuk memajukan negeri ini. Sumbangsih kita ditunggu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana yang tertuang dalam salah satu cita-cita bangsa Indonesia pada Pembukaan UUD 1945. Mari kita bersinergi, merubah hal-hal negative menjadi positif, bersedia menampung ilmu untuk dibagikan, tidak menutup diri dari terjangan globalisasi, berubah ke arah yang lebih baik. Kita berikan hadiah terindah untuk negeri ini, Indonesia tercinta.

Selamat Hari Guru untuk seluruh guru hebat di penjuru tanah airku, Indonesia.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap dan menginspirasi banget Pak

30 Jan
Balas



search

New Post