
Guruku Kami Beragam
Oleh Wawansetiawan, M.Pd. Gr (SDN 01 Sriwijaya, Kec. Blambangan Umpu)
Peserta didik yang ada di dalam kelas merupakan individu yang unik dan berbeda satu dengan yang lainya alias beragam. Sebagaimana pesan yang disampaikan oleh Pak Mentri Pendidikan Nadim Anwar Makarim atau yang lebih kita kenal dengan Nadim Makarim pada saat peringatan hari guru 25 November 2019 salah satu isi pidato yang beliau sampaiakan yaitu “Anda tahu bahwa setiap anak memiliki kebutuhan berbeda, tetapi keseragaman telah mengalahkan keberagaman sebagai prinsip dasar demokrasi”.
Pesan tersebut seolah mengisyaratkan bahwa ada kesalahan yang selama ini berlangsung pada sistem pembelajaran di sekolah. Dimana peserta didik di anggap sama sehingga mereka diseragamkan dengan materi pelajaran yang sama, proses pembelajaran yang sama, dan diukur dengan alat ukur yang sama. Padahal mereka memiliki potensi yang berbeda. Seharusnya mereka diperlakukan dengan cara yang berbeda dan diukur dengan cara yang berbeda.
Terdapat beberapa macam kecerdasan yang kita kenal dengan istilah multiple intelligence. Dimana setiap manusia memiliki kecerdasan yang berbeda-beda. Menurut Dr. Howard Gardner (1983) seorang guru besar di bidang psikologi dan pendidikan dari Harvard University terdapat delapan macam multiple intellegence, yaitu (1) kecerdasan linguistik (bahasa), (2) kecerdasan logika (matematika), (3) kecerdasan visual spasial (imajinasi), (4) kecerdasan musical (musik), (5) kecerdasan kinestik (otak dan tubuh), (6) kecerdasan interpersonal (antara pribadi), (7) kecerdasan intrapersonal (intropeksi), (8) kecerdasan naturalis (alami).
Dari delapan kecerdasan tersebut setiap anak memiliki kecerdasan yang berbeda-beda. Sehinggga dalam proses belajar tidak bisa di samakan antara anak yang satu dan anak yang lain. Cara pemberian perlakuannya pun seharusnya berbeda sesuai kecerdasan yang dimiliki oleh anak tersebut. Seorang anak yang jago olahraga dan mampu berprestasi pada tingkat nasional apakah dia dapat kita katakan bodoh ketika dia tidak mampu mengerjakan soal matematika? Atau sebaliknya seorang anak yang jago matematika dan meraih juara olimpiade di tingkat internasional dapat kita katakana bodoh ketika tidak bisa bermain sepak bola? Tugas guru adalah melihat dan mengoptimalkan kecerdasan yang dimili anak agar tumbuh dan berkembang sesuai kecerdasan yang dimiliki.
Hal tersebut menjadi refleksi bagi guru untuk bisa melihat bahwa peserta didik kita beragam dalam kecerdasan yang mereka miliki. Sehingga tidak ada peserta didik yang bodoh. Semua peserta didik yang ada di kelas adalah pintar sesuai dengan potensi kecerdasan yang dimilikinya.
Selain perbedaan multiple intellegence setiap peserta didik juga memiliki gaya belajar yang beragam. Gaya belajar seseorang adalah kombinasi bagaimana ia menyerap, dan kemudian mengatur serta mengolah informasi (DePorter dan Hernacki, 2010). Menurut Bobbi De Porter dalam Quantum Learning disebutkan bahwa gaya belajar ada 3 macam, yaitu (1) visual gaya beajar dengan cara melihat, (2) auditorial adalah gaya belajar dengan cara mendengar, dan (3) kinestetik adalah gaya belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh.
Melihat perbedaan gaya belajar tersebut seorang guru harus jeli terhadap kecendrungan belajar murid-muridnya. Guru harus menggunakan berbagai pendekatan dan media pembelajaran secara maksimal agar peserta didik dengan perbedaan gaya belajarnya dapat belajar sesuai gaya mereka dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Peserta didik dengan gaya belajar melihat ia akan dapat dengan mudah memahami materi pelajaran dengan melihat gambar atau video. Peserta didik dengan gaya belajar mendengar dengan mendengar penjelasan guru mungkin ia sudah dapat memahami materi. Peserta didik dengan gaya belajar kinestetik ia akan mudah memahami materi pelajaran dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh. Ketika guru mampu melaksanakan proses pembelajaran dengan memperhatikan gaya belajar yang dimiliki oleh peserta didiknya maka proses pembelajaran akan terasa menyenangkan dan peserta didik akan mudah menerima materi pelajaran yang diajarkan oleh guru.
Semoga dengan melihat peserta didik sebagai individu yang beragam. Pembelajaran yang kita laksanakan pembelajaran akan menjadi suatu proses yang menyenangkan bagi peserta didik dan dapat menghantarkan mereka menjadi manusia yang tumbuh dan berkembang sesuai potensi kecerdasan yang mereka miliki.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Gaya belajar siswa memang beragam ya pak
Begitulah kirakira Bu, kegiatan PGRI di kabupaten kami Bu,salam kenal
Assalamualaik. Lam kenal pak, sudah saya follow, follow back ya. Salam literasi
Waalaikumsalam ya pak terimakasih,salam kenal pak..