Aan Nurchayati, M.Pd

Berjuang demi cita-cita itu tidak mudah jendral....

Selengkapnya
Navigasi Web
Bayang-bayang Iblis Kampung (Part 7) Tamat

Bayang-bayang Iblis Kampung (Part 7) Tamat

by : ANA

Bu Rofi melihat ke arah gudang yang ditunjukkan suaminya. Tampak Ibu mertuanya tengah berdiri berhadapan dengan sesosok makhluk yang menakutkan. Tapi, sosok itu begitu tenang.

"Aku tegaskan ke kamu sekali lagi, jangan ganggu keluarga kami. Kalau tidak ingin kamu hancur di tempat ini." ujar Nenek Mawar berapi-api.

Makhluk sebangsa jin itu hanya diam terangguk-angguk. Bu Rofi mengucek matanya untuk memastikan bahwa yang dia lihat itu benar. Tiba-tiba dia pergi setengah berlari menuju rumah yang pernah didatangi pagi buta. Dimana dia melihat seekor ayam camani diikat kedua kakinya.

"Bi, bibi... Ayam camani ini buat apa? Siapa yang Bibi sedang pedaya?" tanya Bu Rofi memegang seekor ayam yang dia ambil dari kandang belakang rumah kepada wanita paruh baya yang dipanggil Bibi.

"Kaa...kamu. Ngapain kamu datang dan mengambil ayamku?" Si Bibi menjawab dengan terkejut.

"Bi, kamu pikir Aku tak tahu? Kamu sudah mengirim makhluk aneh ke rumah kami. Memata-matai kami, mengganggu dan mencelakakan kami. Selama ini Aku diam. Karena Aku tak mau dianggap memfitnah. Tapi dari mimpi, dan fakta yang ada serta pengakuan makhluk yang kamu kirim, semakin memberanikanku mengungkap semua kejahatanmu yang terselubung." ujar Bu Rofi dengan emosi.

"Kamu ingin nyawaku? Yang cuma karena kesalah pahaman kita dengan praktek perdukunanmu, kamu tega menyakiti kami? Anakku hampir mati, Aku bahkan menahan sakit bisul pasir yang ditebar. Apa untungnya jika Aku mati?" teriak Bu Rofi makin tinggi.

"Paling tidak kalau kamu mati, tak ada yang menggangguku." ujar wanita itu datar.

"Apa selama ini Aku pernah mengganggu? Apa ada tamumu yang Aku cegah buat datang kepadamu?" tanya Bu Rofi sengit.

"Memang tidak. Tapi ketidak percayaanmu pada kemampuanku yang menggangguku. Sekarang pergi kamu dari rumahku. Kalau ingin selamat dan lepas dari pengaruh ilmuku, bawa anakmu kesini." seru wanita separuh baya itu dengan ambisi.

Bu Rofi pergi dan terus membawa ayam yang dia ambil. Sampai dirumah sudah hampir maghrib. Ibu mertuanya melihat Bu Rofi dengan penuh tanya. Tatapannya nanar memandang ayam camani ditangan menantunya.

"Jangan kamu apa-apakan ayam itu." pesan Nenek Mawar.

"Memang kenapa, Bu?" tanya Bu Rofi masih mashgul.

"Masih terhubung ke jiwa Mawar." ungkap sang Nenek.

Pak Kardi mendatangi Bu Rofi dan meminta ayam itu. Waktu semakin bergulir. Adzan maghrib berkumandang. Mawar yang sedang membawa adiknya bermain di halaman rumah tetangga yang sekaligus kerabatnya pun pulang dengan menuntun sang adik.

Mereka tumbuh besar dalam didikan yang berbeda. Mawar lebih banyak diasuh Nenek dan saudara Bapaknya. Sementara Melati tak pernah jauh dan berpisah dari kedua orang tuanya. Apa yang menjadi masalah kedua orang tuanya Mawar hampir tak pernah tahu.

Malam itu Mawar sholat berjama'ah dengan kedua orang tuanya. Saat mengerjakan sholat isya, Mawar menjerit dan menangis ketakutan di raka'at kedua. Pak Kardi selaku imam terkejut. Bu Rofi yang berdiri disampingnya tak kalah terkejut.

Mawar meronta-ronta ketakutan. Tangannya mencoba mengibas-ngibaskan sesuatu. Kakinya dia hentakkan seolah ingin menjauhi sesuatu yang hinggap di kakinya.

"Mawar, ada apa kamu?" Pak Kardi bertanya pada anaknya.

"Paak, Bu... tolong Mawar. Ada tangan-tangan yang keluar dari dalam tanah lantai ini. Bapaak... ini.. itu... banyak sekali." Mawar terus meronta dan membuka Mukenanya yang sudah diraih tangan yang dia maksud.

Pak Kardi langsung menuju meja makan. Dituangnya air putih kedalam sebuah gelas. Dia lafadzkan doa dan ayat kursi. Sementara Bu Rofi mengambil tasbih yang menggantung di paku dekat tiang pintu. Dia kibaskan tasbih itu ke dekat kaki Mawar. Semakin lama Mawar semakin ketakutan. Bahkan, kini dia mulai meronta-ronta berusaha melepaskan tubuhnya dari dekapan sesuatu.

"Pergi... pergiii kalian. Aaah... Bapak. Ibu tolong Aku." jerit Mawar terus menerus.

Pak Kardi langsung meminumkan air kepada Mawar. Membasuh wajahnya dan memercikan air itu sedikit ke sekeliling tubuhnya. Mawar sedikit tenang. Dipeluknya anak sulungnya dengan penuh haru.

"Paak, Mawar takut. Tangan-tangan itu keluar dari lantai berusaha menarik Aku ke dalam. Banyak sekali." tutur Mawar sambil terisak.

"Pak, apa kita bawa saja Mawar ke rumah Bi Cemple." usul Ibu Rofi.

"Maksudnya? Ibu sekarang percaya dia bisa mengobati orang sakit?" Pak Kardi bertanya penuh menyelidik.

"Bukan. Tapi itulah yang di ucapkannya tadi sore. Jika ingin selamat kita harus bawa anak kita kesana." Bu Rofi menjelaskan.

"Ya sudah, kita coba saja, Bu." tanggap Pak Kardi.

Setelah berbenah, mereka bertiga pun pamit pada Nenek. Mawar berjalan diantara kedua orang tuanya. Tapi, pandanganya selalu ke belakang dan terus menjerit ketakutan. Mawar bilang pada Bapak dan Ibunya, bahwa makhluk aneh mengikuti mereka dari belakang. Bahkan, yang mengiringi mereka bukan hanya satu dua. Tapi Puluhan.

Suasana desa yang gelap dan sepi ditambah hujan yang rintik-rintik membuat suasana semakin membuat bulu kuduk merinding. Setiap melewati tempat yang gelap dan terkesan angker, Mawar menutup matanya. Kedua orang tuanya terus berdzikir dan membaca surat-surat pendek.Cahaya lampu jalanan hampir tak membantu penglihatan mereka. Senter yang di bawa Pak Kardi hanya mampu menerangi langkah kaki saja.

"Pak, banyak banget yang mengikuti kita. Yang ada didepan kita juga sedang menatap kita. Mawar takut." lirih Mawar pada Bapaknya.

"Sabar, sebentar lagi kita sampai." ujar Pak Kardi.

"Bu, Ibu tidak lupa bawa gunting, pangle dan tasbih kan?" Pak Kardi mengalihkan pembicaraan pada istrinya. Disudut hatinya, Pak Kardi juga khawatir pada istrinya yang tengah hamil tua. Dia yakin, apa yang dilihat Mawar benar adanya. Makhluk ghaib yang mengikuti mungkin sebagian karena tertarik dengan harum tubuh istrinya yang tengah hamil.

Waktu masih menunjukkan pukul 8 malam sebenarnya. Tapi, Desa itu terkenal dengan istilah kampung matinya. Karena lepas maghrib tak ada satu pun orang keluar. Listrik juga belum terpasang secara merata. Rumah-rumah masih jarang jaraknya. Pohon-pohon besar seperti beringin, bambu, melinjo, dan asem masih banyak ditemukan ditiap jengkal tanah. Dan keberadaan desa itu yang jauh dari perkampungan lainnya menambah suasana seperti desa itu adalah desa ditengah hutan.

Semakin dekat ke rumah yang hendak dituju, sinar lampu semakin membantu jarak pandang. Hujan masih gerimis kala keluarga Pak kardi tiba diteras rumah Bi Cemple.

Sebelum pintu diketok, Bi Cemple sudah keluar membukanya. Dengan senyum menunjukkan kemenangan, dia merasa senang dengan kehadiran keluarga Pak kardi.

"Akhirnya kalian datang juga." sambutnya seolah meledek.

Pak Kardi dan Bu Rofi berpandangan. Mawar diam terfana dengan sedikit tenang. Mawar tidak lagi melihat makhluk aneh yang mengikuti mereka sejak tadi. Kini, mereka sudah didalam rumah Bi Cemple. Rumah yang dingin dan aura mistisnya benar-benar terasa.

Bi Cemple mengadakan ritual khusus untuk mencabut jiwa Mawar yang tertanam di ayam camani. Bahkan, Bu Rofi pun merasakan tubuhnya begitu ringan ketika sesuatu ditarik dari sebuah boneka. Wanita yang hampir uzur itupun berkata, bahwa mereka kini bebas. Tidak akan ada lagi yang membuat Mawar lumpuh disetiap malam selasa dan sabtu. Tidak ada lagi yang membuat sakit ditubuh Bu Rofi. Tidak akan ada lagi yang membayang-bayangi rumah mereka.

Sampai Bu Rofi melahirkan memang sudah tidak ada kejadian-kejadian aneh lagi dirumah tua keluarga Pak Kardi. Bahkan, kelahiran seorang bayi laki-laki itu membuat keluarga Pak Kardi bahagia. Disaat yang bersamaan, keluarga besar Bu Rofi yang dulu memusuhinya kini sudah menunjukkan keharmonisan kembali. Mereka datang dan menjenguk bayi mereka setiap saat. Mawar pun sudah tidak sakit-sakitan dan melihat yang aneh lagi. Dari kuntilanak, manusia berkepala binatang, harimau jadi-jadian, babi, dan jin bertubuh hitam menakutkan. Seminggu setelah adiknya lahir, Mawar pamit untuk pergi merantau ke kota besar.

TAmaT

Doyong Atas, 22 Januari 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post