Tantangan Hari Ke - 14

#TantanganGurusiana

by : ANA

Keringatnya Roy mulai keluar. Emosinya mulai bergemuruh tidak karuan. Matanya terbelalak kaget melihat sosok yang ditunjuk oleh Hana yang masih berbaring tak bergerak.

“Pergi. Kamu jangan ganggu keluargaku. Tempat kita sudah berbeda. Alammu sudah bukan disini. Apa yang kamu inginkan dari kami?” Roy terus berkata-kata sendiri.

Sesosok lelaki berperawakan sedang dengan kain kafan masih menempel di badannya, sudah tak terlihat. Entah bayangan atau memang itu adalah penampakkan yang benar-benar nyata. Tapi, jelas pasangan suami istri Hana dan Roy bisa melihatnya.

Jam dinding berdentang membuat keduanya tambah terkejut. Suaranya yang nyaring di keheningan malam membuat suaranya begitu menyeramkan. Sungguh pengalaman yang membuat Hana dan Roy sangat syock dan tak habis pikir. Apa sebenarnya yang terjadi?

Bukan tanpa alasan dan sebab, kejadian malam menakutkan buat Hana dan Roy terjadi. Enam hari sebelumnya, seorang tetangga rumahnya meninggal dunia. Tepat dihari sabtu, saat semua perhatian tak ada yang tertuju kepada rumah yang berada tepat di depan rumah Hana beberapa meter. Bahkan, Hana sendiripun sedang tidak ingat memiliki seorang tetangga yang sedang sakit. Karena suaminya tiap malam yang menemani dan menjenguk.

Menurut Hana, sudah cukup perwakilan dari keluarganya yang menjenguk dan peduli pada Bimbim yang sakit liver. Setiap hendak berobat kemana pun, Roy lah yang membawa dan mengantarnya dengan mobil mereka. Semua karena kekerabatan dan kemanusiaan.

Hari itu, saat Bimbim meninggal dunia, Hana sudah punya janji dengan beberapa teman kerjanya untuk latihan membuat kue bersama. Saat Hana menunggu kedatangan teman-temannya, seorang tetangga lain yang sudah berada di rumah Bimbim memanggilnya.

“Bu Hana, Bu Hana, Bimbim meninggal, Bu.” teriak Suketi memanggil Hana dengan tergopoh.

Spontanitas, Hana pun mendatangi rumah duka. Dan jenazah sudah ditangani seorang laki-laki yang kebetulan sedang mengaji dirumah duka. Segurat wajah kesakitan terlihat dari jenazah. Beberapa wanita yang ada disitu, sedang mencoba menyadarkan Ibu Bimbim yang pingsan. Hana ikut membantu. Tak berapa lama, para tetangga lain banyak yang hadir dan sudah mulai berkemas mengurusi jenazah almarhum. Hana pun kembali pulang karena teman-temannya sudah datang dan untuk menuju ke rumah Hana, mereka pun harus melewati rumah duka.

Setelah berkumpul, Hana dan keempat temannya mengobrol dan bersenda gurau di dapur. Setelah mempersiapkan bahan dan tempat, mereka dengan riang gembira praktek membuat kue bersama. Tapi, anehnya tak satu pun kue yang mereka buat sesuai resep dan langkah yang biasa Hana gunakan berhasil. Semua bantat dan gagal.

“Han, lo lagi haid ya? Kok tadi lo datang ke rumah yang meninggal sih? Tanya Rika mengingatkan Hana.

“Oh, iya. Gue lagi haid, Rik. Gue lupa. Gue juga gak ganti baju dan mandi ya tadi?” Hana balik bertanya dan mengingat-ingat.

Menurut orang tua Hana di kampung, ketika ada yang meninggal kita ngelayat, maka pulangnya harus mandi dan berganti pakaian. Apalagi jika wanita haid. Tidak diperbolehkan untuk berta’jiah. Entah mitos atau kenyataan, hal itu memang tidak boleh. Agar setan yang menyerupai jenazah tidak mengganggu.

“Bruuuk…!” pintu kamar mandi menutup seperti dibanting seseorang yang tengah marah. Hana dan kawan-kawan yang berada tepat di hadapan kamar mandi dapurnya terkejut dan saling memandang satu sama lain. Suasana tiba-tiba menjadi dingin dan hening. Mereka bangkit dan berlari ke ruang tamu.