Tantangan hari ke - 5

#TantanganGurusiana

by : ANA

Sudah tiga kali berkeliling bolak balik di jalan makam pahlawan Taruna. Mengikuti mbah google map yang terus memberi petunjuk sesuai keinginannya. Dan herannya Aku ikuti saja walau bertentangan dengan hati.

Putaran ke empat, Aku bertanya pada setiap orang yang kulewati. Tujuannya satu. Lapas Wanita IIA Kota Tangerang. Dan sekian orang yang menunjukkan arah akan berakhir ditempat yang salah.

Setelah lelah dan akhirnya hampir putus asa, diputaran ke lima akhirnya Aku ambil arah yang benar dan ada orang yang benar-benar paham tujuanku. Ternyata, mbah google tak salah. Orang yang Aku tanya pun gak keliru. Mereka benar-benar menunjukkan Lapas. Bedanya bukan lapas yang Aku tuju.

Tiba di Lapas dan melakukan laporan pada sang penjaga, akhirnya bisa datang juga. Para peserta pelatihan sudah berkumpul dan menunggu. Acara pun segera dimulai.

Jujur, seumur hidup baru kali pertama berkunjung ke lapas. Ini pengalaman pertama yang berani kuambil menerima tawaran seorang teman untuk mengajar berbagi ilmu disana. Aku pikir penghuni lapas seram-seram. Para penjahat yang harus dihukum berat dan diasingkan dari keluarga besar dilapas. Ternyata, wajah mereka tak ada yang menakutkan. Lebih kearah takjub malahan.

Tampilan mereka cantik. Tidak sedikit yang malah terlihat lux. Ada beberapa yang kuajak ngobrol hampir rata kasusnya adalah narkoba. Sebagai penjual ataupun pemakai. Tapi ada juga yang karena kasus beradu emosi dengan kekasih gelap mantan pacar. Mendengar cerita mereka yang sampai akhirnya terkesan mengeluh, sebenarnya mereka ingin rasanya berteriak. Berontak dan pergi dari tempat itu.

Lapas disini tak seperti sel tahanan yang tergambar di film-film. Tapi, lebih kepada seperti wisma orang yang dikarantina. Sebagian penghuni dilapas ini dididik dan dibekali agama menurut kepercayaan masing-masing, diberi keterampilan untuk bekal hidup setelah keluar dari lapas. Hampir 80% dari penghuni disini adalah anak gadis atau remaja.

Mengajar mereka berbagi ilmu yang Aku punya bukan hal mudah. Karena dituntut untuk bisa memberikan hal yang bermanfaat. Syukurlah, hari pertama Aku datang mereka senang. Mereka sangat berterimakasih sekali atas apa yang sudah diajarkan hari ini. Semangat mereka begitu terlihat dari ucapan terima kasih dan ungkapan sayang padaku dan team yang Aku bawa.

Mereka bukan penjahat gaes. Mereka hanya salah pengasuhan. Mereka juga dampak tekanan ekonomi. Kata mereka, saking sulitnya dan jarangnya bertemu orang baik, maka segala macam cara mereka gunakan untuk bisa mendapatkan uang termasuk menjual barang haram itu. Ada yang di vonis 5 tahun dan ada juga yang seumur hidup. Tergantung kasus yang menjerat mereka.

Guys, kadang kita memandang rendah mereka. Padahal, kita sendiri tak bisa membantu mengeluarkan mereka dari kesulitan hidup. Andai sedikit saja ada rasa empati dalam diri orang lain, terutama yang membutuhkan bantuan kita, maka kita akan selalu dapat dihargai dan tercatat sebagai orang baik. Tak ada yang namanya para narapidana. Mereka memutuskan itu, hanya karena keadaan.

Yang paling parah, jika kesalahan mereka sebagai rakyat kecil tak seberapa, dihukum dengan berat, sementara para elite politik yang banyak korupsi atau berbuat jahat dihukum cuma alakadarnya saja. Ini di Negara mana ya berlaku seperti itu?

Tangerang, 11 Februari 2020