Aan SIti Nurhasanah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA KARTU HURUF DI KELOMPOK B TK NEGE

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA KARTU HURUF DI KELOMPOK B TK NEGERI MITRA KENCANA

Aan Siti Nurhasanah

Program Pendidikan Profesi Guru (PPG)

Universitas Muhammadiyah Cirebon

Email

[email protected]

Abstrak

Masa depan sebuah bangsa ditentukan masa pendidikan seorang anak. Pendidikan yang diterima anak saat usia dini membentuk pribadi seorang dewasa dimasa mendatang. Baik buruknya masa depan bangsa didasari dari kualitas pendidikan (Herlina, 2019). Guru sebagai pendidik yang menyiapkan pembelajaran juga memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Pembelajaran yang di berikan tanpa makna, tak memberi bekas pada pikiran dan hati anak. Kesiapan seorang anak untuk melanjutkan ke jenjang SD, yang paling penting adalah memiliki kemampuan membaca. Sedangkan di TK, hanya memberikan stimulasi tentang kesiapan belajar membaca. Berbahasa anak ditujukan untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi secara verbal dan tulisan melalui simbol (Pertiwi, 2016). Sebenarnya tanpa disadari, seorang guru telah sering melaksanakan PTK. Hanya saja tidak dikemas dalam sebuah tulisan karya ilmiah, dan tidak dipublikasikan. Sehingga temuan temuan berupa inovasi pembelajaran kurang dikenal (Fitria, 2019). Prinsip dalam pelaksanaan PTK berdasarkan kegiatan nyata dalam situasi rutin diawali dengan refleksi. Situasi rutin pembelajaran tiada ada perubahan dalam pelaksanaan peneltian. Pembelajaran di kelas dilakukan sesuai dengan pelaksanaan hari hari biasa. Namun dilengkapi dengan langkah perbaikan. Penggunaan media kartu huruf dalam pelaksanaan perbaikan dapat meningkatakan kemampuan membaca permulaan pada anak PAUD Atangki Yepserep. Anak yang pada awlanya tidak mengetahui bentuk dan bunyi sebagai ketrampilan daar membaca. Mendapat stimulasi saat bereksplorasi dengan kartu huruf dengan mencoba berulangkali tanpa takut salah. Pelaksanaan siklus 1 belum menampakkan hasil perbaikan karena pelaksanaan pembelajaran berkelompok. Hal ini dicatat sebagai kelemahan dalam pembelajaran siklus 1. Pada siklus 2 perbaikan dilakukan dengan mengubah tempat duduk dan pembelajaran dilaksanakan secra individu. Sehingga setiap anak memiliki waktu dan kebebasan untuk menggunakan kartu huruf dalam kegiatan mencari huruf vokal, menusun dan menunjuk kata sebagai ketrampilan membaca. Pada siklus 2 capaian pembelajaran BSH adalah 85 % dari seluruh jumlah siswa dan dinyatakan berhasil.

Kata Kunci : Membaca, Kartu Huruf, anak usia dini

PENDAHULUAN

Pendidikan anak usia dini, merupakan layanan Pendidikan yang di berikan mulai usia 0 – 6 tahun. Setiap kelompok usia memiliki bentuk layanan yang berbeda. Pendidikan usia dini adalah layanan Pendidikan yang diberikan di Kelompok B yaitu 900 menit per minggu , dapat dilakasanakan dalam 5 atau 6 hari dalam sepekan. Kegiatan pembelajaran juga lebih di fokuskan pada perekembangan dan pertumbuhan dengan cara bermain. Pendekatan pembelajaran dengan bermain, dilengkapi dengan media beragam.

Masa depan sebuah bangsa ditentukan masa pendidikan seorang anak. Pendidikan yang diterima anak saat usia dini membentuk pribadi seorang dewasa dimasa mendatang. Baik buruknya masa depan bangsa didasari dari kualitas pendidikan (Herlina, 2019). Guru sebagai pendidik yang menyiapkan pembelajaran juga memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Pembelajaran yang di berikan tanpa makna, tak memberi bekas pada pikiran dan hati anak.

Bahasa adalah kemampuan dasar bagi anak usia dini untuk berkomunikasi dan mendapatkan informasi. Kemampuan bahasa terdiri dari kemampuan behasa resptif, ekspresif dan keaksaraan. Ketiga kemampuan ini dapat terlihat pada kegiatan menyimak, membaca dan berbicara. Membaca menjadi salah satu tolak akur keberhasilan pembelajaran di PAUD. Kemampuan anak membaca sangat diharapkan orang tua sebagai kesiapan masuk SD. Pemahaman masyarakat anak yang pintar membaca anak yang pintar. Bahkan menjadi kebanggan tersendiri bagi Lembaga ataupun orang tua.

Kegiatan membaca bagi anak usia dini merupakan kegiatan membaca yang dapat memberikan informasi untuk dirinya kegiatan membaca bukan hanya membaca tulisan, tetapi membaca gambar dan membaca simbol. Kegiatan membaca untuk mendapatkan informasi bagi anak usia dini. Belajar membaca yang dilakukan di TK saat ini lebih banyak menggunakan metode fonik. Pengenalan bunyi beragam suku kata tanpa mengeja dan tanpa mengenalkan nama huruf (Ramadanti, 2021).

Kegiatan membaca pada anak usia dini diawali dengan mengenalkan bunyi huruf konsonan, bunyi huruf vokal, dan bunyi huruf gabungan antara huruf konsonan dan huruf vokal. Membaca lambang huruf juga perlu dikenalkan kepada anak usia dini karena untuk membedakan bunyi-bunyi huruf, seorang anak harus mengenali bentuk sebagai simbol huruf tersebut.

Kesiapan seorang anak untuk melanjutkan ke jenjang SD, yang paling penting adalah memiliki kemampuan membaca. Sedangkan di TK, hanya memberikan stimulasi tentang kesiapan belajar membaca. Berbahasa anak ditujukan untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi secara verbal dan tulisan melalui simbol (Pertiwi, 2016).

Orang tua berharap, setelah anak belajar di PAUD, memiliki kesiapan melanjutkan ke jenjang SD. Salah satu nya adalah bisa membaca. Hal ini menuntut guru dapat merancang , menyelanggarakan pembelajaran yang dapat menstimulasi kemampuan membaca anak. Pembelajaran diselenggarakan dengan suasana menyenangkan dan bermakna dilengkapi dengan media. Media yang di gunakan disesuaikan dengan metode dan kebutuhan belajar.

Penggunaan media kartu huruf dalam kegiatan perbaikan di PAUD Atangki Yepserep diharapkan mampu meningkatkan kemampuan bahasa anak di kelompok B dalam kegiatan membaca. Kartu huruf adalah media yang terbuat dari kertas dan memiliki ciri bertuliskan huruf-huruf yang memudahkan anak untuk memegang, melihat dan menirukan bentuk huruf tersebut.

Perkembangan kemampuan membaca permulaan di TK Negeri Mitra Kencana, saat ini dinilai sangat rendah. Hal ini nampak dari kemampuan anak dalam mengenali bunyi huruf dan lambang huruf. Kemampuan membaca dapat memepengaruhi perkembangan anak. Anak yang pandai membaca lebih percaya diri dan mudah bergaul. Hal ini dapat dilihat dari cara anak berkomunikasi memiliki banyak suku kata. Anak yang bisa membaca juga memiliki kemampuan bercerita yang baik.

Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan kemampuan membaca dengan menggunakan media kartu huruf. Dalam penelitian ini guru juga dilatih untuk meningkatkat kompetensi guru dalam menyiapkan pembelajaran yang berkualitas.

Manusia sebagai makhluk sosial memerlukan bahasa untuk dapat berkomunikasi. Bahasa merupakan suatu sistem simbol untuk berkomunikasi dengan orang lain meliputi daya cipta dan sistem aturan titik dengan daya cipta tersebut manusia dapat menciptakan berbagai macam kalimat yang bermakna dengan menggunakan seperangkat kata dan aturan yang terbatas. Dengan demikian bahasa pada manusia merupakan upaya kreatif yang tidak pernah berhenti. Sistem simbol yang teratur dan dapat mentransfer berbagai ide maupun informasi yang terdiri dari beragam simbol visual maupun verbal merupakan bagian dari bahasa. Simbol-simbol visual biasa dilihat, ditulis, dan dibaca menggunakan panca indra titik sedangkan simbol-simbol verbal biasa didengar dan diucapkan sehingga terjalin proses komunikasi dan menyampaikan informasi. Kegiatan memanipulasi simbol-simbol tersebut merupakan proses berbahasa pada anak, (Bromley,1992).

Sistem simbol dalam bahasa ditandai oleh adanya daya cipta dan sistem aturan yang meliputi fonologi komah morfologi, sintaksis semantik, dan pragmatik. Fonologi adalah Kegiatan belajar mengenal beragam bunyi bahasa. Adanya ketentuan fonologis menyebabkan beberapa aturan bunyi tertentu dapat terjadi seperti sp, ba, ar, sedangkan urutan bunyi seperti zx dan qp tidak dapat terjadi. Morfologi merupakan acuan kombinasi dari morfem. Morfem merupakan rangkaian bunyi-bunyian terkecil yang memberi makna pada apa yang kita ucap dan didengarkan. Setiap kata dalam bahasa Inggris terdiri dari lebih satu atau lebih morfem. Beberapa kata terdiri atas 1 morfem tunggal misalnya teach sedangkan yang lain meliputi lebih dari satu morfem misalnya teacher memiliki dua morfemtis plus er dimana morfem er berarti orang yang dalam hal ini mengajar namun demikian tidak semua morfem merupakan kata misalnya present dan ing. Dengan adanya ketentuan yang mengatur morfem rangkaian bunyi terjadi pada urutan tertentu.

Adanya hubungan antara 4 aspek bahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis :

- Literatur adalah hal yang sangat penting dalam kegiatan bahasa yang memberikan kontribusi besar pada 4 aspek bahasa

- Menggunakan dan mempelajari bahasa secara alamiah dapat dilakukan seiring dengan mempelajari bidang lain seperti ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, dan matematika

- Guru memberikan bahasa pada anak disesuaikan dengan potensi dan kebutuhan anak karena anak belajar dengan cara dan kecepatan yang berbeda

- Membaca sangat penting dalam kehidupan manusia. Hampir seluruh kegiatan dalam aktifitas sehari -hari memerlukan kemampuan membaca. Dengan membaca, manusia dapat memahami banyak hal. Membaca juga merupakan modal yang mempelajari ilmu-ilmu lain. Manusia perlu memiliki kemampuan membaca dengan perkembangan teknologi informasi menuntut dukungan budaya baca tulis. Perlu ditumbuhkan minat dan kesukaan untuk membaca sejak dini. Apakah usai dini sudah bisa diajarkan membaca? Jawaban pertanyaan ini sebenarnya kurang jelas. Ada sebagian pendapat yang menyatakan bahwa membaca dan menulis baru diajarkan pada saat anak sudah di SD, tetapi banyak juga ahli yang menyatakan bahwa membaca menulis harus distimulasi sejak dini.

Membaca merupakan kegiatan yang sangat penting bagi anak. Kemampuan anak membaca mendukung mereka untuk mencintai bacaan dan menyukainya sehingga mereka dapat menumbuhkan rasa gemar membaca. Kemampuan anak membaca ditentukan oleh pengetahuan ragam bunyi dan kata yang dimiliki anak. Kegemaran membaca yang harus dikembangkan sejak dini bisa diawali dengan meningkatkan kemampuan anak berbicara dan menyimak. Hal ini senada dengan pendapat montesari yang menyatakan bahwa usia 4 sampai 5 tahun sudah dapat diajarkan membaca dan menulis namun dengan kegiatan permainan yang menyenangkan bagi anak. Kemampuan membaca setiap anak dapat mendukung tercapainya tingkat intelektual sehingga anak usia 5 sampai 6 tahun mencapai tingkat intelektual yang lebih tinggi dibanding teman-teman sebayanya.

Membaca merupakan keterampilan yang kompleks dengan melibatkan kemampuan seorang anak untuk dapat mengenali simbol huruf, bunyi suku kata dan kata serta menarik kesimpulan makna dari bacaan tersebut, (Anderson,dkk.1985). Proses membaca adalah sebuah proses untuk memahami makna sebuah tulisan. Anak yang memiliki kemampuan membaca akan dapat menyampaikan inti atau makna dari suatu bacaan dengan bahasanya sendiri. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan membaca terkait dengan pengenalan huruf atau aksara, bunyi dari huruf atau rangkaian huruf-huruf, dan makna atau maksud serta pemahaman terhadap makna atau maksud berdasarkan konteks bacaan.

Dasar-dasar kemampuan membaca diperlukan agar anak berhasil dalam membaca maupun menulis. Seperti dikemukakan oleh Miller bahwa sebelum anak diajarkan membaca perlu diketahui terlebih dahulu anak sudah siap diajarkan membaca. Hasil penelitian yang menunjukkan stimulasi kesiapan membaca di PAUD berdampak pada kegiatan membaca di SD.

Kemampuan kesiapan membaca diawali dengan kemampuan membedakan auditorial. Yaitu kemampuan memahami suara atau bunyi yang ada di lingkungan mereka. Anak harus memahami beragam bunyi dan kontras suara membedakan suara-suara huruf dalam alfabet, terutama suara-suara yang dihasilkan oleh gabungan huruf konsonan dan huruf vokal sebagai suku kata.

Kemampuan auditorial ini bisa didukung mengenalkan huruf vokal pada awal kesiapan membaca. Vokal merupakan huruf yang memiliki nama dan bunyi yang sama. Kemampuan selanjutnya adalah kemampuan diskriminasi visual. Kemampuan ini anak belajar memahami objek atau pengalaman melalui gambar dan foto, lukisan serta pantomim. Anak belajar melakukan identifikasi warna dasar dan bentuk geometris dan mampu menggabungkan objek berdasarkan warna bentuk atau ukuran. Kegiatan ini biasa dilaksanakan melalui kegiatan menyusun puzzle, melengkapi gambar, menyusun bentuk-bentuk geometri menjadi objek yang lain.

Kemampuan membuat hubungan suara atau simbol. Kemampuan ini adalah mengaitkan huruf besar dan huruf kecil dengan nama mereka dan suara. Yaitu dengan mengenalkan nama huruf a dan bunyi huruf a serta bentuk huruf a.

Kemampuan perseptual motoris. Anak harus cukup dewasa dan mampu menggunakan otot halus tangan dan jari mereka untuk melakukan koordinasi gerakan dengan apa yang mereka lihat. Dan ini biasa dilakukan di pendidikan anak usia dini dalam kegiatan menjahit, melipat, menjiplak, dan meronce. Kegiatan-kegiatan ini menstimulasi motorik halus anak untuk mampu menirukan berbagai ragam bentuk lambang huruf sehingga mereka tidak ada kesulitan pada kegiatan menyalin huruf.

Penyampaian pesan dari guru kepada anak dalam bentuk informasi akan dapat dimudahkan dengan menggunakan media. Media yang digunakan dalam pembelajaran memiliki nilai dan manfaat sesuai dengan tujuan pembelajaran. Media kartu huruf memiliki nilai pembelajaran bahasa dengan meningkatkan kemampuan anak membaca. Menggunakan media kartu huruf maka anak-anak dapat menghadirkan atau bereksplorasi langsung dengan huruf-huruf dan bunyi huruf secara nyata. Efektivitas proses pembelajaran yang terjadi bila terjadi komunikasi antara guru dan anak dengan menggunakan media maka pembelajaran akan mencapai tujuan.

Penggunaan kartu media huruf dapat memfasilitasi konsep abstrak dari bentuk huruf bunyi huruf dan gabungan huruf menjadi nyata. Penggunaan media pembelajaran kartu huruf pada kegiatan membaca bukan merupakan fungsi tambahan tetapi memiliki fungsi sendiri sebagai sarana bantu untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang efektif dan bermakna.

METODE

Kemampuan seorang guru dapat dilihat dari kepekaan dalam memahami proses palaksanaan pembelajaran. Identifikasi permasalahan yang ditemukan saat pembelajaran dilakukan dengan refleksi. Memecahkan masalahnya sendiri dalam beberapa tindakan perbaikan dan perubahan dalam sebuah siklus (Azizah,2021).

Masa 10 tahun terakhir dalam dunia pendidikan, PTK menjadi penelitian yang paling banyak dilakukan. Penelitian yang memaparkan tentang masalah dalam pembelajaran dikelas, dan penjelasan tentang langkah pebaikan sebagai solusi dengan mengunkapkan hasil dan dampak yang dirasakan oleh siswa. Gabungan dari penelitian deskriptif dan eksploratif ini memberikan kesemapatan guru untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan dalam pembelajaran yang di laksanakan. (Suharsimi Arikunto, 2021).

Peningkatan kualitas pembelajaran disekolah dapat diperbaiki dan ditingkatkan melalui penelitian tindakan kelas. Kulaitas pembelajaran selanjutnya bermuara pada mutu pendidikan (Nurgiansah, 2021) Seorang guru memiliki tangggung jawab profesional untuk melaksanakan tugas dengan baik. Tugas tersebut adalah melaksanakan pembelajaran berpusat pada murid, mengelola kelas, dan menjadi fasilitator dari pada anak didiknya.

Sebenarnya tanpa disadari, seorang guru telah sering melaksanakan PTK. Hanya saja tidak dikemas dalam sebuah tulisan karya ilmiah, dan tidak dipublikasikan. Sehingga temuan temuan berupa inovasi pembelajaran kurang dikenal (Fitria, 2019)

Prinsip dalam pelaksanaan PTK berdasarkan kegiatan nyata dalam situasi rutin diawali dengan refleksi. Situasi rutin pembelajaran tiada ada perubahan dalam pelaksanaan peneltian. Pembelajaran di kelas dilakukan sesuai dengan pelaksanaan hari hari biasa. Namun dilengkapi dengan langkah perbaikan.

Tahapan dalam pelaksanaan PTK yaitu : perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengematan dan refleksi. Tahap perencanaan merupak proses peneliti memfokuskan penelitian dan merancang kegiatan perbiakan dalam sebuah perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran memuat tenntang strategi, media dan materi yang akan diterapkan. (Handayani1, 2020).

Tahapan selanjutnya adalah pelaksanaan tindakan. Seluruh rancangan dilaksanakan sesuai dengan strategi dan media yang di pilih. Langkah perbaikan di laksanakan sama persis dalam perangkat pembelajaran. Pada tahap pengematan, dilakukan secara menyeluruh mulai dari saat pelaksanaan tindakan dan dampak / hasil perbaikan. Pengumpulan data, menganalisis data, sehingga data tersaji dan dapat dibaca. Data dianalisis untuk menentukan keberhasilan dalam sebuah tindakan.

Langkah perbaikan di susun berdasarkan hasil refleksi dan tujuan yang akan hendak di capai. Guru sebagai peneliti menganalisis kebutuhan dan karakter anak dalam kelas. Penyesuaian metode dan media dilakukan untuk mencapai tujuan perbaikan dalam pembelajaran.

Data dikumpulkan dalam dua jenis, yaitu data kuantitatif berupa hasil pembelajaran anak (hasil belajar). Sedangkan data kualitatif berupa data refleksi dan catatan saat pengamatan dalam kegiatan perbaikan pembelajaran.

Data yang dikumpulkan dianalisis persikulus untuk mengetahui peningkatan pembelajaran tiap siklus. Data dianalisis dalam bentuk diskriptif kuantitatif menggunakan presentase.

X 100% (Syaodih, 2012)

Keterangan:

K = Keberhasilan

N = Hasil observasi

n = Seluruh anak dalam kelas

Proses pembelajaran dikatakan berhasil jika anak sudah memiliki beragam kata dan dapat menyebutkan beragam kosakata yang diawali dari suku kata tertentu. Anak dapat menceritakan dengan menyebutkan nama, jenis, raa dan perassaan dirinya terhadap gambar yang ada pada flashcard dengan tingkat prosentase 85% dari seluruh peserta didik mencapai BSH.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peneitian yang dilaksanakan dalam kegiatan pemebelajaran dengan beberapa perbaikan dalam 5 RPPH setiap siklusnya. Hasil temuan berdasarkan pengamatan dan data hasil belajar anak.

Siklus 1 dilakukan dengan 5 SKH pembelajaran. Dari siklus 1 diperoleh data, kemampuan anak membaca dengan media kartu huruf belum terlohat. Kegiatan yang yang dilakukan di siklus 1 dilaksanakan secara berkelompok. Anak yang mampu dan tidak mampu tidak terlihat secara jelas. Penilaian dilaksanakan berdasarkan hasil kerja kelompok.

Anak dinyatakan tuntas apabila mencapai BSH (berkembang sesuai harapan. Dimana anak sudah mampu menyebutkan beragam suku kata, mencocokkan tulisan dengan gambar, dan membaca cerita bergambar.

Refleksi awal pada kegiatan prasiklus ditemukan data saat kegiatan menunjuka suku kata yang sama pada awal sebuah kata, anak mengalami kesulitan. Hal ini dikarenakan anak belum mmeahami bergama hubungan bunyi konsonan dengan huruf vokal.Pada siklus 1 dengan 5 SKH pembelajaran, kegiatan pembelajaran difokuskan pada pengenalan huruf vokal dan huruf konsonan. Langkah perbaikan pada siklus 1 diawali dengan tepuk nama-nama benda langit sesuai dengan tema/materi pembelajaran. Tepuk nama benda langit adalah tepuk sederhana yang menyebutkan susku kata dalam sebuah kata. Contohnya adalah tepuk ”bintang”. Dilakukan dengan cara bertepuk satu kali, dan menyebutkan suku kata pada kata bintang. Yaitu : bin X, tang X. Kegiatan bertepuk dilakukan saat pembukaan awal sebagai ïce breaking. Kegiatan ini bertujuan untuk menegnalkan kepada anak bunyi suku kata dan jumlah suku kata pada sebuah kata.

Kegiatan inti adalah menunjuk kata sesuai dengan gambar. Mencocokkan gambar dengan tulisan yang sesuai sebuah langkah perbaikan untuk mengenalkan bentuk huruf dan bunyi huruf kepada anak melalui media kartu. Pada kegiatan penutup anak diajak bernyanyi. Kegiatan bernyanyi pada akhir pembelajaran bertujuan untuk mengenalkan bergama kata sebagai pengayaan kata-kata yang dimiliki anak.

Kegiatan pada siklus 1 ditemukan kurang maksimal. Karena pada kegiatan perbaikan anak bekerja secara berkelompok. Setiap kelompok ada beberapa anak yang mendominasi saat kegiatan pembelajaran, hal ini terjadi karena kemmapuan yang dimiliki anak tersebut diatas teman dalam kelompoknya. Sehingga anak yang lain cenderung menonton dan tidak mendapat kesempatan untuk bermain membaca menggunakan karti huruf.

Dari temuan saat penelitian pada siklus 1, terdapat hasil perbaikan siklus 1 SKH 1. anak mampu membaca dengan media kartu dari 20 anak hanya 3 anak yang mecapai nilai BSH Pada SKH pembelajaran 5 , mencapai 25 % anak yang mampu membaca dari 20 anak terdapat 5 anak yang mencapai nilai BSH. Data ini belum menunjukkan keberhasilan dalam perbaikan. Ketercapaian pembelajaran belum menunjukkan hasil 85%. Maka perbaikan dilanjutkan pada siklus 2. Pada pembelajaran 1 anak yang mencapai BB = 0 anak, MB = 17 anak, BSH = 3 anak, dan BSB = 0 anak.

Seperti pada grafik berikut ini :

Grafik Capaian Pembelajaran Siklus 1

Perbaikan siklus 2 dirancang berdasarkan data dan temuan saat pelaksaan siklus 1 yang diuraikan dalam refleksi. Refleksi pembelajaran siklus 1 menemukan data saat pembelajaran, anak sangat menyukai kegiatan bermain dengan kartu huruf. Kegiatan pembeajaran secara kelompok direfleksikan sebagai kelemahan, dengan catatan pencapaian setiap anak tidak dapat teramati secara jelas. Beberapa anak cenderung mengikuti teman yang memiliki pengetahuan awal lebih tinggi dikelompoknya. Secara keseluruhan perbaikan pada siklus 1 memiliki kelebihan bahwa, kegiatan bermain huruf dapat menstimulasi kemampuan membaca anak, mencapai BSH untuk 5 anak.

Kegiatan perbaikan dilanjutkan pada siklus 2. Kegiatan perbaikan siklus 2 disusun dalam rancangan pembelajaran terdiri dari 5 hari pembelajaran. Kegiatan perbaikan diawali dengan mengubah posisi tempat duduk. Media kartu huruf juga diberikan pada setiap anak. Kegiatan pembelajran dilaksanakan dlam kegiatan individu. Perubahan ini bertujuan agar setiap anak memiliki kesempatan untuk bereksplorasi, mencoba menggunakan kartu huruf untuk membaca.

Langkah awal perbaikan diawali dengan tepuk huruf vokal. Pengenalan huruf vokal memperkuat pengetahuan anak tentang beragam bunyi bahasa. Kegiatan selanjutnya menyebutkan beragma kata yang berwalan suku kata tertentu sesuai dengan kata / materi yang dibahas. Selanjutnya anak menunjuk tulisan sesuai dengan gambar dengan beragam cara. Cara yang dipilih adalah mencari tulisan yang sama dengan tulisan yang ada pada gambar, menyusun suku kata menjadi kata. Dan menyusun kartu huruf menjadi tulisan utuh.

Penguatan dan pengayaan dilakukan dengan cara mencari huruf vokal dengan cara melingkari, menunjuk, dan mencari huruf vokal pada kata. Hal ini bertujuan untuk memperkuat dan memperkaya pengetahuan anak tentang beragam bunyi. Mencari huruf vokal menggunakan kartu huruf lebih mudah dilakukan. Karena penggunaan media kartu furuf anak tidak tajut salah untuk mencoab berulangkali hinga menemukan huruf vokal.

Perubahan pengaturan posisi duduk sepertu huru U, juga memudahkan anak untuk melihat guru dalam memberikan materi. Bagi guru pengaturan posisi duudk seperti ini memudahkan guru untuk mengamati kegiatan belajar setiap anak. Pemberian media pada setiap anak juga membantu anak untuk bereksplorasi dengan kartu huruf.

Hasil pembelajaran 1, anak mulai berkembang (MB) = 10 anak. anak berkembang sesuai harapan (BSH) = 10 anak atau 50 % dari seluruh jumlah anak. Hal ini belum dikatakan berhasil karena capaian BSH belum 85% dari jumlah anak

Pada pembelajaran 2, anak berkembang sesuai harapan (BSH) mencapai 17 anak. Ini dikarenakan kegiatan membaca dilakukan dengan beragam cara. Setiap anak memiliki media kartu huruf untuk memberi kesempatan kepada anak dapat bereksploradi dengan huruf-huruf.

Peningkatan dapat dilihat dari grafik dibawah ini :

Dengan demikian terjadi peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2. Seperti terlihat pada grafik berikut ini :

Jadi dapat disimpulkan siklus 2 berhasil meningkatkan kemampuan membaca dengan media kartu huruf.

SIMPULAN

Pelaksanaan siklus 1 dan siklus 2 dengan membca dengan media kartu huruf dapat meningkatan kemampuan membaca secara bertahap melalui kegiatan perbaikan. Kemampuan membaca anak dengan media kartu huruf dapat dilakukan dengan kegiatan yang menyenangkan dengan menggunakan media yang sesuai kebutuhan pembelajaran. Penggunaan media sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik pembelajaran, maka tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan yang harapkan.

Sebagai pendidik diharapkan selalu melakukan refleksi diri pada akhir pembelajaran. Karena dengan melakukan refleksi kita akan mengetahui kekurangan dan kelebihan kita saat pelaksanaan pembelajaran. Sehingga guru termotivasi untuk melakukan perubahan dan perbaikan.

Guru diharapkan dapat merancang, menggunakan media yang beragam pada setiap pembelajaran. Dengan cara membaca buku, membaca di media internet dan mengikuti pelatihan mandiri dari berbagai media, sehingga kemampuan guru dalam merancang perbaikan dalam pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik anak untuk menciptakan inivasi dalam pembelajaran .

Penggunaan media yang tepat dapat mendukung stimulasi yang diberikan kepada anak, sehingga anak dapat berkembang dan bertumpuh secara optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Andini, A. N. (2022). PENGARUH MEDIA FLASHCARD TERHADAP KEMAMPUAN MENGENAL HURUF ANAK USIA 5-6 TAHUN. Jurnal Penelitian Anak Usia Dini, 1-11.

Arifin2, E. R. (2021). Strategi Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan melalui Media Kartu Bergambar bagi Anak Usia Dini dalam Bingkai Islam dan Perspektif Pakar Pendidikan. KINDERGARTEN: Journal of Islamic Early Childhood Education.

Azizah, A. (2021). PENTINGNYA PENELITIAN TINDAKAN KELAS BAGI GURU DALAM PEMBELAJARAN. Auladuna Jurnal Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.

Cendana, H. (2022). Pengembangan Permainan Tradisional untuk. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 771-778.

Fitria, H. (2019). UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU. Abdimas Unwahas.

Handayani1, S. L. (2020). Peningkatan Kemampuan Menulis Karya Ilmiah Guru. Jurnal Publikasi Pendidikan.

Herlina, E. S. (2019). MEMBACA PERMULAAN UNTUK ANAK USIA DINI. Jurnal Pionir.

Nurbiana Dhieni.dkk, 2019. Metode Pengembangan Bahasa, Universitas Terbuka, Jakarta

Nurgiansah, T. H. (2021). PELATIHAN PENELITIAN TINDAKAN KELASBAGI GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANDISEKOLAH MENENGAH ATAS SE-KABUPATEN BANTUL. BERNAS: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 28-33.

Pertiwi, A. D. (2016). STUDY DESKRIPTIF PROSES MEMBACA PERMULAAN ANAK USIA DINI. Jurnal Pendidikan Anak .

Ramadanti, E. (2021). Strategi Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan melalui Media Kartu Bergambar bagi Anak Usia Dini dalam Bingkai Islam dan Perspektif Pakar Pendidikan. KINDERGARTEN: Journal of Islamic Early Childhood Education.

Sri Tatminingsih.dkk, 2022. Panduan Pemantapan Kemampuan Profesional. Universitas Terbuka Indonesia

Suharsimi Arikunto, S. S. (2021). Penelitian Tindakan Kelas: Edisi Revisi. Buku, 1.

T Heru Nurgiansah, F. F. (2021). PENELITIAN TINDAKAN KELAS DALAM PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Jurnal Pendidikan PKN, 1.

Utami, N. T. (2023). Meningkatkan Kognitif Anak Usia Dini melalui. Mitra Ash-Shibyan: Jurnal Pendidikan dan Konseling, 1.

Winna Gunarti.dkk, 2022. Metode Pengembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini, Universitas Terbuka Indonesia.

Zaman Badru dan Asep Hery Hernawan. (2016). Media dan Sumber Belajar PAUD, Universitas Terbuka Indonesia

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post