ABAS

GURU SMPN 3 PAGADEN SUBANG.Pengurus PGRI Kabupaten Subang. Mengajar pula di SMA PGRI 1 Subang ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Anggota Dewan Jangan Berpangku Tangan

Anggota Dewan Jangan Berpangku Tangan

Pasca pelaksanaan seleksi P3K, berbagai permasalahan bermunculan. Ketidakpuasan, terlalu membebani peserta seleksi dengan pasisinggrade yang tinggi menjadi beban tersendiri bagi para peserta seleksi P3K. Keluh kesah tersebut seakan-akan menjadi pewarna luapan ketidakpuasan mereka dalam mengikuti seleksi P3K. Sampai-sampai organisasi profesi tertua di republik ini PGRI harus turun tangan memperjuangkan nasib para peserta yang ikut seleksi P3K. Hal tersebut dilakukan semata-mata merupakan bentuk tanggungjawab secara organisatoris kepada para anggotanya. PGRI baik di tingkat Kabupaten maupun Provinsi terus melakukan koordinasi dan komunikasi dengan pihak terkait. Salah satunya anggota dewan. Anggota Dewan dipandang komponen yang memiliki kemampuan untuk merealisasikan aspirasi para tenaga honorer. Langkah yang dilakukan PGRI tentunya harus di apresiasi oleh semua kalangan. Sebab sampai saat ini hanya PGRI lah yang menyuarakan kegelisahan para tenaga honorer yang mengikuti seleksi P3K.

Lulus seleksi P3K memang salah satu harapan besar untuk tenaga honorer dalam mengubah nasibnya. Sehingga kesempatan ini tentunya tidak disia-siakan oleh mereka. Dengan berbagai usaha dan kemampuannya, mereka berburu kesempatan. Berharap nasib baik menyertai mereka. Para tenaga honorer yang sudah mengabdikan dirinya hampir belasan tahun ini, tentunya memiliki harapan untuk diangkat menjadi P3K. Sayang, dalam pelaksanaan seleksi tes P3K, mereka terlalu dibebani oleh berbagai hal baik teknis maupun non teknis. Salah satu yang disorot adalah soal yang dianggap membebani mereka. Terlebih seleksi P3K dihadapkan langsung dengan IT yang menurut mereka terlalu berat.

“Untuk usia seperti saya manamungkin bisa mengerjakan soal yang begitu panjang-panjang dan berjam-jam berada dihadapan komputer” demikian kata salah seorang peserta seleksi P3K yang enggan disebut namanya.

Dengan berbagai pengaduan dan keberatan yang disampaikan para peserta seleksi P3K, PGRI langsung mengambil sikap. Seperti yang infprmasi yang sudah beredar selama ini. PGRI terus memperjuangkan nasib mereka. Sebab kemampuan para tenaga honorer tidak hanya diukur oleh kemampuan akademik saja. Akan tetapi harus dilihat dari regulasi pengabdian mereka.

“Mereka banyak yang mengabdikan dirinya belasan tahun menjadi tenaga honorer. Oleh karena itu, perlu diperhatikan kelanjutan nasibnya” demikian kata Abas salah satu pengurus PGRI Kabupaten Subang.

Dalam hal ini, sebaiknya pemerintah membuka diri. Untuk terus menyelami bagaimana kiprah mereka yang turut serta membangun bangsa. Terlebih tenaga pendidik dan kependidikan. Mereka memang tidak pandai IT tetapi mereka sudah berhasil menciptakan generasi-generasi yang membanggakan. Salah satunya mungkin kita yang sudah menduduki jabatan penting di republik ini. Anggota Dewan baik tingkat Kabupaten, Propinsi dan Pusat tidak boleh berpangku tangan. Sebab ditangan-tangan merekalah semua kebijakan dikeluarkan. Hanya permasalahannya anggota dewan seakan tidak serius dalam memperjuangkan nasib mereka. Bahkan terkesan tidak memiliki kepedualian dan kepekaan atas nasib yang menimpa mereka.

Permasalahan tenaga honorer di Republik ini sebenarnya tidak serumit menangani korupsi yang sudah mendarah daging. Bahkan uang yang dikorupsi cukup untuk menggaji mereka yang dengan tulus mengabdikan dirinya. Membangun generasi di masa yang akan datang. Dalam menangani tenaga honorer, pemerintah dan anggota Dewan tinggal menguji keberanian mereka. Salah satunya dengan cara memperhitungkan masa kerja dan usia mereka. Hal itu pernah dilakukan ketika mengangkat tenaga Kontrak baik pusat maupun daerah.

“Pada tahun 2006 tenaga kontrak baik pusat maupun daerah diangkat secara otomatis menjadi CPNS. Ketika itu masa kerja sebagai tenaga honorer dan usia menjadi salah satu indikator yang diperhitungkan untuk menjadi CPNS” demikian dikatakan Abas lebih lanjut.

Tentunya kita semua berharap, pemerintah dan dewan memiliki kepekaan terhadap nasib mereka. Sebab mereka tidak kalah penting kiprahnya dalam membangun mencerdaskan anak-anak bangsa. Tetap semangat para honorer, pengabdianmu merupakan catatan sejarah bangsa yang kita cintai ini.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen ulasannya, Pak. Salam literasi

28 Sep
Balas

Betul, aamiin yra ulasan yang keren pa salam literasi sukses selalu

28 Sep
Balas



search

New Post