Mengenal Sosok Idris Afandi (Tantangan gurusiana hari ke 54)
Idris Afandi, siapa yang tidak kenal dengan sosok yang satu ini. Laki-laki asli kota kembang Bandung ini lahir tahun 1980.Sosok penulis yang terkenal di tataran pasundan ini memang tidak diragukan lagi dalam dunia kepenulisan. Bahkan dalam usianya yang masih muda Idris Afandi sudah menghasilkan banyak karya terutama yang bertemakan protes sosial. Idris Afandi mulai menulis tahun 2006. Idris Afandi sudah menghasilkan buah karyanya sebanyak 800 artikel dan 43 judul buku. Selain aktif sebagai penulis dia juga aktif sebagai Widya Iswara Ahli Madya LPMP Jawa Barat, Dewan Pendidikan 2019-2024 dan Ketua Komunitas Pegiat Literasi Jawa Barat.
Tulisan pertamanya dimuat di salah satu media masa, Galamedia. Dia menulis berawal dari kepeduliannya kepada kebersihan lingkungan sekolah. Dia terinspirasi juga atas perkembangan pendidikan yang sangat memperihatinkan. Banyaknya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan di lingkungan pendidikan, baik berupa kebijakan ataupun penggunaan anggaran sekolah, menjadikan inspirasi dalam membuat tulisannya.
“Menulis tidak harus menggunakan waktu yang khusus” demikian kata Idris lebih lanjut. Menulis dapat dilakukan dimana dan kapan saja. Idris menganalogikan menulis bagaikan orang yang kebelet. Pada saat itu ada ide, maka tulislah ide-ide tersebut secara garis besarnya. Menulis harus menciptakan kesenangan. Maka menulis harus menimbulkan rasa merdeka. Untuk mencapai seorang penulis yang merdeka, kita dituntut untuk memiliki keberanian dalam menuangkan ide-ide yang dimilki tanpa berfikir salah dan benar menurut aturan kepenulisan. Idris berpendapat lebih lanjut, supaya menjadi penulis merdeka, kita tidak boleh terbelenggu oleh aturan-aturan kepenulisan. Bahkan Idris memiliki gaya yang unik dalam menuangkan tulisannya yaitu dengan menulis gaya bodo amat. Menulis dengan tidak mempedulikan aturan-aturan dalam kepenulisan. Dengan menggunakan gaya tersebut, dia merasa lebih bebas dalam menuangkan ide-idenya, baik tulisan yang dianggapnya tulisan biasa atau yang dianggap fenomenal.
Idris menyoroti, mengapa orang bahasa tidak percaya dengan tulisannya? “Sebab orang bahasa banyak tersandera oleh aturan-aturan. Sehingga dalam menuangkan tulisannya mereka terkungkung”.
Seorang penulis harus berani memunculkan judul yang fenomenal. Dengan judul yang fenomenal orang semakin banyak yang tertarik untuk membacanya. Salah satu judul fenomenalnya, Ridwan Kamil Menampar Pendidikan Indonesia. Mencapai Orgasme Literasi.
Tulisan yang berjudul Ridwan Kamil Menampar Pendidikan Indonesia sempat menjadi viras dengan jumlah pembaca sebanyak 600 pembaca dalam waktu sepekan.
Dengan judul yang fenomenal, para pembaca akan merasa penasaran dan tertarik untuk membacanya. Sehingga tulisan kita
Menulis bagi Idris merupakan suatu kepuasaan tersendiri. Sebab menulis tidak mengenal ruang dan batas.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Masyaallah. Luar biasa
barakallah
Keren
Masya Allah keren pak